Masa-masa remaja adalah masa yang menyenangkan, dimana rasa keingintahun sangat besar, pertumbuhan dan perkembangan otak berjalan dengan sangat cepat, pergaulan menjadi salah satu peran penting dalam menjalani hari. Namun, hal ini juga menjadi fase yang berat bagi mereka. Pasalnya, di fase ini banyak anak yang stress dan depresi karena tidak kuat menerima perubahan lingkungan sosial dari anak-anak ke remaja.Â
Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan sangat hati-hati, karena banyak anak yang salah menyalurkan atau mengambil langkah untuk menyelesaikan masalahnya. Contohnya banyak anak remaja yang karena terlalu banyak masalah malah menjadi pemabuk, narkoba, Â dan bahkan pezina. Hal ini dapat dicegah dan diarahkan menjadi lebih baik dengan bimbingan yang tepat dari orangtua dan guru. Remaja akan menceritakan masalahnya kepada orang yang paling dipercaya, seperti teman atau pacar.
Hal ini menjadi polemik dikebanyakan orangtua, karena banyak anaknya yang bersikap dan berpenampilan tidak sepantasnya. Tetapi banyak pula orangtua yang lebih memaklumi bahkan sampai membiarkan mereka, sehingga mereka bertindak semaunya karena merasa tidak diperhatikan. Padahal, peran orangtua sangatlah penting dalam fase ini, hanya saja kebanyakan orangtua tidak mengerti apa yang harus dilakukan dan lebih membebankannya pada pihak sekolah.
Sudah menjadi kewajiban orangtua untuk mengajar dan mendidik sang anak, baik mendidik secara langsung atau mengajarkan makna kehidupan. Beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk mendidik dan mengarahkan anaknya, yaitu :
Orangtua harus bisa menjadi best audiens bagi anak
Dalam hal ini, orangtua harus bisa menjadi salah satu best audiens sang anak, sehingga orangtua dapat memantau perkembangan sang anak sekaligus dapat mengarahkan kemana dia harus melangkah ketika terjebak dalam masalah.Â
Banyak anak remaja yang salah dalam mengambil langkah dalam menyelesaikan masalah sehingga mereka cenderung melampiaskan masalahnya ketimbang menyelesaikannya.Â
Kasus parahnya ketika anak malah tercebur kedalam kubangan minuman keras atau pergaulan bebas, karena merasa tidak diperdulikan. Oleh karena itu, peran orangtua sangatlah penting dalam membangun mental sang anak ketika menghadapi permasalahan.Â
Orangtua adalah tempat pulang ketika anak bernasib malang
Pasalnya, sang anak diluar rumah akan banyak disalahkan secara sepihak ketika dia berbuat kesalahan, sehingga mereka menginginkan ketika pulang ke rumah, orangtua adalah tempat pulang paling nyaman.Â
Tetapi ketika ekspektasi anak dan realita bertolak belakang, mereka akan mencari tempat yang membuat mereka nyaman selain rumah. Yang ditakutkan adalah sang anak tercebur dalam pergaulan bebas sehingga membahayakan diri dan masa depannya. Tetapi, banyak pula orangtua yang membuat rumah mereka bukan surga, akan tetapi terminal yang hanya dibuat persinggahan. Bahkan sang anak diurus oleh sang nenek yang sudah tua, yang berdampak anak kurang mendapat perhatian.
Orangtua adalah pemberi semangat pertama dalam setiap aktivitas anak
Banyak orangtua yang lebih sibuk dengan pekerjaan mereka atau bahkan perhatiannya lebih tercurahkan kepada si dede balita yang baru bergabung dalam keluarga.Â
Padahal, perkataan semangat dan percakapan ringan dengan sang anak ketika akan memulai aktivitasnya dapat memicu semangatnya dalam menjalani hari-hari. Hanya saja, kebanyakan orangtua berpikir,kebahagiaan anak adalah ketika apa yang dia mau dapat dibelikan oleh orangtuanya sehingga mereka lebih sibuk dalam bekerja.Â
Penyuntikan kata-kata penyemangat kepada anak sangat diperlukan untuk membangun paradigma yang selalu berpikir positif dalam melaksankan segala hal, tidak mudah pesimis dan mengeluh.
Orangtua adalah fasilitator bakat dan minat anak
Banyak sekali kasus dimana orangtua memaksa anaknya memilih profesi yang diinginkan oleh orangtua, sehingga sejak dini si anak diarahkan pada hal yang bukan wilayah bakatnya yang berdampak menghasilkan seorang yang kurang profesional dalam melaksanakan pekerjaannya.Â
Tetapi, banyak juga kasus dimana sang anak mengidolakan ayah atau ibunya. Seperti sang ibu adalah seorang dokter, maka sang anak ingin menjadi dokter pula, atau sang ayah adalah seorang polisi dan si anak ingin menjadi polisi pula.Â
Dalam hal ini, orangtua harus dapat memberikan paradigma positif tentang pekerjaannya terhadap anak, seperti dokter dan polisi adalah cita-cita yang mulia, dimana kita dapat menolong orang lain dan mengamankan negara, nusa, bangsa terutama keluarga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H