Tanggal 19 Desember 2023 sebuah tayangan podcast di Channel Youtube yang digawangi mantan politisi dan anggota DPR Akbar Faizal cukup menarik perhatian saya. Channel Youtube tersebut memang sering mengangkat obrolan bertema politik tetapi kali ini agak berbeda. Tema yang diangkat adalah seputar merebaknya fenomena pinjaman online (pinjol) ilegal dimana rakyat kecil banyak menjadi korbannya.
Awalnya saya tertarik menonton siaran podcast tersebut karena siaran podcast di channel Yotube pak Akbar Faizal banyak mengangkat tema politik tapi dari sudut pandang yang netral, jernih serta mencerdaskan. Pak Akbar Faizal sebagai tuan rumah juga bersikap kritis dan membuat diskusi menjadi lebih menarik untuk diikuti. Sebuah podcast yang hostnya hanya manggut-manggut saja dalam mendengarkan penjelasan dari narasumber bagi saya membosankan. Membuat diskusi monoton dan kurang dinamis.
Nah dalam siaran podcast yang bertajuk "Pinjol Hancurkan Hidup Rakyat Kecil, Mana OJK?" tersebut belakangan saya tahu bahwa ternyata menurut data yang disajikan korban terbesar pinjol ilegal adalah guru. Seketika saya kaget dan berpikir apa benar demikian adanya? Jangan-jangan itu hanya gimmick saja untuk menaikkan rating tayangan. Saya menjadi tertarik untuk menelusuri lebih lanjut.
Hasil Riset No Limit Indonesia Tahun 2021
No Limit Indonesia sebuah perusahaan di bidang jasa layanan analisis data media sosial mengumumkan hasil risetnya di tahun 2021. Bahwa berdasarkan hasil riset yang mereka lakukan kalangan masyarakat yang terjerat pinjol ilegal antara lain guru sebesar 42%, korban PHK 21%, ibu rumah tangga 18%, karyawan 9% dan pedagang, pelajar serta ojek online 10%. Hal ini menarik sekaligus agak mengejutkan karena ternyata guru yang diharapkan memiliki tingkat literasi tinggi ternyata justru paling banyak terjebak pinjaman online ilegal.
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan  (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari  yang menyatakan bahwa korban pinjol ilegal terbesar adalah guru. Lanjut menurutnya ada berbagai faktor yang menyebabkan masyarakat menggunakan pinjol ilegal, misalnya karena butuh uang untuk membayar utang, latar belakang ekonomi menengah ke bawah, dan alasan dana pinjol ilegal cair lebih cepat.
Otoritas Jasa Keuangan juga menyebut secara khusus ada beberapa faktor yang menyebabkan guru banyak terlilit pinjaman online ilegal. Pertama, banyaknya guru dan tenaga pendidikan yang memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Akibatnya para guru mudah terbuai dengan sistem pinjaman yang mudah dan cepat. Kedua, banyak guru yang memiliki keterbatasan akses dalam hal memperoleh pinjaman sehingga tergiur oleh pinjol ilegal. Ketiga, mudahnya provider untuk membuat aplikasi pinjol ilegal.
Pentingnya Literasi Keuangan Dan Pendidikan Finansial
Dalam era kemajuan teknologi seperti sekarang masyarakat sejatinya sangat mudah mendapatkan informasi apapun. Informasi terbuka luas dan berserakan dimana-mana. Sehingga memerlukan kejelian dan kecerdasan untuk bisa menyaring dan mengolah informasi tersebut dengan baik. Inilah yang dimaksud dengan pentingnya literasi. Literasi bukan hanya sebatas tentang membaca dan menulis saja. Tetapi literasi juga menyangkut bagaimana kemampuan manusia untuk mengolah informasi sehingga informasi yang dia dapat berdampak pada meningkatnya mutu hidup serta bermanfaat sebagai solusi atas masalah hidup yang dihadapi.
Memang secara umum dari berbagai penelitian yang ada dikatakan bahwa tingkat literasi bangsa kita masih rendah. Jauh dari negara-negara lain di dunia. Mungkin itu juga penyebab mengapa negara kita tidak kunjung menjadi negara maju. Masih saja masuk dalam kategori negara berkembang.
Demikian pula tentang literasi keuangan serta pendidikan finansial. Yang agaknya masih kurang dipandang sebagai sesuatu yang penting oleh masyarakat kita. Terbukti dari data yang disajikan di atas diketahui ternyata korban pinjol ilegal justru didominasi oleh kalangan guru. Ya guru yang notabene dalam kehidupan sehari-hari berkecimpung dengan dunia pendidikan dan dunia literasi.
Hanya sayangnya dalam data tersebut tidak dijelaskan secara rinci guru yang dimaksud apakah guru ASN atau guru non ASN. Karena tentu kita tidak bisa menyamakan tingkat kesejahteraan ekonomi diantara keduanya. Di atas kertas sudah barang tentu guru berstatus ASN lebih sejahtera dibandingkan guru non ASN. Guru ASN mendapat gaji dan tunjangan secara rutin dari negara. Berbeda dengan guru non ASN yang mendapatkan honor jauh dari kata cukup.
Literasi tentang keuangan dan pendidikan finansial menurut saya akan lebih baik jika diajarkan sedini mungkin pada anak-anak kita. Kalau perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan kita. Hal ini sangat penting karena kelak jika anak-anak kita sudah tumbuh dewasa maka niscaya mereka akan bergelut dengan pekerjaan dan pengelolaan keuangan serta gaji yang mereka dapatkan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup.
Jika anak-anak mendapatkan pengajaran tentang literasi keuangan dan finansial sedini mungkin maka kelak mereka akan cakap dan pandai dalam mengatur keuangan. Manajemen pendapatan dan pengeluaran yang baik, mengenal instrumen investasi yang aman dan prospektif serta berdampak pada pembentukan mindset yang benar dalam mengelola keuangan itu sendiri. Literasi keuangan dan pendidikan finansial yang tepat akan mengantarkan pada kehidupan yang sejahtera. Jangan sampai seperti pepatah lawas : besar pasak daripada tiang. Besar pengeluaran daripada penghasilan. Yang berujung terjerat pinjol ilegal dan investasi bodong. Repotkan?
Guru yang Sehat Jasmani, Sehat Rohani dan Sehat Ekonomi
Menjadi guru dewasa ini memang harus pandai-pandai menjaga kesehatan. Kesehatan yang dimaksud bukan saja menyangkut kesehatan fisik (jasmani) tetapi juga kesehatan psikis (rohani) dan kesehatan keuangan (ekonomi). Tensi pekerjaan sebagai guru di era sekarang yang cukup tinggi dengan berbagai dinamikanya membuat guru harus pandai  mengatur ritme bekerja agar kesehatan tetap terjaga.
Menjaga kesehatan jasmani dengan pola makan dan pola istirahat yang teratur. Dibarengi dengan rutinitas olahraga tentu sangat baik untuk kebugaran fisik guru. Juga perlu diimbangi dengan kegiatan yang menyegarkan hati serta pikiran seperti rekreasi atau sekedar ngobrol dengan keluarga itu juga efektif untuk menjaga kesehatan psikis (rohani) guru agar terhindar dari kejenuhan bahkan stress.
Dan yang tidak kalah penting adalah perlunya sikap dan pola pengaturan keuangan yang benar untuk dapat menjaga kesehatan keuangan atau kesehatan ekonominya. Memang betul diantara negara-negara di kawasan Asia Tenggara saja gaji guru di Indonesia termasuk yang paling rendah. Apalagi jika bicara penghasilan guru honorer. Sungguh masih jauh panggang dari api. Maka isu kesejahteraan guru ini selalu menjadi isu hangat dan terus dibicarakan.
Adanya fenomena merebaknya pinjol ilegal yang menjerat guru dan masyarakat kecil pada umumnya membuat kita tersadar dan waspada bahwa literasi keuangan dan kecerdasan di dalam mengelola penghasilan adalah sangat penting. Pinjol ilegal yang menawarkan berbagai kemudahan ternyata pada akhirnya menjerat para korban. Dan banyak diantara para korban yang tidak kuat, depresi, bahkan harus meregang nyawa karena tekanan dari pinjol ilegal ini.
Semoga kedepan pemerintah, OJK dan pihak lain terkait dapat membuat regulasi yang lebih ketat terkait pinjaman online. Juga mengadakan berbagai edukasi terkait seluk beluk sistem pinjaman online. Sehingga masyarakat juga semakin terlindungi dan semakin melek tentang bahaya pinjol ilegal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H