Mohon tunggu...
Jon A Masli
Jon A Masli Mohon Tunggu... Insinyur - Penggiat Investasi dan UMKM

Jon Masli adalah profesional praktisi Perusahaan, khususnya dibidang Pengembangan Usaha, Penata Manajemen Korporasi, Go Public dan Pelobby investasi asing.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Rebound Ekonomi RI 2021 dan Kebijakan Presiden Terpilih AS

8 November 2020   11:33 Diperbarui: 10 November 2020   10:22 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joe Biden, presiden terpilih Amerika Serikat,.(REUTERS/JONATHAN ERNST via ABC INDONESIA)

Barusan (5/11/2020) Kepala BPS Suhariyanto resmi memberitakan ekonomi Indonesia masuk ke era resesi setelah mencatatkan pertumbuhan kontraksi atau minus 3,47% pada triwulan ke 3 tahun ini. Sementara Menteri Keuangan SMI dan IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 adalah - 1,5% dan - 1,7%. 

Tidak terlalu jelek bila dibanding dengan negara-negara ASEAN lainnya yang jauh lebih parah seperti Thailand yang di prediksi akan terjadi kontraksi pertumbuhan - 10,4 dan Malaysia -6,1%, Singapore -4,7%, Philippines -9,9% di akhir tahun 2020. 

Kita harus bersyukur walau pada th 2019 sempat disalip Kambodja dengat tumbuh 7,1%, Burma 6,8%, Filipina 5,9% menggunguli pertumbuhan ekonomi kita yang hanya 5,2%. Sementara Thailand hanya membukukan pertumbuhan 2,4%, Singapore 0,7%, Malaysia 4,3% sebelum pandemi covid 19 menyerang

Kabar baik datang dari ADB yang memprediksi bahwa bila penanganan covid 19 terkendali pada tahun ini dalam 3 sampai 6 bulan kedepan, pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN diptediksi akan rebound atau kembali bergairah walau mungkin sekali tidak setinggi pada tahun 2019. 

Namun, ADB juga mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi ASEAN kedepan ini krusial erat dengan keterkaitan ekonomi Cina yang lagi berseteru dalam perang dagang dengan AS. 

Tadinya bila Donald Trump yang terpilih lagi ataupun Joe Biden yang menang, ekonomi ASEAN ADB perkirakan akan tetap rebound no matter what mengingat Cina akan terus mengakselerasi perdagangannya dengan negara-negara ASEAN karena perang dagang Cina - AS yang pasti akan tetap berlanjut. 

Sehingga Indonesia dan semua negara ASEAN ekonominya bakal rebound oleh dampak pertumbuhan ekonomi Cina yang sekarang sudah positif di angka 4,7% di 2020 dan ditargetkan akan mencatat pertumbuhan 6,8% di 2021. India pun ditarget akan tumbuh rebound ke 7,9%. 

Tentu asumsi dan target ini mutlak dengan catatan kalau covid 19 aman terkendali (Catatan: Prosentasi target angka pertumbuhan ekonomi Cina, India dan ASEAN dikutip dari OECD: "Economic outlook for SEA, Cina & India 2020"). 

Laporan ADB pun mirip mendekati prediksinya ketika Covid mendera dalam report tanggal 15 September 2020, bahwa untuk pertama kalinya, GDP negara-negara ASEAN akan mengalami pertumbuhan negatif atau kontraksi drastis di 2020. 

Termasuk Singapura yang selama 60 tahun ini tidak pernah mengalami pertumbuhan negatif. Walau rebound pertumbuhan ekonomi ASEAN di 2021 yang diharapkan juga sangat tergantung dengan rebound pertumbuhan ekonomi Cina di achir 2021 yang diprediksi sampai sebesar 6,8% dengan pola L-Shape dahulu dan menjadi V-Scape.

Sekarang dengan terpilihnya Joe Biden (belum resmi memang) kebijakan-kebijakan ekonominya tidak akan banyak bertentangan dengan kebijakan-kebijakan ekonomi Trump yang sudah baik selama ini. Hal ini dikarenakan masyarakat Amerika dan pasar modal di Wall Street berharap consumer spending di kwartal 4 tahun ini akan melejit berkat christmas dan liburan-liburan akhir tahun. 

Paket stimulus ekonomi Trump yang kedua terganjal di congress selama ini diadang oleh partai demokrat, Dengan kemenangan Joe Biden, mereka akan menggoalkan ini sebagai gebrakan politik, sehingga rakyat AS akan mengelu-ngelukan dia. 

Paket stimulus yang sempat diusulkan Trump inilah yang pasti akan mengakselerasi consumer spending dengan infus stimulus sebesar $1,5 Triliun ke sistem ekonomi AS. 

Institute for Supply Management juga mengumumkan kegiatan sektor manufaktur AS menunjukan kenaikan seperti terefleksi oleh kenaikan sector's purchasing managers dan melejitnya index Down Jones yang tetap terlihat bullish. 

Demikian juga dalam konteks perang dagang dengan Cina, Wall Street bereaksi positif dengan wait and see mengingat Joe Biden yang memang akan lebih ramah dengan Cina, karena baiknya hubungan keluarga JB dengan penguasa Cina selama ini.

Akan tetapi dia tidak akan gegabah melemah drastis dalam mengkoreksi hubungan dagang dengan Cina mengingat janji kampanyenya untuk menjaga kepentingan AS dalam komitmen bipartisan di Congress. JB dipastikan akan menjaga national security, seperti hak cipta, termasuk Laut Cina Selatan dan trade balance dengan Cina. 

Yang jelas gaya diplomasi presiden negara adikuasa tidak searogan Trump. Kesemua ini sudah tercermin dengan menguatnya Dow Jones sampai 3% dalam beberapa hari ini sejak pilpres kemarin. 

Jadi kebijakan-kebijakan ekonomi JB tidak akan banyak berpengaruh bagi Indonesia, apalagi rezim Trump sudah memberikan perpanjangan GSP untuk barang-barang Ekspor kita.

Kembali ke laptop, betul kita harus optimis dengan prediksi ADB ini, tapi jangan lupa, janganlah kita hanya berharap durian runtuh tanpa kerja keras. Karena kunci keberhasilan ini bukan hanya tergantung dari suksesnya pemerintah-pemerintah ASEAN dan Cina menangani covid-19. 

Tapi juga berbagai upaya-upaya internal dari masing-masing negara. Khususnya Indonesia, ada beberapa solusi komplimen usulan untuk menguatkan upaya pemerintah memastikan keberhasilan menggapai target pertumbuhan ekonomi dan rebound keluar dari resesi 2020 di 2021 yang diprediksi oleh ADB tadi. Adapun beberapa kiat usulan tersebut adalah:

1. Pemerintah harus menggenjot pembelanjaan APBN dan APBD 2020 dan 2021 at full speed. Ngegas yang kencang! (ingat ketika Pak Jokowi sudah sempat ngamuk kepada para menteri yang lamban membelanjakan APBN dan APBD pada saat Covid 19 berlanjut pada 2 kwartal pertama tahun 2020).

2. Wahai orang-orang yang berduit, terutama yang kaya dan mampu diatas rata2, serta yang masih berpenghasilan alias punya rezeki. 

Perbanyaklah kegiatan sedekah dan belanja dengan bijak terutama membeli produk-produk dalam negeri, terutama produk-produk UMKM, bukan bermaksud negatif dalam konteks berfoya-foya. Upayakan mengurangi membeli produk-produk impor dengan bijak.

3. Bagi BUMN-BUMN, usahakanlah membayar para supplier dan kontraktornya pada waktunya. Janganlah kalian selalu mempersulit pembayaran mereka yang nota bene banyak sekali perusahaan-perusahaan UKM yang sempat kalian matikan selama ini karena mereka dibayar sampai 6 bulan bahkan ada yang sudah setahun lebih bahkan macet.

4. Para penguasa daerah seperti Bupati, Gubernur, tolong permudahlah pemberian perizinan bagi para pengusaha baik investor nasional maupun asing. 

Seperti yang pemerintah pusat sudah mendorong para pelaku usaha terutama juga UMKM untuk meningkatkan peran mereka menggenjot kegiatan ekonomi melalui penerbitan omnibus law.

5. Para kreditur bank-bank swasta dan plat merah, lancarkanlah penyaluran kredit pembiayaan kredir modal investasi dan modal kerja, terutama KUR yang pemerintah sudah canangkan selama ini membantu para UMKM

Kelima usulan ini adalah faktor kunci yang saling terkait untuk mewujudkan realisasi pertumbuhan rebound ekonomi RI 2021 ke lebih dari 3% seperti yang di prediksi oleh ADB. 

Kegagalan implementasi dari salah satu faktor di atas akan memperlambat economic recovery dan harapan kita keluar dari resesi. Semoga semua para stake holder, to whom it may concern berkenan mempertimbangkan masukan ini.

Los Angeles 6 November 2020
Oleh Jon A. Masli (Penggiat investasi dan UMKM)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun