Mohon tunggu...
Priyandono Hanyokrokusumo
Priyandono Hanyokrokusumo Mohon Tunggu... -

Guru di SMAN 1 Gresik. Nyambi sebagai penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyiapkan Anak Hadapi Era Industri 4.0

19 September 2018   22:21 Diperbarui: 19 September 2018   22:41 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0. Pada era ini semua aktivitas berbasis mesin terintegrasi jaringan internet (internet of things). Proses produksi semuanya menggunakan teknologi informasi dan mesin otomasi.

Teknologi informasi merupakan anak  emas revolusi 4.0. Pada masa ini binatang buas akan menjadi lebih buas, dan manusia keji akan menjadi lebih keji. Akan tetapi sebuas-buasnya hewan, bisa ditundukkan ilmu pengetahuan modern. Begitu kata Pramoedya Ananta Toer.

Oleh karena itu, kita harus bijak menyikapinya. Salah satu caranya, dengan membiasakan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis adalah berpikir secara mendalam tentang suatu hal, memiliki sikap tanggap, cekatan, dan terampil mengambil keputusan.  

Upaya menyiapkan anak agar memiliki ketrampilan berpikir kritis tersebut telah dipaparkan dengan gamblang oleh guru SMAN 2 Batu Sri Subekti lewat buku keduanya "Mencetak Generasi Cerdas melalui Berpikir Kritis.

Dalam bukunya tersebut Perempuan kelahiran Pandaan Jawa Timur ini mengajak para guru agar menyibukkan diri menghadirkan pembelajaran yang bermakna. Bagaimana pendekatan, model, strategi, metode serta teknik pembelajarannya? Semuanya dikupas secara detail dalam buku ini.

Buku ini menjadi sangat penting. Sebab guru memiliki tanggung jawab sosial serta tanggung jawab moral yang tinggi menyiapkan generasi milenial yang memiliki ketrampilan berpikir kritis. Harapannya, agar anak anak dapat hidup di tengah dunia global tanpa tercerabut dari akar dan budaya ketimuran.

Berpikir kritis merupakan adalah satu ketrampilan yang sangat urgen dimiliki siswa. Sebab di era industri 4.0 itu hanya ada dua pilihan yakni menggerakkan atau digilas roda revolusi. Penulis buku ini mengajak kita menyiapkan generasi milenial memiliki sikap Arif dalam menghadapi era yang sangat kompetitif. Sehingga tidak picik terhadap kenyataan.

Membeli masa depan dengan  harga sekarang memang terkesan mahal. Tapi pada saatnya nanti, kita akan menyaksikan generasi milenial  yang tangguh dan mampu berpikir kritis. Buku perempuan berwajah natural ini sebenarnya tidak hanya penting untuk para guru. Terapi  juga cocok untuk para orang tua serta mahasiswa. Sebab semakin banyak yang membaca buku ini, ke depan akan semakin banyak generasi generasi cerdas, tangguh serta berpikir kritis yang mampu menggerakkan roda revolusi 4.0 tersebut

Sri Subekti selain sebagai guru dan penulis adalah seorang editor andal. Sehingga Bukunya benar benar enak dibaca. Struktur kalimat serta diksi dalam buku ini sangat ciamik. Hubungan antarparagraf, nyambung. Tidak ada sama sekali kesan menggurui, kendatipun Sri Subekti seorang guru. Senior lagi.

Umik, begitu saya biasa menyapa Sri Subekti. Saya mengenalnya kali pertama saat bersama sama lolos mengikuti Bimtek Pendampingan Lomba Inobel di hotel UNY Jogjakarta setahun lalu. Dahsyat, smart dan Luar biasa. Itu yang saya tangkap dari perempuan yang sangat religius ini

Selamat dan sukses ya Umik, atas terbitnya buku keduanya. Buku ini menjadi sebuah bukti, bahwa Anda telah melakukan tindakan yang luar biasa. Tidak hanya sekadar merawat peradaban bangsa, tapi Umik telah memberikan andil besar menyiapkan generasi milenial  yang cerdas, yang berpikir kritis dalam melawan angkuhnya dunia

Terus berkarya dan menginspirasi ya Umik. Seperti yang Anda pesankan ke saya. " Hidup hanya sekali, hiduplah yang berarti" (**/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun