Mohon tunggu...
koko anjar
koko anjar Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang penikmat senja dengan segala romantikanya. Menyukai kopi dan pagi sebagai sumber inspirasi dan dapat ditemui di Hitsbanget.com.

Seorang penikmat senja dengan segala romantikanya. Menyukai kopi dan pagi sebagai sumber inspirasi dan dapat ditemui di Hitsbanget.com.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Honda Tiger 2000, Motor Lelaki yang Paling "Laki" di Zamannya

20 Juli 2017   20:47 Diperbarui: 27 Juli 2017   13:07 23697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
modifikasi tiger 2000 versi street fighter via http://dapurotomotif.com

Kalau rubrik otomotif sudah pernah membahas tentang Toyota Fortuner, maka tidak afdol rasanya kalau tidak membahas tentang Honda Tiger. Honda Tiger yang saya maksudkan disini bukanlah Honda Tiger Revo, atau yang biasa orang kenal dengan sebutan Tiger Sukhoi karena merujuk pada iklan sepeda motor  tersebut yang menggunakan pesawat kebanggaan kita itu sebagai pembanding. Melainkan Honda Tiger 2000 atau Tiger Sprite.

Lantas kenapa saya hanya menyebutkan Honda Tiger saja? Sederhana alasannya, biar enak didengar karena sama-sama berakhiran "er". Seperti halnya Fortuner, Honda Tiger adalah kendaraan gagah yang diperuntukkan bagi orang yang ingin kelihatan lakik banget pada zamannya versi motor. Saking eksklusifnya, sebuah produk minuman bersoda pernah membuat sayembara berhadiah motor tersebut di tutup minumannya.

Bahkan saya yang ketika itu baru berusia 5 tahun, memaksa orang tua untuk sering-sering membeli sprite dengan harapan memperoleh sepeda motor tersebut dengan cuma-cuma. Sayangnya hampir semua tutup botol yang saya buka hanya terbaca tulisan "maaf anda belum beruntung". Maklum saja, waktu itu satu-satunya kendaraan di keluarga saya hanyalah Vespa P 150 exsklusive. Meskipun eksklusif, tetap saja ada perasaan minder ketika saya diantar jemput ke sekolah oleh bapak saya.

Hal itu bukan tanpa sebab. Setiap kali saya diantar jemput ke sekolah, pasti banyak teman-teman yang meledek motor bapak saya itu dengan sebutan motor odong-odong. Seandainya saja waktu itu klub vespa pergerakannya sudah semasif sekarang, mungkin saya bisa mengirimkan surat pengaduan ke mereka. Tujuannya jelas biar teman-teman saya yang suka mem-bully itu dilaporkan ke komisi perlindungan anak atau minimal di damprat karena telah melakukan tindakan bullying.

Kembali ke Honda Tiger impian saya. Di medio tahun 2000an, sepeda motor yang sebenarnya bernama Honda GL 190 itu merupakan simbol kegagahan seorang laki-laki. Entah apa korelasinya dengan GL Pro dan GL Max, namun begitulah adanya yang tertulis di STNK. Apalagi setelah munculnya Tiger 2000 CW yang terkesan lebih sporty dengan tulisan timbul "Tiger 2000" di tankinya lengkap dengan stiker super cruiser sebagai strippingnya. Semakin menunjukkan bahwa sepeda motor ini ditujukan bagi kaum laki-laki yang doyan menjelajah.

Maka jangan heran, sejelek apapun wajah dan penampilan seorang cowok ketika itu, mendadak akan berubah jadi ganteng dan gagah ketika mengendarai Tiger 2000. Karena itulah, saya berjuang habis-habisan untuk mendapatkan motor tersebut. Akhirnya ketika masuk bangku SMA saya memberanikan diri untuk mengajukan proposal pembelian Honda Tiger kepada Bapak selaku pemegang kendali keuangan keluarga. Dan bisa ditebak, proposal saya ditolak mentah-mentah dengan alasan belum waktunya serta kondisi kas negara yang sedang dilanda krisis. Akhirnya saya pun mengalah dengan tetap mengandalkan bus umum untuk kesekolah serta meminjam motor ibu saya yang tidak kalah melegendanya, Honda Supra X. Perlu dicatat, Honda Supra X bukan Supra X 125.

Baru ketika saya memasuki kelas 3 SMA, cita-cita saya untuk memiliki motor sendiri tercapai. Bermodalkan tabungan yang saya punya, saya pun mengajukan proposal lagi kepada bapak.

Saya : "Pak, mbok saya dibelikan motor, bentar lagi kan saya kuliah, masak hya mau rebutan motor terus sama ibuk?"

Bapak : "Mank kamu punya duit"?

Saya : "Ada pak tabungan saya, nanti bapak tinggal nambahin saja"

Bapak : "woo yoo, lha tabunganmu piro?"

Saya : "600 ribu pak"

Bapak : "wooo....jenenge ora nambahi kui, tapi nomboki" (namanya bukan nambahin, tapi nombokin.)

Asal tahu saja, ketika itu harga Honda Tiger yang masih menggunakan velg jeruji 18.600.000, sedangkan yang sudah velg racing hampir 22.000.000. Namun beruntungnya proposal saya diterima. Sayangnya bapak tidak membelikan saya Honda Tiger, dengan alasan biaya perawatannya yang super mahal. Tapi membelikan saya Honda New Mega Pro yang diiklankan mas Primus Yustisio yang ganteng dan keren itu.

Bapak seolah-olah ingin mengatakan kepada saya, kalau naek Mega Pro sudah cukup membuat saya terlihat lebih ganteng dan gagah. Perawatannya pun jauh lebih murah begitu pula dengan pajaknya. Dalam batin saya mengatakan, ya iyaa lah ganteng, orang yang ngiklanin Primus. Tapi karena keadaan memaksa, saya pun menerimanya dengan ikhlas. (gimana gak ikhlas, uang 600.000 bisa dapet motor baru).

Barulah 3 tahun kemudian, ketika saya sudah menjadi seorang pegawai negeri cita-cita saya untuk memiliki Honda Tiger kesampaian juga. Kebetulan saat itu adik saya mulai masuk bangku SMA dan perlu motor untuk kemana-mana. Saya turunkanlah Honda Mega Pro 600ribu itu kepada adik saya. Dan saya memutuskan untuk beli motor Honda Tiger 2000 bekas tahun 2002. Kenapa saya cuma beli bekas? Karena waktu itu Honda Tiger sudah berevolusi ke Tiger Sukhoi yang kita kenal sekarang.

Meski sudah melewati masa kejayaannya, bukan berarti kharisma Honda Tiger 2000 meredup. Kesan sebagai motornya horang kayah, gagah dan lakik banget masih tergambar jelas dalam body sepeda motor itu. Apalagi di tahun 2010an, belum terlalu banyak motor yang bertemakan sporty seperti sekarang ini. Yamaha masih mengandalkan Vixionnya, Suzuki masih mengandalkan motor sportnya yang hanya berkapasitas 150 cc (meski punya 6 kecepatan), sementara jumlah Kawasaki ninja yang jadi andalannya mas Boy masih bisa dihitung dengan jari. Jadilah ketika mengendarai Tiger 2000 kebanggaan  tersebut saya masih menjadi pusat perhatian.

Belum lagi kalau telat ganti gear serta rantai. Suara mesin yang besar ditambah kemrosaknya gear dan rantai semakin menambah garang nuansa Honda Tiger. Padahal sih sebenernya itu aib. Tapi ya mau gimana lagi, harga seperangkat gear dan rantainya yang orisinil bisa untuk membeli 4 set gear dan rantai Supra X 125.

Dibandingkan dengan Tiger Revo yang bentuknya futuristik itu, Tiger 2000 bodynya lebih modifable. Mau dipermak jadi motornya Valentino Rossi oke, mau dibentuk jadi motor touring lebih gampang, bahkan mau dimodif jadi motor minimalis dengan ban kecil-kecil dan velg chrome pun juga bisa. Yang penting koentjinya cuma satu, punya duit. Sebab kalau duitnya pas-pasan, ada baiknya kalau legowo saja dengan penampilan standardnya. Toh standard saja sudah gagah ngaudubillah.

modifikasi tiger 2000 versi street fighter via http://dapurotomotif.com
modifikasi tiger 2000 versi street fighter via http://dapurotomotif.com
minimalis via https://www.ikamart.com
minimalis via https://www.ikamart.com
Kini, di usia 15 tahun setelah perakitannya, motor tersebut masih setia menemani saya bekerja. Meski sudah memiliki kendaraan lain dirumah, namun saya tetap mempertahankan sepeda motor kebanggaan saya itu. Bukan karena dijual tidak laku, tapi karena kebanggaan tidak dapat dibeli dengan harga berapapun. Bagi saya, Honda Tiger 2000 adalah kebanggaan tiada henti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun