Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wajah Ganda Pendidikan Indonesia

13 Mei 2024   15:39 Diperbarui: 13 Mei 2024   16:18 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wajah ganda pendidikan Indonesia | Sumber : Dokpri

Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2024 memang sudah berlalu beberapa waktu lalu. Semua guru dan insan pendidikan merayakannya dengan penuh gegap gempita. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim berpidato dengan penuh rasa bangga di hadapan ribuan pelajar dan penggerak merdeka belajar dari Sabang sampai Merauke.

Di Indonesia Arena kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Jumat (3/5/2024) Nadiem Makarim menceritakan perjalanan program merdeka belajar. Gerakan Merdeka Belajar telah menghadirkan banyak transformasi dalam dunia pendidikan Indonesia. Kurikulum merdeka telah diimplementasikan secara sukarela oleh lebih dari 300.000 satuan pendidikan dan tahun ini kan diimplementasikan secara nasional. 

Empat juta guru, kepala sekolah, mahasiswa pendidikan profesi guru (PPG) dan dosen di seluruh Indonesia sudah memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar (PMM) sebagai sarana untuk belajar dan berbagi praktik baik. Selain itu telah lahir lebih dari 100.000 guru penggerak. Jutaan mahasiswa yang telah mengikuti program-program kampus merdekapun siap membawa Indonesia semakin unggul di kancah global.

Mas menteri menceritakan seluruh keberhasilan kebijakan di bawah kepemimpinannya. Dan dia juga berharap bahwa semoga gerakan Merdeka Belajar ini kelak akan dilanjutkan pada era menteri pendidikan selanjutnya. Selengkapnya di sini.

Tetapi apakah benar klaim keberhasilan yang disampaikan mas menteri sudah menyentuh seluruh elemen pendidikan bangsa? Ataukah hanya sebagian saja dari bangsa ini yang merasakan dampak positif dari gerakan merdeka belajar dan produk kebijakan kementerian pendidikan dan kebudayaan lainnya?

Masifnya Klaim Keberhasilan

Saya percaya bahwa budaya feodalisme masih mengakar kuat dalam kehidupan bernegara kita. Dimana orang yang berkuasa pasti ingin meninggalkan legacy (warisan kebijakan) yang membuatnya dikenang. Dewasa ini jika melihat dan mencermati sosial media, dunia pendidikan kita begitu diviralkan dan diidentikkan dengan gerakan merdeka belajar. 

Sebagaimana dijelaskan di atas gerakan merdeka belajar merupakan salah satu dari sekian banyak produk kebijakan di era menteri pendidikan Nadiem Makarim. Sang konten kreator begitu mengukuhkan diri sebagai bagian dari gerakan merdeka belajar dengan berbagai atribut dan identitas misalnya dengan memakai kaos yang bertuliskan "Merdeka Belajar".

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam perayaan Hardiknas 2024 | Sumber : https://ditpsd.kemdikbud.go.id/
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dalam perayaan Hardiknas 2024 | Sumber : https://ditpsd.kemdikbud.go.id/

Begitu banyak yang melakukan hal serupa seperti mas menteri. Memviralkan keberhasilan pelaksanaan program merdeka belajar di lingkungan pendidikannya. Entah itu keberhasilan penerapan kurikulum merdeka, kegiatan berbagi praktik baik, kegiatan meriahnya pagelaran P5, riuh rendahnya program guru penggerak, dan begitu banyak klaim keberhasilan-keberhasilan lain yang seakan memang sengaja ditunjukkan untuk menegaskan bahwa apa yang dicanangkan oleh mas menteri memang bisa diterapkan di semua lini pendidikan kita dengan gilang gemilang.

Bahkan kemudian muncul istilah guru konten kreator (GKK) yang programnya juga merupakan besutan kementerian pendidikan dan kebudayaan di bawah pimpinan Nadiem Makarim. 

Secara sederhana guru konten kreator merupakan istilah yang merujuk pada seorang pendidik yang memanfaatkan teknologi dan platform digital untuk membuat dan membagikan konten edukatif yang menarik dan inovatif.

Konten ini dapat berupa video pembelajaran, infografis, presentasi interaktif, blog edukasi, atau media kreatif lainnya. Guru konten kreator tidak hanya sebatas penyampai materi pelajaran, tetapi juga berperan sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator bagi para muridnya. Mereka memanfaatkan berbagai platform digital, seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan media sosial lainnya, untuk menjangkau murid-muridnya dengan cara yang lebih menarik dan interaktif.

Jika dipahami secara sepintas pengertian tentang guru konten kreator di atas sangat baik dan positif. Tapi kadang dalam kenyataannya mereka yang menamakan diri sebagai guru konten kreator tidak sepenuhnya berpijak di atas nilai-nilai etis pendidikan itu sendiri. 

Tidak sedikit guru konten kreator yang berjogad-joged dengan gemulainya bersama siswa-siswa mereka dalam membuat konten bertema pendidikan. Seakan membuat jarak antara guru dan murid tidak ada lagi. Guru dan murid seperti teman dekat : akrab, intim dan tak berjarak. Dan menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya rasa hormat murid pada gurunya.

Apa iya beginikah cara guru dalam membuat konten pendidikan yang baik? Yang katanya sesuai dengan kodrat zaman siswa di era sekarang? Belakangan guru konten kreator juga menjadi perpanjangan tangan kementerian pendidikan dan kebudayaan dalam mengkampanyekan berbagai kebijakan dan berikut juga mengkampanyekan keberhasilan pencapaiannya. Menjadi proxy bagi berbagai kebijakan dan kepentingan kementerian pendidikan dan kebudayaan.

Kenyataan di Lapangan

Di sisi lain tidak sedikit dari kita dalam keseharian menemukan berita-berita miris seputar dunia pendidikan yang membuat kita menghela nafas dan mengelus dada. Fenomena guru terjerat pinjaman online, fenomena puluhan siswi mengajukan dispensasi menikah karena hamil di luar nikah, berita-berita tentang demo guru yang menuntut kesejahteraan juga seakan menjadi berita rutin tahunan menjelang peringatan hari buruh, hari guru atau hari pendidikan nasional.

Belum lagi kabar tentang banyaknya sekolah yang gulung tikar karena tidak mendapatkan murid baru pada saat pelaksanaan PPDB, sekolahan yang roboh karena minimnya pemeliharaan, berita maraknya kekerasan dan kriminalitas dalam lingkungan sekolah dan kampus yang dilakukan oleh oknum siswa, mahasiswa, guru atau dosen, dan seterusnya.

Menjadi semacam kontras yang nyata serta berbanding terbalik dengan apa yang disuguhkan oleh begitu banyak akun sosial media milik mas menteri, ataupun instansi dan jajaran di bawahnya. Termasuk akun-akun guru konten kreator.

Kenyataan semacam ini kemudian menimbulkan dua persepsi dalam benak insan pendidikan itu sendiri. Pertama, mereka yang percaya bahwa dunia pendidikan kita sedang baik-baik saja dan tengah berjalan menuju tujuan serta cita-cita yang diharapkan. Kedua, mereka yang melihat bahwa dunia pendidikan kita sedang tidak baik-baik saja karena begitu banyaknya fakta penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pendidikan kita dan itu tersaji bahkan di sekeliling kita dalam kehidupan sehari-hari.

Saya sebagai seorang guru selalu berharap bahwa kalaupun betul apa yang diklaim mas menteri bahwa di eranya dunia pendidikan kita tengah berjalan pada garis yang benar menuju sebuah kemajuan yang diharapkan dengan keberhasilan berbagai program-programnya itu maka sejatinya dampak positif dari keberhasilan itu haruslah dirasakan oleh semua lapisan pendidikan. Tidak hanya dirasakan oleh sebagian saja. Keberhasilan itu mestilah berdampak pada lanskap pendidikan kita yang lebih luas.

Dan pemerintah selaku pemangku kebijakan tertinggi dalam bidang pendidikan hendaknya tidak menjadikan pendidikan sebagai komoditas politik belaka. Stop politisasi pendidikan! Biarkan pendidikan itu bergerak dan berjalan di atas marwahnya sendiri. Di atas nilai-nilai etis yang juga sudah diucapkan puluhan tahun yang lalu oleh pemikir pendidikan kita : Ki Hajar Dewantara.

Seringkali momentum bergantinya rezim kekuasaan juga dibarengi dengan bongkar pasangnya kebijakan pendidikan karena setiap pejabat ingin meninggalkan legacy-nya masing-masing. Ingin dikenang baik dengan warisan kebijakannya. 

Sehingga para pelaksana teknis di jajaran paling bawah tidak jarang terombang-ambing dalam kegalauan dan kegamangan. Mas menteri sudah memasang tagline pada peringatan hari pendidikan nasional kemarin dengan kalimat " Bergerak bersama, lanjutkan merdeka belajar".

Meskipun pada akhirnya kita juga tidak benar-benar tahu semua yang sudah dicanangkan oleh mas menteri selama lima tahun masa jabatannya akan dilanjutkan atau tidak oleh penerusnya. 

Kita semua sebagai guru dan sebagai insan pendidikan hendaknya juga melihat pendidikan ini sebagai suatu proses berkebudayaan. Yang akan mengantarkan bangsa kita menjadi bangsa yang berbudaya dan beradab seperti yang dicita-citakan oleh beliau Ki Hajar Dewantara. Bukan semata bagian dari proses politik. Meskipun itu sulit ditegakkan di negara kita Indonesia yang masih sangat kental dengan budaya feodalistik.

Semoga di era pemerintahan yang baru nanti dunia pendidikan kita semakin dan lebih baik lagi. Tetap semangat. Maju terus pendidikan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun