Sebutan kuli tinta untuk wartawan sebenarnya sudah tidak lagi sesuai. Paling tidak untuk sebagian dari mereka. Kini semakin jarang terlihat, wartawan atau jurnalis, membawa pulpen dan block note serta menulis cepat (steno).
Perkembangan komunikasi massa, industri media, ditunjang dengan menjamurnya media on-line menimbulkan persaingan yang semakin kekat. Tentu saja hal ini tentu menuntut kreatifitas dari sebagian jurnalis, terutama yang berkecimpung di media on-line dan berada di lapangan untuk semakin kreatif agar bisa bersaing.
Untung perkembangan teknologi menunjangnya. Maka kini semakin banyak terlihat jurnalis di lapangan yang lebih mengandalkan peralatan komunikasi canggih, seperti laptop, tablet dan smartphone atau bentuk gadget lainnya.
Teknologi semacam itu tentunya sangat membantu, terutama bagi para jurnalis yang bekerja di media-media on-line. Di segmen di industri media seperti ini tentunya kecepatan menyampaikan berita adalah yang utama, meski akurasi dan kelengkapan berita tetaplah penting. Mengingat kecepatan adalah kunci persaingan, seringkali peran editor menjadi sangat minim. Sepertinya, sang jurnalislah yang kerap berperan sekaligus sebagai editor dan langsung menyampaikan berita yang dibuatnya untuk dimuat.
Fenomena seperti itu misalnya terlihat di berbagai kesempatan, umumnya saat penyelenggaraan suatu konferensi pers atau dalam kesempatan doorstep interview terhadap salah satu nara sumber berita.
Misalnya, di salah satu kesempatan pada saat salah satu narasumber memberikan keterangan terlihat kerumunan para wartawan dari bernagai segmen industri media. Mulai dari media cetak, televise hingga media on-line. Perbedaan ini terlihat dari bagaimana para wartawan membawa peralatannya, mulai dari kamera, alat perekam suara, mikrofon dan ‘HP’.
Nah diantara kerumunan jurnalis di suatu kesepmatan, terlihat salah satu yang asyik memainkan jari-jarinya di keyboard blackberry-nya, sembari sesekali melirik semacam ‘brosur’ yang dibagikan, mungkin oleh para staf bagian kehumasan dari instansi sang narasumber berita untuk, sepertinya mengecek dan melengkapi angka-angka dari informasi yang diberikan oleh narasumber tadi.
[caption id="attachment_191821" align="aligncenter" width="300" caption="Mengetik berita di Blackberry (Priyanto B. Nugroho)"][/caption]
Saya perhatikan dia sangat serius dan penuh konsentrasi dalam memainkan jari-jarinya, sehingga tidak hirau dengan ‘dorongan’ dari kerumunan rekannya yang seringkali membuat badannya terombang-ambing.
Saya salut dengan kegigihan dan caranya bekerja, yang tentunya selalu berada di dalam ‘tekanan’ karena kecepatan adalah kuncinya dalam bersaing menghasilkan berita.
Selain ketrampilan memainkan jari-jari, tentu keahlian dalam ‘mengikat makna’ atau inti sari dari yang apa yang disampaikan oleh nara sumber, juga adalah kunci utama dalam menghasilkan berita.
[caption id="attachment_191823" align="aligncenter" width="300" caption="Beragam peralatan jurnalisme disorongkan (Priyanto B. Nugroho) "]
Industri media memang telah berevolusi luar biasa pesat, sejalan dengan cepatnya perkembangan teknologi dan keterbukaan. Tentu sangat jauh berbeda dibandingkan dengan asal muasal berita dan jurnalisme sejak Acta Diuna Populi Romani di jaman Romawi kuno di bawah kekaisaran Julius Cesar, atau ti-pao di jaman dinasti T’ang di China.
Kini, berita adalah milik semua dan untuk semua. Semua informasi dengan mudah dan semakin cepat tersedia. Tinggalah kita yang harus pintar-pintar menyaringnya, agar tidak justru semakin bingung dibuatnya. [caption id="attachment_191825" align="aligncenter" width="300" caption="Narasumber diantara para jurnalis dan peralatannya (Priyanto B. Nugroho)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H