Sangat sulit mengatakan bahwa pikiran-pikiran ideal itu akan dengan mudah diwujudkan menjadi sebuah realita. Meskipun naluri manusia selalu menuntun pada hal-hal yang ideal. Tapi manusia adalah makhluk yang serba terbatas. Dan hanya Tuhanlah yang bisa mencapai idealisme sejati dan hakiki. Karena Dia adalah Dzat Yang Maha Sempurna.
Apa yang diresahkan oleh rekan-rekan guru muda pada fakta dunia pendidikan yang mereka rasakan setelah terjun di lapangan adalah realita yang berbeda dengan ideal-ideal yang diajarkan oleh dosen-dosen mereka selama menempuh pendidikan sebagai mahasiswa calon guru dahulu. Terdapat jarak dan kesenjangan atau absurditas yang nyata adanya. Dahulu saat di kampus mungkin saya dan mereka sama diajarkan tentang berbagai hal ilmu keguruan dan pendidikan yang sungguh-sungguh bagus. Ditempa akal dan pikiran dengan dalil dan doktrin yang sangat luar biasa.
Tetapi setelah terjun di tengah masyarakat sebagai seorang guru pemula banyak yang merasakan keanehan dan ketimpangan tentang apa yang seharusnya dengan apa yang senyatanya. Lalu apakah guru-guru muda ini harus menyerah dengan keadaan dan terseret arus mayoritas? Keliru jika berpikir harus menyerah.
Karena justru itulah medan uji yang sesungguhnya jika ingin menegakkan idealisme sebagai seorang guru sejati. Idealisme itu akan diuji dan diasah oleh kenyataan di lapangan yang pahit dan getir.
Perubahan Dimulai Dari Diri Sendiri
Selalu di dalam teori pergerakan itu disebutkan tentang sekelompok kecil orang melawan dominasi mayoritas yang besar. Ya perubahan dan pergerakan selalu diusung oleh segelintir orang. Jika diasumsikan dunia pendidikan kita saat ini masih jauh tertinggal dan butuh pergerakan dan pembenahan ke arah yang lebih baik, tentu itu sejatinya akan dimulai dari segelintir orang.
Coba kita tarik teori ini ke alam nyata. Sekarang pemerintah sedang gencar-gencarnya menggiatkan pendidikan guru penggerak dengan tujuan untuk membawa arus pergerakan dan perubahan pendidikan kita menuju kemajuan. Tapi kembali lagi pada cerita di awal tulisan ini selalu akan ada unsur absurditas pada kenyataan di lapangan.
Oke semua guru penggerak tentunya mendapatkan segala ilmu dan teori dan apapun itu namanya yang sangat luar biasa. Karena jelas mereka dididik dan dicetak sebagai agen perubahan pendidikan di Indonesia. Sama seperti rekan guru muda tadi, saat di kampus ya mereka digembleng dengan segala ilmu didaktik dan metodik yang luar biasa. Karena tentu pihak kampus berharap setelah mereka lulus dari pendidikan mereka akan menjadi guru-guru yang hebat. Yang berjuang berkiprah dengan sepenuh hati untuk mewarnai masa depan pendidikan kita menjadi lebih cerah dan indah.
Meskipun mereka akan terbentur kenyataan di lapangan bahwa apa yang dulu diajarkan dan dicita-citakan saat menempuh pendidikan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Selalu saja ada hambatan, tantangan, bahkan resistensi dari para pihak yang pro status quo. Karena sudah menjadi naluri manusia untuk selalu berada pada zona nyaman.
Dalam pandangan saya sejatinya perubahan itu haruslah dimulai dari perubahan mindset pribadi-pribadinya. Pribadi siapa? Tentu pribadi guru itu sendiri. Kita tidak mungkin menyandarkan perubahan itu hanya pada segelintir orang. Karena perubahan yang sejati haruslah datang dari dalam hati nurani masing-masing guru itu sendiri.
Dengan cara mempertebal rasa kecintaan guru terhadap profesi mulia ini. Profesi yang sudah dipilih sebagai jalan hidup dan jalan bakti guru di dunia ini. Kecintaan itu akan menumbuhkan semangat. Menumbuhkan kreasi dan menumbuhkan jiwa pantang menyerah. Meskipun betul tantangan guru dan masalah dunia pendidikan saat ini begitu kompleks seperti benang kusut.