Mohon tunggu...
Priyasa Hevi Etikawan
Priyasa Hevi Etikawan Mohon Tunggu... Guru - Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Penulis buku Asyiknya Menjadi Penulis Pemula (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Suka Duka Mengajar Matematika dan Bahasa Jawa di Sekolah Dasar

18 Februari 2024   19:42 Diperbarui: 20 Februari 2024   09:06 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Siti Saudah, guru sedang mengajar di SDN Lawinu Tanarara, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. (Dok. Kemendikbudristek via Kompas.com)

Konsep dasar tentang cara berhitung bersusun tentu sudah diajarkan mulai dari kelas 2 SD bahkan di kelas 1. Karena penanaman konsep membaca, menulis, dan berhitung (calistung) adalah diajarkan di kelas rendah SD (kelas 1,2,dan 3). 

Siswa tidak akan bisa mempelajari konsep menghitung luas dan volume bangun ruang di kelas 6 misalnya jika konsep penjumlahan dan perkalian bersusun belum dikuasai. Sehingga keterampilan-keterampilan dasar tersebut mutlak harus dikuasai siswa sebagai prasyarat awal. 

Jika tidak sudah pasti siswa akan merasa kesulitan untuk mempelajari konsep materi pelajaran matematika. Karena dasarnya saja belum bisa dikuasai. Dan ujungnya nilai ulangan jeblok. Akhirnya timbul stigma bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang menjadi momok bagi siswa.

Ilustrasi guru mengajar siswa | https://www.sahabatguru.com
Ilustrasi guru mengajar siswa | https://www.sahabatguru.com

Saya kerap menemui beberapa siswa di kelas 6 saat ulangan matematika nilainya jeblok ternyata karena memang siswa tersebut belum cakap dalam menggunakan cara hitung bersusun. 

Sudah memahami dan menguasai konsep dasar perhitungan pun tidak menjadi jaminan siswa berhasil mempelajari matematika dengan baik. Kalau tidak didukung dengan cara penalaran yang baik terhadap soal. Matematika membutuhkan cara berpikir abstrak dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi.

Berbeda lagi dengan mata pelajaran bahasa Jawa. Mata pelajaran yang satu ini memang tidak berhubungan dengan urusan hitung-hitungan. Tidak ada penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian di dalamnya. 

Di wilayah daerah Provinsi Jawa Tengah Bahasa Jawa masuk dalam rumpun mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan dari tingkat SD hingga SMA. Dan di SD mata pelajaran ini juga kerap menjadi sulit untuk dipahami para siswa.

Sepengamatan saya kesulitan siswa SD dalam memahami pelajaran bahasa Jawa karena terbatasnya pemahaman kosa kata dalam Bahasa Jawa. Banyak siswa SD sekarang yang kurang memahami kosa kata dalam bahasa Jawa terutama bahasa Jawa halus (Bahasa Jawa Krama). 

Seperti sudah diketahui bersama bahwa dalam penggunaan bahasa Jawa terdapat tingkatan-tingkatan. Seperti Bahasa Jawa Ngoko (kasar) dan Bahasa Jawa Krama (halus). Dengan ragam dialek yang berbeda-beda di setiap wilayah. 

Secara umum memang bahasa Jawa digunakan di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Tetapi dengan dialek dan cara pengucapan yang berbeda-beda. Misalnya dialek bahasa Jawa di wilayah pantai utara jawa akan berbeda dengan dialek di wilayah Jawa Timur dan Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun