Mohon tunggu...
Pristiyono
Pristiyono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru pertanian yang hobi berkesenian

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Nyethe, Melukis Pertemanan dalam Sebatang Rokok

28 Januari 2024   13:50 Diperbarui: 28 Januari 2024   13:57 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila anda pernah ke Tulungagung dan sempat berkeliling, anda akan disuguhi dengan warung kopi (warkop) yang sangat banyak. Baik warung kopi "cethot", modern hingga warkop rakyat. 

Setiap warung kopi tentu memiliki konsumen dan keunikan masing-masing. Salah satu yang populer adalah warung kopi rakyat yang biasanya digunakan untuk nyethe. 

Nyethe adalah proses melukis di rokok dengan menggunakan ampas kopi sebagai tintanya.  Kebiasaaan ini berlangsung hampir disetiap warkop atau warung kopi,  bukan cafe atau toko penyedia kopi modern yang sifatnya hampir sama di setiap kota.

Anda akan melihat banyak anak muda yang khidmat melukisi rokok dengan ampas kopi. nyethe begitu orang Tulungagung menyebutnya. Proses menggambar ini bisa membutuhkan waktu berjam-jam untuk satu bungkus rokok. Namun bagi yang sekedar pingin mengoleskan ampas kopi ke rokok tentunya tidak perlu membutuhkan waktu yang lama.

Jenis gambar yang dihasilkan pun bermacam-macam, mulai lukisan dengan tema alam, binatang, wayang, bathik parang maupun yang sederhana tanpa motif. Selain teknis melukis, orang perlu mencampur ampas kopi dengan campuran yang baik,cepat kering, lengket dan berbau harum sehingga menambah kenikmatan saat merokok.

Bahan yang digunakan bervariasi, namun bahan utamanya  adalah ampas kopi yang halus dan lembut dicampur dengan susu kental manis. Campuran ini menghasilkan cairan yang  hitam dan lengket sebagai pewarna yang pas. Sedangkan bila ingin memberikan aroma yang berbeda, biasanya ditambah dengan vanili maupun coklat. Sehingga rasa nikmat yang dihasilkan bertambah dengan aroma yang ikut menimbulkan kenikmatan saat merokok.

Penggunaan tusuk gigi sebagai alat untuk mengoleskan ampas kopi ke batang rokok tidak bisa sembarangan. Tidak harus tusuk gigi, dulu sebelum tren menggunakan korek api gas, orang menggunakan batang korek kayu sebagai kuasnya. Namun berhubung saat ini jarang yang membawa korek api batang/kayu orang memilih tusuk gigi yang biasanya disediakan oleh warkop sebagai kuas pengganti. Sebelum digunakan, batang korek api atau tusuk gigi dibakar ujungnya hingga hitam. Kegiatan ini bertujuan agar lebih mudah saat digunakan untuk "nyete".

Memang tidak semua orang bisa nyete dengan baik. Biasanya bagi yang Cuma ingin mendapatkan rasa nikmat saat nyete, mereka tidak mementingkan gambar yang dihasilkan. Yang penting rokok dikasih ampas kopi selesai, bahkan tidak membutuhkan tusuk gigi maupun batang korek api. Rokok cukup digambari menggunakan sendok seadanya, kemudian di angin-anginkan di lepek sambil menunggu kering. Ritual menunggu kering ini yang biasanya digunakan untuk bercengkerama.

Tidak semua warung kopi menyediakan sarana untuk nyethe. Beberapa warkop menyediakan kertas yang sudah dipotong dan susu kental manis kaleng untuk bahan nyethe. Caranya mudah, kopi yang sudah habis tinggal ampasnya diserap airnya menggunakan kertas yang sudah disediakan. Ketika airnya sudah habis ditambah dengan susu yang sudah disediakan. Untuk penambahan susu ini biasanya tidak dikenakan biaya, karena memang semacam pelayanan warkop. Tak lupa warkop biasanya menyediakan tusuk gigi untuk menggambar. Warkop yang menyediakan sarana prasarana biasanya juga dilengkapi dengan tatakan untuk meng angin-anginkan rokok yang sudah di cethe.

Biasanya ketika di Tulungagung timur, saya memilih warkop Cethoel, Bogel atau lainnya warung kopi ini berada disekitar gang roda Kec Ngunut. Warkop ini menyediakan susu kental manis dan kertas bagi yang ingin nyethe lengkap dengan tatakannya. Sedangkan bila sedang Tulungagung barat kami memilih Warkop Mak Tin atau Mak Waris yang berada di Kec Kauman sebagai pilihan. Dua warkop terakhir selain memiliki fasilitas nyethe, mereka memiliki kopi khas Tulungagung. Kopi ijo.  

Untuk yang sudah ahli, menggambar/nyethe seringkali mereka mendapat pekerjaan untuk menggambar rokok satu slop. Momen ini biasanya terjadi saat puasa menjelang lebaran. Untuk yang sudah akrab biasanya diberi bayaran Rp. 100.000 per slop. Uang ganti kopi katanya, karena kalau dihitung profesional tentu kurang banyak.  Bagi yang belum akrab terkadang harus nego dulu, karena tidak semua orang mau menerima job ini.

Jika anda tertarik dan menginginkan belajar nyethe namun kebingunan, anda bisa mencari orang yang sedang nyethe dan ikut bergabung. Bilang saja bila ingin belajar. Dan bila beruntung anda akan diajari sambil langsung praktek. Biasanya cukup dengan membelikan rokok untuk dicethe dan dirokok bareng.

Kebiasaan atau tradisi nyethe  juga ikut diperhatikan oleh Pemerintah. Hal ini dapat dilihat dengan adanya lomba Nyete saat memerihakan kemerdekaan RI atau saat ulang tahun Tulungagung. Jadi, semisal anda tertarik datang untukmelihat atau bahkan ikut lomba nyethe saya sarankan untuk datang saat bulan tersebut. Bila anda beruntung, ada bisa melihat hasil karya dari peserta lomba yang luar biasa.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun