Setelah perjalanan mimpi sebelumnya, Yono merasa semangatnya kembali bangkit. Namun, kali ini ia menghadapi tantangan yang lebih besar. Ia mencoba mengejar mimpinya yang tampaknya tidak mungkin tercapai. Semakin ia berusaha, semakin banyak orang yang meragukannya, bahkan dirinya sendiri mulai merasa ragu.
Malam itu, dengan hati yang lelah, Yono tertidur di bawah langit berbintang. Ia berharap mimpi bisa memberinya jawaban.
Dalam mimpinya, Yono menemukan dirinya berdiri di padang rumput luas yang dikelilingi pegunungan. Angin sejuk berhembus, membawa suara langkah seseorang yang mendekat. Yono menoleh dan melihat seorang pria tua dengan wajah penuh ketenangan. Pria itu mengenakan pakaian sederhana dan memiliki aura yang menenangkan namun penuh kekuatan.
"Selamat datang, Yono," kata pria itu dengan suara lembut.
"Siapa Anda?" tanya Yono, merasa terpesona oleh kehadirannya.
"Aku Nelson Mandela," jawab pria itu sambil tersenyum. "Aku mendengar keresahanmu. Kau merasa mimpimu mustahil tercapai, bukan?"
Yono mengangguk perlahan. "Ya, setiap kali saya mencoba, rasanya selalu ada tembok besar yang tidak bisa saya lewati. Semuanya terasa mustahil."
Mandela mendekat dan menatap Yono dengan penuh kebijaksanaan. "Dengarkan aku baik-baik, anak muda: It always seems impossible until it's done."
Yono terdiam, mencoba memahami makna kata-kata itu.
Mandela melanjutkan, "Ketika aku dipenjara selama 27 tahun, banyak orang berpikir bahwa kebebasan, kesetaraan, dan perdamaian di negaraku adalah hal yang mustahil. Bahkan aku sendiri terkadang merasa ragu. Namun, aku belajar bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil membawa kita lebih dekat pada apa yang tampaknya mustahil. Tidak ada yang benar-benar mustahil jika kita tidak berhenti berusaha."