Mohon tunggu...
Priyo Handoko
Priyo Handoko Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Berbagi untuk mencerdaskan bangsa

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Aliran Radikalisme

24 Oktober 2020   20:38 Diperbarui: 24 Oktober 2020   20:40 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar belakang saya menulis artikel singkat ini adalah bahwa akhir akhir ini saya bertemu dengan teman teman SMP dan SMA dari Blitar. Sebenarnya setelah saya "hijrah" ke Jogja untuk kuliah saya nyaris tidak kontak dengan teman teman tersebut, dikarenakan saya puya kesibukan sendiri dan mereka punya kesibukan sendiri.

Dan tentu saja saya mengtikuti organisasi apa dan bagaimana mereka juga tidak banyak mengetahuinya. Saya sekolah apa dan bekerja dimana teman teman juga tidak banyak mengetahuinya. Karena pada saat reuni sekolah (pada  hari Raya Idul Fitri) saya tidak pernah menjawab pertanyaan dari temen teman yang menyangkut masalah pribadi ( kerja dimana, gaji berapa dan hal pribadi lainnya). Saya lebih senang bicarakan hal hal/ cerita dengan tema saat masih sekolah dahulu.

Sebagai suatu gambaran bagi pembaca tentang diri saya / dalam kesempatan ini akan sampaikan  ( yang  tentunya)  konsep dasar untuk membangun Ideologi yang  diyakini benar. Disamping sekolah SD Formal saya sekolah di Madrasah Ibtidai'iyah dari tahun 1973-1979 di Pondok Pesantren Kunir Srengat Blitar (Pesantren Lirboyo Cabang di Blitar). Pada saat SMP kelas tiga saya "DIBAIAT" menjadi . BANSER Oleh KH Atim Yanto ( beliau Pendiri Banser) hingga sekarang saya aktif dalam Banser.

Dari peristiwa Baiat Banser tersebut saya mengenal Nahdlatul Ulama dan belajar tentang Ahlu Sunah Waljamaah. Dalam setiap kegiatan, kami didoktrin tentang Ahlu Sunah Waljamaah dan cinta Tanah Air Sebagian dari iman. Tanpa fikir Panjang semua yang disampailkan oleh Kyai atau Senior saya terima sebagai kebenaran hingga sekarang.

Disamping aktif di Banser ( sebagai bagian dari Badan Otonom) saya juga diminta Kyai saya ( tempat mondok) untuk menjadi Ketua LBH NU Cabang Blitar 1995 -- 2005. Kemudian menjadi Ketua LBH GP Ansor Jawa Timur. Dan Sekarang 2020 ini menjadi Wakil Ketua LBH PW NU Jatim. Disamping itu Bersama Kyai mendirikan Universitas Nahdlatul Ulama Blitar dan saya diberi amanah Manjadi Wakli Ketua Yayasan UNU Blitar.Singkat kata saya sebagai pribadi dididik dan didoktrin Kyai Kyai saya tentang Ahli Sunah dan NKRI.

Ada pengalaman yang sangat menggelitik bagi saya bahwa beberapa teman teman saya baik secara Luring maupun Daring mengajak kegiatan agama pada saya dengan "Label" untuk meningkatkan keimanan dan menghindari bid'ah dan kurafat. Padahal teman teman yang sekarang menjadi "mubaliq" tersebut tidak punya latar belakang Pendidikan Agama yang memadai. Saya mengetahui hal itu.

Di kota kecil seperti Blitar itu sangat jelas siapa yang mendapat Pendidikan agama dengan terstruktur dan siapa teman yang tidak mendapat Pendidikan agama tidak tersetruktur. Gaya dakwah mereka sangat memaksakan  kehendak dan saya mendapat kesan diluar kelompok meraka adalah "salah". Kesan saya dari mereka, mengikuti ajaran agama seperti saya ini Pondok Pesantren dan ikut aktif menjadi pengurus NU tidak benar. Yang benar kata mereka ajaran agama yang mereka lakukan.

Pada kesempatan lain,dalam satu majelis teman teman diskusi ( kebetulan saya ada tapi tidak komentar karena tidak ingin konflik), bahwa masalah ketatanegaraan Indonesia yang sekarang ini carut marut dikarenakan Indonesia tidak mau menjalankan katatanegaraan berdasrkan Syariat Islam. Kata mereka segala permasalahan Indonesia bisa teratasi setelah Indonesia melaksanakan Syariat Islah secara kafah.

Dari materi diskusi tersebut saya menyimpulkan bahwa Sebagian teman teman saya sudah terinfeksi virus RADIKALISME. Gaya berpakaian mereka agak berbeda dengan gaya pakaian kami di NU atau masyarakat pada umumnya. Setelah pengalaman tersebut saya keluar dari Gurp WA temen teman tersebut dan saya mengatakan saya sudah mempunyai akidah sendiri yang saya yakini benar yakni NU.

Radikal secara etimologi akar, atau akar sesuatu. Radik berarti akar atau pangkal. Sedangkan secara terminology Radikalisme merupakan suatu sikap yang menginginkan perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan menjungkir balikkan nilai nilai yang ada secara drastic melalui kekerasan. Secara singkat radikalisme adalah embrio dari terorisme.

Saya mempunyai kesan ( belum tentu benar) kelompok mereka tidak toleransi atau tidak menghargai pendapat dan keyakinan orang lain. Kemudian mereka fanatic atau selalu meresa benar sendiri dan menganggap orang lainnya tidak benar.Yang saya fahami mereka eksklusif atau membedakan diri dari kelompok lainnya. Yang saya sampai diatas adalah kesan saya setelah saya bergaul dengan mereka. Saya sadar pemaknaan saya terhadap mereka belum tentu benar.

Dikarenakan saya sejak sebelum balig dididik di lingkungan Pesantren yang Ideologinya adalah Ahlu Sunah Waljamaah maka saya mengatakan dengan tegas saya SUDAH PUNYA AJARAN SENDIRI. Dengan tetap menghargai pemahaman teman teman, saya tidak mau masuk dalam grup WA dan tidak mau ikut kegiatan teman teman Blitar.

Bagi saya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati. Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 adalah Kesepakatan Final Bangsa Indonesia. Inilah ajaran yang saya terima dari Kyai saya dan senior saya di Banser maupun Nahdlatul Ulama.

Analisa Yuridis terkait Radikalisme dan khilafah Insya Allah akan saya tulis pada artikel selanjutnya. Tulisan ini merupakan ilustrasi untuk tulisan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun