Di suatu pagi yang cerah saya mendapat pesan whatsapp dari salah seorang wali murid alumni. Anaknya sudah lulus dari SD dan sekarang tengah bersekolah di SMP kelas 7. Begini bunyi pesannya, "Assalamualaikum Wr Wb. Gimana kabarnya pak? Sehat Pak Hevi? Alhamdulillah atas doa dan dukungan dari bapak anak saya mendapat ranking 3. Saya sebagai orangtua bangga pak."Â
Wali murid alumni tersebut merasa bahagia dan bangga karena anaknya yang sekarang tengah duduk di SMP kelas 7 mendapatkan peringkat 3 di kelasnya untuk semester 1 tahun pelajaran ini. Tentu pesan tersebut saya balas dengan ucapan bahagia serta tak lupa juga saya sematkan harapan dan doa agar anak tersebut semakin berprestasi di tingkat SMP.
Beberapa hari kemudian salah seorang rekan guru SD di kabupaten sebelah juga membuat postingan status di akun facebooknya dengan nada yang tidak jauh berbeda dengan wali murid tadi.
Begini kira-kira bunyi statusnya, " Di era Kurikulum Merdeka yang katanya tidak ada perankingan karena setiap individu itu istimewa, tetapi bagi saya pribadi memberi apresiasi bagi yang belajar lebih tekun, berusaha lebih keras dan aktif di berbagai kegiatan pembelajaran adalah hal yang sah-sah saja dengan tujuan motivasi dan refleksi. Ini potret 4 besar di kelas saya."
Begitulah bunyi status sahabat tersebut dilampiri dengan foto dirinya bersama anak murid yang tengah menerima hadiah karena mereka mendapatkan peringkat atau ranking 4 besar di kelasnya.
Mencoba membaca dan memahami konstruksi berpikir dua orang tersebut saya menjadi bertanya, mengapa sih perankingan itu harus dihapus dari kurikulum pendidikan kita sekarang? Bukankah wajar ya mereka yang berprestasi mendapatkan apresiasi lebih? sebagai bentuk penghargaan untuknya?Â
Pemberian penghargaan bagi mereka yang berprestasi juga bukan berarti mendiskreditkan yang belum berprestasi. Justru jika dimaknai secara positif itu akan bisa memacu agar mereka bisa berusaha dan belajar dengan lebih giat lagi.
Setiap Anak Unik Dan Istimewa
Konon penghapusan perankingan di Kurikulum Merdeka didasarkan pada asumsi berpikir bahwa setiap anak itu unik dan istimewa serta punya kelebihannya masing-masing.Â