Mohon tunggu...
priyo dewantono
priyo dewantono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Laki laki

Pafa 2020 betumur 46 thn. Tinggi badan 170 cm, berat badan 79 kg, lahir di lawang kab malang. Menamatkan sekolah umum tahun 1993 dan sempat merasakan bangku kuliah hingga semester 5

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Bahagia Tak Terhalangi oleh Jarak

30 Desember 2020   18:43 Diperbarui: 30 Desember 2020   19:06 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bercerita mengenai berbagi kebahagiaan, kebetulan baru beberapa hari belakangan Saya, adik saya yang bernama Wulan dan sebagian keluarga Kami merasakan moment berbagi kebahagiaan dan bertepatan pula dengan diadakannya kompetisi yang diadakan JNE & KOMPASIANA.

Certanya berawal dari Wulan yang mengemukakan keluhan kepada Saya bahwa telephon genggam yang Dia miliki mulai mengalami beberapa kali masalah apalagi jika dipakai untuk video call. Yaa....maklum karena memang telephon genggam yang Ia pakai tergolong sudah tua untuk ukuran umur hp. Saya ingat betul kapan hp itu di beli dan pertama kali di pakai

Semula Saya kurang begitu menanggapi hal itu sebagai suatu masalah yang serius sebab menurut Saya ada banyak hal yang lebih penting dari pada sekedar hp. Kebutuhan sehari hari yang ada dalam pikiran Saya. Mulai dari uang belanja, bayar listrik, air dan lain lain. Karena toh apapun kondisinya hp itu tapi masih bisa di pakai juga.

Namun beberapa hari kemudian pikiran saya berubah ketika Ibu mulai timbul rasa kangen kepada cucunya yang tinggal di seberang laut, yaitu Ibu meminta kepada Wulan supaya menghubungkan dengan sang cucu melalui video call. Saya melihat betapa Wulan dengan wajah jengkel dan murung karena beberapa kali harus mengulang panggilan yang terputus beberapa kali dan Ibu juga merasakan hal yang sama

Saya berpikir keras mengenai bagaimana cara supaya bisa beli hp baru untuk dipakai Wulan sehingga jika Ibu ingin melihat dan mengobrol dengan cucunya untuk sekedar mengobati rasa rindu bisa berjalan dengan lancar.

Gemuruh di dalam hati karena kesal, bagaimana tidak? Cuma beli hp saja tidak mampu. Sambil menghibur diri dengan bertanya jawab sendiri . Maklum sufah hampir setahun kondisi pekerjaan tak menentu sebagai imbas dari pandemi covid-19. Coba kalau hp itu rusak tahun lalu sudah barang tentu gak pakai lama sudah Aku beli hp baru

Tapi Tuhan memang Maha Mendengar dan Maha Pengasih. Pucuk dicinta ulampun tiba, ketika seorang teman yang sudah lama tidak bertemu tiba - tiba panggilanya membunyikan hp. Kami ngobrol kesana kemari hingga Ia menyampaikan bahwa Ia ingin memberikan hp yang baru di suatu acara berhadia kepada Saya. 

"Bro, sorry sebelumnya. Kamu mau pakai hp baru yang aku dapat sebagai hadiah dari satu acara. Kalau iya, segera Aku kirim."

Gak pikir panjang segera Aku bilang, "Iya, kebetulan sekali."

Dia nanya lagi, "jasa pengiriman apa yang biasa kamu lihat sering lewat di daerahmu?"

Aku jawab, "JNE bro."

Dia sahut, "oke JNE aja, kasih alamatmu lengkap bro."

Selang beberapa hari setelah teman mengirim foto resi pengiriman dari JNE sebagai bukti bahwa Ia telah mengirim barang itu ke alamat Saya timbul resah karena mengapa kiriman itu belum sampai juga? Tanggal yang tertera di resi itu 16 Desrmber padahal sekarang sudah tanggal 20 sedangkan teman mengirim menggunakan JNE YES supaya cepat sampai. 

Sejujurnya Saya mulai jengkel, berkali kali Saya pantau di tracking JNE tetapi barang yang Saya tunggu masih tidak bergerak berada di gudang transit JNE jl Pajajatan Malang setelah 1 malam i hari dikirim dari gate way JNE jakarta. Kenapa tidak segera di antar kurir ke alamat Saya?

Jam demi jam berlalu hingga gerutu dalam hati sirnah oleh telphon dari JNE. Semula mereka menanyakan identitas Saya untuk memastikan bahwa yang merka telphon benar-benar orang yang tertera di nomer redi 017480071621xxx. 

Setelah yakin mereka menyampaikan bahwa barang kiriman untuk Daya dalam keadaan aman di gudang transit JNE Malang dan menyampaikan permohonan maaf karena pembatalan kurir barang belum terkirim sampai tujuan serta memastikan bahwa sesegera mungkin di antar kurir JNE yang lain. Mereka juga memberikan opsi kalau Saya boleh juga mengambil sendiri ke kantor JNE jika tidak sabar menunggu.

Dari pembicaraan di telphon tadi Saya menyadari dan menjadi salut serta respek terhadap JNE bahwa sekalipun ada kendala tapi jika hal itu di sampaikan secara terbuka disertai permohonan maaf kemudian langkah penyelesaian yang jelas kepada costumer adalah penting bagi perusahaan. Contohnya seperti Saya yang semula menggerutu berubah jadi menghormati dan menghargai upaya para karyawan JNE untuk memberi rada tenang dan kepastian kepada Saya yang dalam hal ini sebagai costumer. Terima kasih JNE.

Dengan wajah sumringah penuh bahagia Aku hp itu di depan ibu dan adik sambil berkata, "Terima kasih Tuhan....dan mulai sekarang tidak perlu lagi ada jengkel dan muram," kemudian langsung Kami pakai untuk video call.

Betapa hati Kami semua merasakan indahnya berbagi kebahagiaan walaupun hanya dengan saling bercerita, bercanda dan saling menanyakan keadaan sebagai perhatian dan bukti bahwa meskipun berjauhan Kami masih satu keluarga dan tetap bahagia seperti dulu ketika Kita semua masih berdekatan. Dan tentu tidak lupa juga bahwa teman lama Saya dan JNE sebagai mata rantai utama dalam berjalanya kisah berbabagi bahagia keluarga Kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun