Postur princess yang awalnya tegak dan cara geraknya yang gemulai tiba-tiba menjadi kuda-kuda siap untuk menyerang secara fisik yang sering digambarkan sebagai postur yang maskulin. Penggunaan lipstik yang biasanya untuk merias wajah di bagian bibir sebagai standar kecantikan perempuan digunakan untuk menggambar dua garis di pipi seperti akan bermain rugby. Penggunaan bra untuk medium menyalakan obor sangat melambangkan feminisme. Perempuan sering dilihat sebagai objek seksual yang melengkapi laki-laki. Sehingga untuk perempuan memperlihatkan beberapa objek yang berhubungan dengan bagian tubuh yang dinilai memiliki nilai sensualitas adalah hal yang taboo. Jika dibandingkan dengan film lain adanya bra di dalam film sangat sulit untuk tidak membuat penonton berpikir kepada hal yang berbau seksual. Bra dalam film hanya digambarkan sebagai kain yang bisa membantu obor menyala dan tidak lebih dari itu. Hal ini membantu meringankan pemahaman perempuan sebagai objek seksual. Hal terakhir dari bertumpu tangan sesama perempuan melambangkan perempuan juga bisa bekerja sama layaknya laki-laki. Standar sosial membuat perempuan sering dibanding-bandingkan dan hal ini dapat membuat perempuan menjatuhkan satu sama lain. Hal yang perlu dilakukan dan sudah dipraktikan oleh kaum feminis adalah perempuan bekerjasama dengan perempuan untuk membantu perempuan.Â
Tanda dalam film yang dimaknai audiens ini memang tidak akan langsung memberikan dampak yang besar di masyarakat namun sesuai dengan teori komunikasi massa, hal ini sedikit demi sedikit akan membawa perubahan yang besar.Â
Daftar Pustaka
Thwaites, Tony.(1994). Tools for Cultural Studies, an Introduction. MacMillan.
Rokhmansyah, Alfian.(2016). Pengantar Gender dan Feminisme: Pemahaman Awal Kritik Sastra Feminisme. Garudhawaca: Yogyakarta.
Wiryanto.(2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Grasindo: Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H