Mohon tunggu...
Mang Free
Mang Free Mohon Tunggu... Kadar Pok, Kudu Pek

Mahasiswa Tadris Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antisipasi Minimnya Sarana di Sekolah Pinggiran Kota

11 Maret 2019   08:32 Diperbarui: 11 Maret 2019   08:41 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diadopsi dari www.apps.nusagates.com

Suatu hari saya termenung ketika melihat jejeran buku di sepanjang lantai  perpustakaan di universitas saya belajar saat ini, sambil pikiran menembus memori waktu 5 tahun silam. Saya begitu merasa miris ketika mengingat dulu saya belajar semua mata pelajaran hanya berbekal 1 lemari buku pelajaran wajib dan berisi buku semua jenjang kelas di SMP. Saya juga masih ingat ketika mengetokan palu di atas paku untuk membenarkan kursi-kursi sekolah yang sudah terasa goyang atau ketika membersihkan sisa kapur di celana setelah menghapus papan tulis.

Padahal pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang kesejahteraan suatu bangsa. Suyanto (2003) menyatakan bahwa seorang presiden negara paling maju di dunia, masih tetap mengakui bahwa investasi dalam pendidikan merupakan hal yang penting dalam kemajuan bangsa. "As a nation, we now invest more in education than in defense". Semakin baik pendidikan di suatu negara, semakin baik pula sumber daya manusianya ( SDM). 

Dengan semakin baik SDM dalam suatu negara, maka semakin baik pula pengolahan sumber daya alam, teknologi dan pemerintahannya. Sehingga tentulah pendidikan menjadi faktor yang sangat menentukan nasib suatu bangsa. Akan tetapi, untuk menciptakan suatu pendidikan yang baik diperlukan fasilitas dan infrastruktur yang baik pula.

Sayangnya infrastruktur dalam dunia pendidikan di Indonesia masih menjadi kendala yang sangat besar. Apalagi mengingat pemerataan sarana dan prasarana di Indonesia yang masih memusat di kota saja, sehingga sekolah-sekolah yang jauh dari perkotaan sangat minim akan fasilitas yang di anggap layak. 

Seringkali sekolah hanya memiliki bangunan, papan tulis dan bangku belajar saja sudah di anggap sebuah institusi pendidikan bagi masyarakat yang jauh dari keramaian kota. Pasalnya, pendidikan yang layak adalah hak seluruh warga Indonesia sesuai dengan isi Pembukaan UUD 1945 alinea ke-empat, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lantas, bagaimana agar pendidikan di daerah-daerah yang jauh dari keramaian tersebut dapat menjadi lebih baik dalam perihal fasilitas dan pendidikan ? Ini menjadi pertanyaan besar yang menghasilkan jawaban yang beragam dan saling melengkapi.

Mengajukan dana sarana dan prasarana kepada pemerintah

Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk menunjang fasilitas pendidikan di Indonesia, tidak terkecuali sekolah-sekolah terpencil yang ada di pinggiran kota dan desa. Sehingga sekolah dapat mencoba mengajukan pembangunan atau pengadaan dana untuk fasilitas dan sarana penunjang pendidikan. 

Hanya saja, hal ini kadang menjadi permasalahan yang lumayan pelik untuk diselesaikan, bagaimana tidak, pencairan dana pendidikan di Indonesia sering kali menjadi masalah rumit yang terus berbelit dan berkelit. 

Apalagi untuk sekolah-sekolah swasta yang dibangun oleh orang-orang yang memiliki rasa simpati tinggi dalam memajukan pendidikan akan tetapi berbenturan dengan dana operasional yang tidak sedikit kiranya. Terus apa upaya lain yang dapat menjadi pilihan ?  

Memanfaatkan kearifan lokal dan lingkungan sekitar sekolah

Gambar diadopsi dari www.1001indonesia.net
Gambar diadopsi dari www.1001indonesia.net

Indonesia adalah negara yang kaya raya, dimana flora dan fauna yang beragam melata dan berbunga di sepanjang mata melihatnya. Selain itu, budaya Bangsa Indonesia yang luar biasa tentunya menjadi nilai edukasi tersendiri bagi rakyat Indonesia. 

Apalagi semua itu dapat dijadikan bahan pelajaran yang dapat membantu pemahaman siswa. Sebagai contoh, dalam pelajaran Biologi atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ketika mempelajari bab ekosistem guru dapat membimbing siswa untuk terjun langsung ke sawah atau hutan, sehingga siswa memahami dengan betul apa yang dipelajarinya dan bukan hanya gambar yang disediakan oleh buku-buku.

Mengolah kreativitas Guru untuk menumbuhkan kreativitas siswa

Seorang guru merupakan publik figur bagi semua siswanya dimana kata guru juga diartikan berasal dari kata " Gugu " dan " Tiru " yang artinya dipatuhi dan diikuti. Sehingga pantas saja kalau perilaku siswa bergantung pada perilaku gurunya. Oleh karena itu, hal ini harus dimanfaatkan untuk perkembangan siswa, dimana guru memberikan contoh langsung bagaimana menumbuhkembangkan kreativitas. 

Contohnya guru mengajarkan siswa bagaimana mengolah pekarangan menjadi taman dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan, seperti botol plastik. Selain itu guru juga mengajarkan siswa membuat kerajinan yang berbahan murah meriah tetapi bernilai jual yang tinggi, contohnya pembuatan bunga hias.


Menumbuhkan minat baca, diskusi dan nalar siswa

Salah satu penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia adalah kurangnya minat baca pelajar Indonesia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menumbuhkan minat baca siswa sejak dini. Lantas bagaimana untuk sekolah yang bahkan kekurangan buku bahan ajar, apalagi untuk memiliki perpustakaan ? 

Hal ini dapat diantisipasi dengan menerapkan metode pembelajaran kontruktivisme, yaitu mengajarkan siswa turun langsung ke alam untuk membaca dan mengamati alam dan lingkungan sekitarnya, setelah itu memancing siswa untuk saling bertukar pikiran tentang apa yang mereka lihat dan temukan dan mendorong siswa untuk mengembangkan nalarnya. 

Tentunya dengan arahan sang guru. Hal ini seringkali lebih efektif ketimbang mengajarkan siswa hanya dengan membaca buku dan mendengarkan ceramah guru, sehingga walaupun kekurangan bahan ajar tetapi masih memiliki alam sang sumber pengetahuan yang tiada habisnya.

Gambar diadopsi dari www.sekolahalamnusantara.com
Gambar diadopsi dari www.sekolahalamnusantara.com
Semua hal tersebut, tidak hanya berlaku untuk sekolah yang jauh dari keramaian kota saja, akan tetapi dapat diterapkan di seluruh sekolah. Sehingga apabila semua sekolah dapat menerapkannya, pendidikan di Indonesia akan sedikit demi sedikit mulai membaik, walaupun banyak faktor yang harus diperbaiki pula, seperti kualitas guru, manajemen pendidikan sekolah, kurikulum dan perbaikan akhlak siswa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun