Mohon tunggu...
Priyambodo Priyambodo
Priyambodo Priyambodo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duniaku bersama biologi dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Seperti Tim Thomas Indonesia: Semifinalis!

27 Mei 2014   05:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:04 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dipakai berjalan, roda akan berputar. Begitupun hidup, saat kita menikmati hidup, kita akan memutari hidup, atau sebaliknya, hidup yang akan memutari kita, bahkan bisa saja unsur resiprokal itu datang, dan kita berputar bersama hidup. Berputar dan terus mengedar…

Terkadang untuk lebih menghidupkan hidup, kita harus melompat dari kehidupan sebelumnya, menuju satu kehidupan baru yang mungkin berbeda dari kehidupan sebelumnya.

Dan hidup adalah skenario indah dari Gusti Allah, Tuhan Sang Penguasa Alam. Tak ada yang alur cerita yang melebihi keanggunan Tuhan “Memaparkan” kehidupan. Tuhan menuliskan skenario kehidupan dengan kebahagiaan, sesaat terbang tinggi, lalu jatuh menukik membumi. Dan Tuhan selalu menyisipkan pelajaran dalam setiap tonggak waktu kehidupan, dan tak semua manusia paham atas “nyawa” dari sebuah laku yang diperankan.

Mei 2014 adalah tonggak waktu yang sudah ditunggu para penggiat dan penggila bulu tangkis Nusantara. Pasalnya pada tanggal 18 hingga 25 Mei 2014 diselenggarakan pagelaran akbar dua tahunan, Perebutan Piala Thomas dan Uber yang pada tahun ini diselenggarakan di Bumi Hindustan, New Delhi, India. Tentu asa publik Indonesia para punggawa Thomas Uber mampu membawa pulang piala yang sudah lama tak “menikmati” udara Indonesia.

Thomas Cup terakhir kali nangkring di Indonesia tahun 2002 silam. Saat itu Tim Thomas Indonesia harus bertarung sengit dan menang 3-2 atas Negara tetangga, Malaysia. Sedangkan Uber Cup lebih lama lagi tak singgah di Indonesia. Dominasi Tiongkok di Sektor putri beberappa tahun terakhir ini terasa sangat ngeri. Selama digelar, Indonesia baru tiga kali sukses mengangkat piala Uber tersebut, dan terakhir tahun 1996 silam, saat para Srikandi Indonesia menjungkalkan China di Hongkong.

Tahun ini PBSI menargetkan “juara” bagi para Arjuna Bulutangkis Indonesia, sedangkan untuk para Srikandi, target yang dibebankan PBSI adalah mencapai babak 4 besar. Target ini bukan alasan, menurut daftar unggulan yang dikeluarkan resmi oleh Badminton World Federation (BWF) memang menempatkan Tim Thomas sebagai unggulan nomor wahid, satu tangga lebih tinggi daripada juara bertahan, China. Sedangkan bagi Tim Uber yang diungulkan di urutan kelima, target semifinal juga bukan hal yang muluk-muluk.

Pertandingan bulutangkis memang bukanlah pelajaran matematika yang dapat dihitung dan diterka. Dan prediksi hanyalah prediksi, dan asa tinggallah asa, harapan menyisakan rasa sesak mendalam. Pagelaran Thomas-Uber Cup 2014 memang penuh kejutan. Perancis merupakan satu Negara yang membuat kejutan itu, di fase grup, Tim Thomas Perancis mampu tampil sebagai runner up dan mampu melaju ke babak 8 besar. Kejutan lainnya datang dari Nippon! Dengan perkasa Tim Thomas-nya mampu mendepak China di laga semifinal dengan skor 3-0, dan akhirnya tampil sebagai kampiun. Rasanya Jepang adalah Negara tersukses di ajang Thomas-Uber Cup 2014 ini. Predikat champion Thomas dan runner up Uber menjadi bukti bahwa Negara Matahari Terbit itu kembali bangkit di olahraga tepok bulu ini.

Dan bagaimana dengan Indonesia? Pil pahit pertama yang harus ditelan adalah kekalahan 0-3 dari Tuan Rumah, India. Lindaweni Fanetri yang dipercaya sebagai tunggal pertama tak mampu membendung keperkasaan Saina Nehwal. Partai kedua yang membuat jantung terasa lebih berdebar juga menambah nyesek public Indonesia, setelah dipaksa bermain rubber game, si cantik Bellaetrix Manuputy harus mengakui keunggulan Sindhu Pursala Venkata. Asa kubu Indonesia tinggal bertumpu pada ganda putri senior Indonesia untuk memperpanjang nafas. Sayangnya, Greysia Polii/Nitya Khrisinda Maheswari tampil di bawah tekanan, dan harus takluk dari Jwalla Guta/Ashwini Ponnapa.

Sehari setelahnya, publik Indonesia berharap mendapatkan kado pelipur lara atas kekalahan Tim Uber. Namun bukan pelipur lara yang didapat, namun justru pil pahit kedua yang harus kembali ditenggak. Tunggal pertama Tommy Sugiarto, pasangan nomor satu dunia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan tunggal kedua Dionysius Hayom Rumbaka harus tunduk dari pemain-pemain Malaysia dan harus merelakan tiket final dengan skor telak 0-3.

Tuhan selalu bijak membentangkan jalan kebaikan pada setiap hamba-Nya. Tuhan selalu menitikkan pena kisah dengan indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun