Mohon tunggu...
prisma susila
prisma susila Mohon Tunggu... Human Resources - Semoga menghibur

sekolah alam semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memakai Baju dengan Penelitian Ilmiah

18 April 2017   22:11 Diperbarui: 18 April 2017   22:24 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

kuliah. Satu kata yang seharusnya memiliki banyak makna dan pengertian. bagaimanapun kuliah adalah sebuah kegiatan untuk mencari segala hal dengan keseluruhan. Entah itu yang sederhana atau yang paling rumit sekalian. Karena, para pendiri dan penggagas dunia pendidikan, berharap bahwa seorang yang telah melakukan segala proses ini memiliki banyak sudut pandang dan sadar akan jarak pandang. 

Sudut pandang tidak hany diartikan dengan sebuah pemahaman dan pendapat oleh salah satu tokoh saja. Sering sekali ketika pembahasan sudut pandang, selalu yang muncul adalah sudut pandang satu tokoh saja. Memang sangat disayangkan sekali ketika muncul hal tersebut. Bahkan hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran tata bahasa dan penggunaan bahasa tidak dapat diaplikasikan. Ketika mengingat kembali sudut pandang dalam ilmu bahasa, selalu dihadapkan dengan pilihan sudut pandang orang pertama, kedua dan ketiga. Dari sinilah seharusnya selalu ada pilihan kiri, kanan dan tengah untuk setiap mengatasi sebuah masalah. entah itu masalah kehidupan, ekonomi atau masalah akademik. 

Jarak pandang juga sering dilupakan seseorang dalam menanggapi sebuah masalah. Sering sekali kita melihat berbagai perdebatan yang ada pada media cetak tentang sesuatu masalah. Disadari atau tidak memang berkaitan dengan jarak pandang. sebagai contoh, dalam sebuah kejadian penggusuran wilayah kumuh disuatu kota. Pemeganggang kebijakkan berpendapat bahwa lingkungan itu tidak sehat dan tidak sesuai dengan segala proses kehidupan. Lantas, para penduduk juga memiliki pandangan yang berbeda. Mereka berpendapat bahwa hidup dengan segala yang ada lingkungan ini wajar saja, layaknya kehidupan-kehidupan diwilayah dan lingkungan yang lain. Inilah jarak pandang, pemegang kebijakan tidak pernah hadir di kehidupan lingkungan tersebut. Sedangkan para penduduk tidak pernah menjadi seorang memegang penentu kebijakkan. 

untuk itu harus dan wajib untuk melakukan sebuah penelitian layaknya orang menggunakan pakaian. ketika seorang menggunakan pakaian, seorang akan memikirkan kenyamanan, keseusain dan keserasian. 

1. kenyamanan 

Kenyamanan selalu hadir dalam diri orang masing-masing. Setiap orang memiliki kenyamanan sendiri-sendiri. Jika orang kaya nyaman dengan kehidupan bermewahnya, lain dengan seorang hidup dengan sederhana. Akan nyaman dengan kesederhanaan hidupnya. Dilihat dengan sebuah metode penelitian, maka untuk mencari tahu sebuah kenyamanan seseorang ada beberapa metode. Misalnya, metode wawancara dan observasi. Wawancara digunakan untuk mencari kenyamanan seseorang secara verbal. Sedangkan observasi mencari kenyamanan seseorang dalam bentuk non-verbal.

2. kesesuaian

Kesesuaian berpakaian seseorang dapat dilihat dengan tolak ukur waktu, budaya, dan kegiatan. Waktu orang pergi untuk beribadah pakaian yang sesuai dengan itu adalah pakain yang bersih, suci dan rapi. Jika dilihat dari budaya, maka akan muncul penyesuaian bahwa budaya mana yang digunakan patokan dan sedang berkembang disuatu lingkungan. Kegiatan pun seperti itu, jika orang berkegiatan sebagai murid maka pakaian yang digunakan adalah seragam yang sesuai dengan jadwal harian. 

3. keserasian 

Inilah keindahan menggunakan pakaian. Serasi dalam kenyamanan dan kesesuaian. Keserasian adalah saling berjalannya faktor-faktor internal dan faktor eksternal. Tidak bisa kedua faktor ini diabaikan begitu saja. Harus ada sebuah kesepakatan pengguna pakaian dan penikmat pakian orang lain. 

Inti dari segala kata-kata yang tertuang dan tersematkan adalah berjalannya bersama antara pemilik penelitian dan subjek peneliti. Dalam pesan sebuah perkuliahan saya mendapatkan pesan "peneliti tidak selamanya mendekte subjek penelitian, karena subjek penelitian selalu memiliki konsep tentang apapun itu sendiri." Secara sederhananya kebahagiaan seseorang tidak selamanya harus memenuhi aspek kebahagiaan pada teori seorang tokoh. Karena kebahagiaan orang selalu berkembang dan berubah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun