Mohon tunggu...
Priyambodo Priyambodo
Priyambodo Priyambodo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duniaku bersama biologi dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Klonthong Jengglur, Dari Desa Menuju Istana…

26 Februari 2014   21:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Klonthong Jengglur, Dari Desa Menuju Istana…

Desa memang tempat lahir kami, di sebuah desa di salah satu kabupaten di Jawa Timur, Pacitan. Pacitan yang merupakan kabupaten di sudut selatan-barat Jawa Timur mempunyai luas wilayah 1.389,87 km2 merupakan tanah kelahiran Presiden RI saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono. Dan di sinilah kisah itu berawal, dari sebuah desa yang melahirkan tekad untuk melangkah menuju istana.

Setiap orang memiliki cita-cita, dan cita-cita inilah yang ada di benak Guru Seni di SMP Negeri 1 Ngadirojo, Adi Peni. Melalui bidang yang ia geluti (bersama sang suami, Edi Suwito) ia bermimpi untuk melangkah menuju Istana Negara dengan karyanya.

Menilik Hukum Termodinamika yang menyebutkan bahwa tak pernah ada efektivitas kerja hingga 100%. Hal ini berimbas pada setiap kerja kita, jika ingin memperolah hasil 100, maka nilai kerja kita harus melampaui angka ekspektasi tersebut. Hal ini yang mengilhami pasangan suami-istri untuk terus berkarya. Melalui sanggar tari yang mereka bina bersama, “Edi Peni”, karya mereka makin berkibar dan makin membentangkan jalan menuju Istana Negara.

13933962261459623990
13933962261459623990

Adalah Tari Klonthong Jengglur, karya mereka berdua dengan menggandeng para seniman tari se-kabupaten Pacitan dan Bapak M. Kasim sebagai penata musik. Tari ini yang akan mengantarkan cita-cita mereka melenggang ke Istana Negara akan menjelma nyata. Tari yang di-launching pada Puncak Perayaan Ulang Tahun Pacitan ke-269, 19 Februari 2014 lalu di Alun-alun Pacitan.

Tari Klonthong Jengglur merupakan tari yang menyajikan gambaran tentang aktivitas warga Pacitan yang kaya akan sumber daya alam. Tari ini menggunakan “klonthong” yang biasanya diikatkan di leher sapi sebagai properti utama, selain itu tari ini dilengkapi dengan properti lain seperti tiruan daun pisang, umbul-umbul, keranjang rumput dan sarung. Properti-properti tersebut membuat penampilan tari yang dibawakan oleh 100 penari ini begitu rancak dengan iringan 50 pengrawit (pemusik, red).

1393395899433279989
1393395899433279989

“Rencananya kami akan membawa 300 penari dan 100 pengrawit Agustus mendatang ke Istana Negara. Mohon doanya!”, tutur Edi Suwito sebagai kepala rombongan.Mari kita doakan agar karya Pacitan ini sukses di acara-acara mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun