Mohon tunggu...
Priyantarno Muhammad
Priyantarno Muhammad Mohon Tunggu... Lainnya - menulis buat healing

abdi negara yang mencoba bepikir sederhana demi kebaikan negara

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Catatan: 107 Tahun PSM Makassar

4 November 2022   06:30 Diperbarui: 4 November 2022   06:31 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selasa, dua nopember 2022, PSM Makassar merayakan hari terbentuk yang ke-107, menjadi satu-satunya klub tertua yang masih berada di kancah teratas kompetisi liga indonesia. Menurut Zen RS, PSM Makassar bukanlah klub tertua yang ada di Indonesia, masih ada UMS yang 10 tahun lebih tua, bahkan ada PS Sidolog dan PS UNI yang lebih tua 13 tahun.

PSM Makassar sendiri menurut catatan didirikan pada 02 Nopember 1915 dengan nama Macassaarsche Voetbal Bond (MVB), yang pada tahun 1942 diubah namanya menjadi Persatuan Sepakbola Makassar (PSM). Klub dengan sejarah yang panjang ini telah menghasilkan beberapa prestasi diantaranya juara liga perserikatan sebanyak lima kali, juara liga indonesia satu kali, juara piala indonesia satu kali serta beberapa juara turnamen lokal lainnya. Saat ini PSM Makassar menjadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan di liga 1 musim 2022/2023 hingga liga dihentikan sementara imbas tragedi kanjuruhan.

PSM Makassar termasuk salah satu klub yang bersikap mementingkan liga bergulir dulu baru kemudian KLB PSSI, hal ini adalah hal yang wajar karena bagaimanapun sepak bola adalah industri, banyak orang yang hidup dari bisnis tersebut, bukan saja pemain, offocial tim tapi juga tukang parkir dan pedagang di stadion, akan tetapi saya tidak sepaham dengan sikap manajemen PSM,bagi saya sikap tegas harus dibuat, tidak ada perayaan kemenangan (tidak ada pertandingan) yang  dirayakan bila mereka yang secara hukum dan moral belum mundur dan berhenti mengurus sepakbola indonesia. Sikap yang jelas akan sangat bertolak belakang jika kita memandang dari segi bisnis dan ekonomi. Namun perbedaan sikap ini tidak mengurangi kecintaan saya terhadap klub kebanggaan Sulawesi Selatan.

Saya sendiri lupa kapan pertama kali menyukai PSM Makassar, saat pertama menonton PSM Makassar di stadion yang seingat saya melawan PSIS Semarang yang berkesudahan 2-1 buat PSM Makassar, atau karena memang saya ditakdirkan mencintai PSM Makassar karena dilahirkan di kota ini. Saya besar di wilayah Antang, saat saya kecil, Antang adalah wilayah yang sangat merah dengan PSM, kala PSM disiarkan melalui radio (RRI) atau tv maka jalanan Antang akan lengang,seakan semua energi warga terfokus pada PSM semata, hal ini wajar karena Antang adalah wilayah yang sering menyuplai pemain ke PSM Makassar, di zaman saya kecil ada nama-nama seperti Bahar Muharram, Ansar razak, untuk masa kini ada nama M.Arfan dan Ananda Raehan, bahkan Asnawi yang kini bermaik di K-League 2 bersama tim Ansan Greeners adalah anak-anak yang berasal dari Antang.

Teman saya pernah mengeluarkan argumen satu-satunya yang tidak berubah dari Makassar, ialah PSM  Makassar. Hal ini mungkin diakibatkan karena kota Makassar telah jauh berubah, pantai dan laut berganti tanah reklamasi yang kemudian di sulap jadi mall dan perumahan hingga jalanan yang penuh klakson, seakan nada tersebut dapat membelah kemacetan, sayang perubahan kota ini tidak sejalan dengan ambisi PSM Makassar untuk menjadi tim yang profesional, pembangunan stadion yang semestinya menjadi salah satu ciri kota besar tidak ada yang rampung sama sekali, mulai dari stadion barombong hingga mattoanging. 

Stadion hanya menjadi sarana politisi beradu argumen dan saling menyalahkan. Akibat dari tidak adanya stadion PSM untuk musim kompetisi 2022/2023 terpaksa memilih Parepare sebagai tempat pertadingan (Stadion BJ Habibie), serta menjadikan kabupaten gowa (stadion kalegowa dan lapangan syech yusuf) sebagai tempat latihan, sebuah hal yang sungguh miris buat tim dengan sejarah yang panjang.

Setiap musim pemilihan kepala daerah (gubernur/walikota) maka berbondong-bondong politisi menunjukkan dirinya sebagai PSM Sejati, dari menonton langsung, atau minimal memposting status lagi nonton PSM bertanding, memberi bonus hingga janji surga bahwa akan membangun stadion yang megah buat PSM Makassar.

Menyikapi hal tersebut PSM mesti lepas dan menjadi klub yang profesional, hal yang menurut saya sudah dimulai sekarang ini,mulai dengan menjual jersey buatan dan merk sendiri  serta adanya akun premium PSM yang dapat diunduh di play store, dan yang terakhir menurut saya yang sangat layak dipuji ialah menunjuk Bernando Tavarez sebagai manajer PSM Makasar, hal ini sama dengan tim-tim eropa yang menunjuk pelatih mereka sebagai manajer klub. Jelas ini hanya sebuah langkah kecil dari begitu banyak langkah yang harus dilalui PSM Makassar agar benar-benar menjadi tim yang 100% profesional, sebagai suporter yang saya bisa saat ini adalah berdoa semoga ke depannya PSM Makassar makin jaya, bukan sekedar mengukir kembali kejayaan seperti di masa lalu, tapi melebihi itu.

Selamat ulang tahun ke 107 PSM Makassar

Ewako!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun