Gatotkaca sangat hebat tapi sayang dia harus mati di usia muda. Kematian Gatotkaca sudah diatur oleh Prabu Kresna. Prabu Kresna menginginkan kemenangan sempurna bagi pihak Pandawa dalam perang Bharatayudha. Beliau takut dengan panah andalan Karna yang bernama Kunta. Kunta adalah senjata pemberian Batara Indra. Panah tersebut merupakan senjata yang maha ampuh, tidak ada senjata yang lebih hebat dari Kunta. Tapi sayang Panah Kunta hanya bisa digunakan sekali. Rencana Karna untuk menggunakan Panah Kunta untuk menghadapi Arjuna. Tetapi melihat Gatotkaca begitu perkasa menghancurkan pasukan Kurawa. Pihak Kurawa putus asa dan meminta Karna untuk membunuh Gatotkaca tetapi Gatotkaca tidak bisa dihadapi karena Gatotkaca bisa tebang dan bersembunyi di balik awan dan kebal dengan semua senjata pusaka yang ada. Akhirnya Karna tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan Panah Kunta. Karena beliau sadar kalau Gatotkaca tidak dibinasakan maka seluruh Pasukan Kurawa lah yang akan binasa. Dan matilah Gatokaca. Jatuh dari atas langit meremuk bumi. Sebelum menyentuh bumi, Gatotkaca membesarkan tubuhnya sebesar gunung dan membunuh ribuan pasukan Kurawa. Skenario Gatotkaca menghadapi Pasukan Kurawa sudah diatur oleh Prabu Krisna. Prabu Krisna percaya kalau Karna pasti akan menggunakan Panah Kunta-nya. Sewaktu lahir, Gatotkaca berwujud raksasa bernama Putut Tutuka. Namun ketika di Kahyangan terjadi masalah karena diserbu pasukan raksasa yang dipimpin Sakipu, para dewa meminjam Tutuka kepada Bima. Terus Gatotkaca menang dan mendapat tiga hadiah dari pada dewa. Hadiah pertama adalah brevet penerbang bernama “kotang Antakusuma” yang membuat Gatotkaca dapat terbang dengan cepat tanpa menimbulkan ledakan supersonik. Hadiah kedua adalah topi bernama Caping Basunanda, yang mempunyai kesaktian apabila panas tidak merasa panas dan hujan tidak menjadi basah. Hadiah ketiga, berupa sepatu “Pada Kacarma” yang mempunyai kesaktian tidak akan kualat walaupun melintasi daerah-daerah angker. Kutipan dari buku “Wayang dan Karakter Manusia” karangan Ir. Sri Mulyono Cerita lain yang lebih lengkap: Raden Gatotkaca putera Raden Wrekiodara yang kedua, ibunya seorang puteri raksasa bernama Dewi Arimbi di Pringgadani. Waktu dilahirkan Gatotkaca berupa raksasa karena sangat saktinya, tidak ada senjata yang dapat memotong tali pusatnya. Kemudian tali pusat itu dapat juga dipotong tetapi sarung senjata Karna yang bernama Kunta, tetapi sarung senjata itu masuk kedalam perut Gatotkaca , dan menambah lagi kesaktiannya. Dengan kehendak Dewa-Dewa, bayi Gatotkaca itu dimasak sebagai bubur dan diisi dengan segala kesaktian ; karena itu Raden Gatotkaca berurat kawat, bertulang besi, berdarah gala-gala, dapat terbang diawan dan duduk diatas awan yang melintang. Kecepatan Gatotkaca pada waktu terbang diawan sebagai kilat, liar sebagai halilintar. Kesaktiannya dalam perang, dapat mencabut leher musuhnya dengan digunakan pada saat yang penting. Gatotkaca diangkat jadi raja di Pringgadani, dan ia disebut kesatria di Pringgadani, karena pemerintahan negara dikuasai oleh keturunan dari pihak perempuan. Dalam perang Batarayuda Gatotkaca tewas oleh senjata Kunta Karna yang ditujukan kepada Gatotkaca , waktu Gatotkatja bersembunji dalam awan. Gatotkaca jatuh dari angkasa mengenai kereta kendaraan Karna hingga hancur lebur. Gatotkaca beristerikan saudara misan, bernama Dewi Pregiwa, puteri Raden Arjuna. Dalam riwajat, Gatotkaca mati masih sangat muda, hingga sangat disesali oleh sekalian keluarganya. Gatotkaca bermata telengan (membelalak), hidung dempak, berkumis dan berjanggut. Berjamang tiga susun, bersunting waderan, sanggul kadal-menek, bergaruda membelakang, berpraba, berkalung ulur2, bergelang, berpontoh dan berkerontyong, Berkain kerajaan lengkap. Menurut kata dalang waktu Raden Gatotkaca akan mengawan, diucapkan seperti berikut: Tersebutlah, pakaian Raden Gatotkaca yang juga disebut kesatria di Pringgadani: Berjamang mas ber-sinar2 tiga susun, bersunting mas berbentuk bunga kenanga dikarangkan berupa surengpati. (Surengpati berarti berani pada ajalnya. Sunting serupa ini juga dipakai untuk seorang murid waktu menerima ilmu dari gurunya bagi ilmu kematian, untuk lambang bahwa orang jang menerima ilmu itu takkan takut pada kematiannja). Bergelung (sanggul) bentuk supit urang (sepit udang) tersangga oleh praba, berkantjing sanggul mas tua bentuk garuda membelakang dan bertali ulur-ulur bentuk naga terukir, berpontoh nagaraja, bergelang kana (gelang empat segi). Berkain (kampuh) sutera jingga (merah tua), dibatik dengan lukisan seisi hutan, berikat-pinggang hijau, bercelana jindai biru, berkerondong suasa bentuk nagaraja, uncal (kain sebai) diberi emas anting. Diceritakan, Raden Gatotkaca waktu akan berjalan ia berterumpah Padakatyarma, yang berkuasa dapat mengawan tak dengan sayap. Bersongkok Basunanda, walaupun pada waktu panas terik takkan kena panas, bila hujan tak kena air hujan. Diceritakan Raden Gatotkaca menjingsingkan kain bertaliwanda, ialah kain itu dibelitkan pada badan bagian belakang Raden Gatotkaca segera menepuk bahu dan menolakkanlah kakinya kebumi, terasa bumi itu mengeram dibawah kakinya. Mengawanlah ia keangkasa. Wayang itu diujudkan sebagai terbang, jalah dijalankan, dari kanan kekiri, dibagian kelir atas sementara kali, , ibarat berhenti diatas awan, dan dalang bercerita pula: Tersebutlah Raden Gatotkaca telah mengawan, setiba diangkasa terasa sebagai menginjak daratan, menyelam diawan biru, mengisah awan dihadapannya dan tertutuplah oleh awan dibelakangnya, samar-samar tertampak ia dipandangan orang. Sinar pakaian Gatotkaca yang kena sinar matahari sebagai kilat memburunya. Maka berhentilah kesatria Pringgadani diawan melintang, menghadap pada awan yang lain dengan melihat kekanan dan kekiri. Setelah hening pemandangan Gatotkaca , turunlah ia dari angkasa menuju kebumi. Adipati Karna waktu perang Beratayuda berperang tanding melawan Gatotkaca . Karna melepaskan senjata kunta Widjajadanu, kenalah Gatotkaca dengan senjata itu diarah pusatnya. Setelah Gatotkaca kena panah itu jatuhlah Gatotkaca dari angkasa menjatuhi kereta kendaraan Karna, hingga hancur lebur kereta itu. Tersebut dalam cerita, Raden Gatotkatja seorang kesatria yang tak pernah bersolek, hanya berpakaian bersahaja, jauh dari pada wanita. Tetapi setelah Gatotkaca melihat puteri Raden Arjuna, Dewi Pregiwa, waktu diiring oleh Raden Angkawidjaja, Raden Gatotkaca jatuh birahi, tertarik hati Gatotkaca lantaran melihat puteri itu berjambang dan berhias serba bersahaja. Berubah tingkah Raden Gatotkaca ini, diketahui oleh ibunya (Dewi Arimbi) dengan sukacita dan menuruti segala permintaan Raden Gatotkaca . Kemudian puteri ini diperisteri Raden Gatotkaca. N.B : *** Saat ini komunitas DESA RANGKAT sedang mengupayakan proyek taman baca“Pojok Baca Rangkat”. Bagi sahabat yang mau berpartisipasi menyumbangkan buku-buku bacaan, silahkan berkunjung pada link berikut: [Pojok Baca Rangkat] From Rangkat with Love.
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda.
Datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami di DESA RANGKAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H