Mohon tunggu...
Mang Free
Mang Free Mohon Tunggu... Penulis - Kadar Pok, Kudu Pek

Mahasiswa Tadris Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

SPP Berbayar VS Belajar di Balik Layar

11 Agustus 2021   15:55 Diperbarui: 11 Agustus 2021   16:12 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agustus 2021... 

Telah genap dua tahun lebih kita berseteru ria melawan covid-19 bersama. Tentunya dengan berbagai cara, dari mulai WFH sampai dengan PPKM yang entah kapan selesainya... 

Naasnya, dibalik perjuangan ini terjadi penurunan kualitas, salah satunya dalam sektor pendidikan. 

Alasannya ? Tentu saja kita semua paham. Berawal dari belajar di rumah yang mengundang decak geram para siswa dan para orang tua hingga berujung banyak video dan cuitan terkait menyalahkan ketidakmampuan guru dalam mengajar. 

Hal ini dikarenakan saat ini orang tua harus dilibatkan dalam proses belajar mengajar, mengajari anak kesayangannya.

Akhirnya... banyak orang tua yang mengeluh dengan keadaan, karena yang belajar hanya orang tua, tidak dengan anaknya. Orang tua dipaksa harus bisa memahami kembali pelajaran yang berpuluh-puluh tahun tertumpuk di otak  oleh memori tentang urusan keluarga dan mencari nafkah. Sedangkan anaknya semakin hari semakin lihai saja menselancarkan jarinya dalam memainkan game atau bahkan semakin pandai bergelayut ria sembari berpose di aplikasi tiktok.

Pening ? Tentu saja.

Kesal? Pasti iya.

Hanya saja sebagai orang tua, kebanyakan lupa, bahwa kewajiban pendidikan dan mendidik pada dasarnya adalah kewajiban orang tua. 

"Tapikan orang tua sibuk kerja ? Lagian udah bayar SPP juga. Itu gurunya aja yang gak becus..."

Pernah berpikir seperti itu ?

Dalam keadaan saat ini, guru tak kuasa untuk memberikan pendidikan secara langsung. Dengan demikian, guru hanya bisa memberikan pengajaran secara online meet, penggunaan tugas, dan video tutorial.

"Tapi kan anak gak paham !"

Orang tua dapat memberikan kelas tambahan melalui guru privat.

"Tapi kan privat itu mahal, saya gak mampu"

Antarkan anak kepada guru, pastinya guru dengan senang hati membimbing anak.

"Orang tua sibuk kerja, harusnya guru dapat memberikan pendidikan yang layak. Sekarang guru cuma makan gaji buta.."

Sepertinya kita tak sadar, bahwa problema susahnya anak kita memahami pelajaran juga dirasakan  oleh para guru. Mereka juga gelisah dengan perkembangan pengetahuan dan akhlak para siswa yang kian hari kian menurun. Mereka juga geram dengan keadaan yang memaksa guru harus menayapa dibalik kaca.

Orang tua juga lupa, bahwa yang mereka ajar hanya anaknya sendiri. Bayangkan posisi guru yang harus mengajar satu kelas penuh berisi 25 anak ?

Orang tua juga lupa, bahwa guru juga sosok orang tua yang memiliki anak sendiri. Seorang suami yang harus tetap mencari nafkah di tengah pandemi yang memotong jatah gaji. Juga seorang istri yang harus melayani suami dan mengayomi anaknya. Padahal mereka harus menyiapkan bahan ajar, membuat media, mengevaluasi, dan lainnya.

Kita juga lupa bahwa yang kita temani belajar adalah anak kita. Ketika dia tidak semangat belajar, ketika dia tidak mampu belajar, ketika dia lebih banyak bermain,  disana kita harus sadar, apakah cara kita membina anak sudah benar ? Atau kita harus menuruti kemauan anak semata-mata rasa sayang kita ?

Tentu tidak...

Ini kesempatan kita untuk mengenal anak, mengenal potensi anak. Mengarahkan dengan benar kemana anak harus berjalan...

Bukan hanya anak yang harus pintar, orang tua juga harus cerdas. Sehingga anak tidak memintari orang tuanya dengan membohongi atau apapun.

Yang terdampak pandemi bukan hanya kita, juga mereka, dan lingkungan kita.

Malang, 11 Agustus 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun