Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menelaah Makna Dibalik Penghapusan Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA

23 Juli 2024   15:42 Diperbarui: 25 Juli 2024   04:44 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena sejatinya setiap orang berhak meraih cita-cita dan kesuksesan di masa depan dengan caranya masing-masing. Sesuai dengan situasi, kondisi, serta bakat dan minatnya. Yang memang sudah secara fitrah diciptakan oleh Tuhan dengan kondisi yang berbeda-beda dan beraneka ragam.

Pola pikir semacam ini memang mulai harus diubah. Apalagi jika berkaca pada sistem pendidikan kita sendiri yang dominan menganut aliran pendidikan humanistik. Maka "pengakuan" terhadap perbedaan bakat minat siswa adalah sebuah keniscayaan. Adanya penghapusan jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di tingkat SMA yang konon sudah mulai diterapkan bersamaan dengan implementasi kurikulum merdeka ini patut diapresiasi.

Salah Satu Bentuk Implementasi Kurikulum Merdeka

Sebagai mana diketahui bersama, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbud Ristek Anindito Aditomo mengungkapkan bahwa peniadaan jurusan di SMA dimaksud merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang sudah diterapkan secara bertahap sejak tahun 2021. 

Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa pada kelas 11 dan 12 SMA siswa yang sekolahnya menerapkan kurikulum merdeka dapat memilih mata pelajaran secara lebih leluasa sesuai minat, bakat, kemampuan dan rencana studi lanjut atau kariernya.

Beliau berharap kurikulum merdeka dapat membuat siswa lebih fokus membangun basis pengetahuannya yang relevan dengan rencana studi lanjutnya. Dengan menghapus penjurusan di SMA juga menghapus diskriminasi terhadap siswa jurusan non-IPA dalam seleksi nasional penerimaan mahasiswa baru. Selengkapnya di sini.

Memang sudah saatnya pendidikan kita bergerak ke arah yang lebih humanis. Seperti yang selama ini selalu disampaikan dimana-mana bahwa sejatinya pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Membuat manusia hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah kemanusiaannya yang memang berbeda-beda itu.

Kesuksesan dalam hidup tidak semata ditentukan oleh faktor jurusan tertentu saat sekolah. Ada faktor kerja keras, perencanaan hidup yang matang juga keberuntungan di dalamnya. Apalagi dalam era kemajuan teknologi dan informasi sekarang ini. Begitu banyak jalan yang bisa ditempuh orang untuk mencapai kesuksesan. Karena sumber belajar dan akses terhadapnya yang sudah begitu terbuka lebar dan ada dimana-mana.

Setiap orang bisa mencapai cita-cita sesuai dengan bakat, minat dan jalan hidupnya masing-masing. Terlalu naif rasanya jika kesuksesan itu disandarkan pada pemilihan jurusan tertentu yang dianggap bergengsi saat SMA. Jurusan yang terbaik adalah jurusan yang sesuai dengan bakat dan minat kita. Yang sesuai dengan rencana pendidikan dan karier kita di masa depan.

Sebagai penutup tulisan ini ijinkan kembali saya menceritakan sebuah kisah seorang teman dulu memilih jurusan Bahasa saat bersekolah di bangku SMA. Padahal semestinya ia masuk jurusan IPA. Jurusan Bahasa saat itu sangat minim peminat dan hanya membuka satu kelas dengan jumlah siswa kurang dari 20 orang. Akan tetapi teman ini bersih kukuh masuk ke jurusan Bahasa. 

Bukan lantaran dia tidak mampu masuk ke jurusan IPA atau IPS tapi lebih karena kecintaannya pada dunia sastra. Dan belakangan setelah sekian puluh tahun tidak bertemu, dari status di sosial medianya saya mengetahui ternyata teman ini sekarang menjadi penulis novel yang cukup produktif. Banyak karya novelnya yang masuk ke penerbit mayor dan ditemui di toko-toko buku online maupun offline.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun