Indonesia adalah negara yang kaya raya, dimana flora dan fauna yang beragam melata dan berbunga di sepanjang mata melihatnya. Selain itu, budaya Bangsa Indonesia yang luar biasa tentunya menjadi nilai edukasi tersendiri bagi rakyat Indonesia.Â
Apalagi semua itu dapat dijadikan bahan pelajaran yang dapat membantu pemahaman siswa. Sebagai contoh, dalam pelajaran Biologi atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ketika mempelajari bab ekosistem guru dapat membimbing siswa untuk terjun langsung ke sawah atau hutan, sehingga siswa memahami dengan betul apa yang dipelajarinya dan bukan hanya gambar yang disediakan oleh buku-buku.
Mengolah kreativitas Guru untuk menumbuhkan kreativitas siswa
Seorang guru merupakan publik figur bagi semua siswanya dimana kata guru juga diartikan berasal dari kata " Gugu " dan " Tiru " yang artinya dipatuhi dan diikuti. Sehingga pantas saja kalau perilaku siswa bergantung pada perilaku gurunya. Oleh karena itu, hal ini harus dimanfaatkan untuk perkembangan siswa, dimana guru memberikan contoh langsung bagaimana menumbuhkembangkan kreativitas.Â
Contohnya guru mengajarkan siswa bagaimana mengolah pekarangan menjadi taman dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan, seperti botol plastik. Selain itu guru juga mengajarkan siswa membuat kerajinan yang berbahan murah meriah tetapi bernilai jual yang tinggi, contohnya pembuatan bunga hias.
Menumbuhkan minat baca, diskusi dan nalar siswa
Salah satu penyebab rendahnya pendidikan di Indonesia adalah kurangnya minat baca pelajar Indonesia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menumbuhkan minat baca siswa sejak dini. Lantas bagaimana untuk sekolah yang bahkan kekurangan buku bahan ajar, apalagi untuk memiliki perpustakaan ?Â
Hal ini dapat diantisipasi dengan menerapkan metode pembelajaran kontruktivisme, yaitu mengajarkan siswa turun langsung ke alam untuk membaca dan mengamati alam dan lingkungan sekitarnya, setelah itu memancing siswa untuk saling bertukar pikiran tentang apa yang mereka lihat dan temukan dan mendorong siswa untuk mengembangkan nalarnya.Â
Tentunya dengan arahan sang guru. Hal ini seringkali lebih efektif ketimbang mengajarkan siswa hanya dengan membaca buku dan mendengarkan ceramah guru, sehingga walaupun kekurangan bahan ajar tetapi masih memiliki alam sang sumber pengetahuan yang tiada habisnya.