Mohon tunggu...
priskalia nikenwidowati
priskalia nikenwidowati Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di Sekolah Dasar

shaping the brain through knowledge

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengulik Metode Belajar Montessori

29 Oktober 2021   15:35 Diperbarui: 29 Oktober 2021   15:39 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andrew berumur enam tahun, saat ini Andrew bersekolah di kelas 1 SD di salah satu sekolah konvensional di kota Jakarta. Andrew mengalami kesulitan dalam belajar membaca dan menghitung. 

Andrew lebih suka untuk memainkan peralatan tulis warna warni yang dibawanya saat di kelas. Kondisi tersebut diperburuk dengan daftar kehadirannya di bangku sekolah yang sering ditulis dengan keterangan absen. 

Setiap kali ayah dan ibunya mengantarnya ke sekolah selalu terlihat derai airmata menghiasi wajah mungilnya. Contoh kasus diatas adalah salah satu potret permasalahan yang dialamai siswa kelas 1 SD. 

Tuntutan kurikulum sungguh memaksa bocah enam tahun untuk dapat menguasai semua pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolahnya belum lagi ditambah les pelajaran di luar jam sekolah yang justru makin membuat prestasi Andrew menjadi makin merosot karena belum adanya kesiapan dari dalam dirinya untuk siap belajar.

Dari cuplikan studi kasus yang telah dipaparkan, mari kita mengenal inovasi metode belajar yang dikenal sebagai metode belajar Montessori sebagai solusi pemasalahan yang dialami oleh Andrew.  Maria Montessori (1870-1952) merupakan dokter pertama wanita di Italia yang menemukan metode belajar yang dikenal sebagai metode belajar Montessori. 

Dr. Maria Montessori mengembangkan metode belajar tersebut pada awal tahun 1900. Profesinya sebagai seorang dokter mempertemukan dengan anak-anak dan ia mulai tertarik mengembangkan peneliatian terhadap intelektual anak yang mengalami gangguan metal.

Metode pendidikan Montessori adalah metode pendidikan yang menekankan pada proses kemandirian dan keaktifan anak melalui praktik hands on  dan konsep belajar kolaboratif dengam menggabungkan pembelajaran anak dengan usia yang lebih tua bersama anak yang lebih muda umurnya. 

Tentunnya masih dalam batasan umur tertentu. Harapanya melalui metode pembelajaran Montessori dapat membantu anak untuk mencapai potensi dalam kehidupan dengan cara yang sangat menyenangkan.

Prinsip pendidikan Montessori adalah anak akan belajar secara mandiri dan dapat memilih apa yang ingin dipelajari seperti kehidupan sehari-hari, sensori, Matematika, Bahasa dan Studi budaya. Anak-anak dapat belajar bebas baik secara individual atau berkelompok dengan materi pilihannya. 

Anak -- anak yang berusia lebih tua dapat membantu nak-anak yang lebih muda jika mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Montessori memberikan pembiasaan rutin bagi anak-anak untuk dapat mengklasikan object sesuai dengan warna, menaruh tas di loker dengan posisi yang teratur sehingga secara tidak sadar akan terpola dalam diri anak-anak untuk mempunyai kedisiplinan pribadi atau menumbuhkan keteraturan dalam dirinya.

Peran utama guru adalah sebagai observer yang akan mengamati serta mencatat kemajuan yang dialami anak-anak dalam pembelajaran. Guru juga siap untuk menawarkan berbagai pilihan materi atau kativitas sesuai dengan usia anak. Dengan cara ini, anak-anak diharapkan dapat menemukan, mengeksplorasi, dan mengembangakan potensi maksimalnya masing-masing. 

Berbeda dengan guru yang mengajar di sekolah konvensional yang biasanya mengajar di depan kelas untuk puluhan siswa dikelasnya. Guru yang menggunakan metode Montessori akan mendampingi dan duduk berpindah tempat untuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak.

Dalam model pembelajaran Montessori anak-anak tidak perlu dipaksa untuk belajar hal yang tidak ia inginkan. Seorang anak juga tidak dituntut untuk selalu mendapat nilai cemerlang untuk setiap mata pelajaran dan dibebani oleh pekerjaan rumah yang menumpuk yang dapat membuatnya tertekan dan tidak suka belajar.

Dengan kebebasan belajar dan kebebasan memilih anak-anak akan dapat meraih keberhasilan dalam pembelajaran. Montessori tidak mengenal memberikan reward atau punishment bagi para peserta didiknya. Maria Montessori mempunyai pemikiran bahwa anak-anak memiliki rasa ingin tahu serta memiliki sifat alamiah untuk dapat belajar dengan baik. 

Jika banyak dilarang, anak-anak justru akan menjadi bosan atau malas belajar. Anak dapat mengoreksi dirinya sendiri dan menjadi lebih paham atas kesalahan yang dilakukan melalui aktivitas pembelajaran yang didapatnya.

Beberapa kelebiahan dari model pembelajaran Montessori adalah:

1. Keteratuan

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya metode pembelajaran Montessori sangat menekankan keteraturan. Lingkungan pembelajaran dipersiapkan bebagai  media belajar yang sangat rapi, teratur dan merupakan lingkungan belajar yang bersih, luas dan aman sehingga mendukung eksplorasi anak dengan aturan yang jelas. 

Anak-anak dapat mengeksplorasi berbagai media dengan teratur dan bergantian. Anak-anak dapt bebas berbisara dengan teman selama tidak mengganggu teman yang sedang belajar. Keteraturan membuat seorang anak untuk dapat belajar dengan mandiri dan percaya diri. Serta dapat membangun keahlihannya masing-masing sejak dini.

2. kelas multi-usia

Pembagian kelas multi -usia mengikuti tahap perkembangan manusia oleh Dr. Maria Montessori yang dikenal sebagai The four Palanes of Development.

Absorbent Mind (0-6 tahun)

Rational Mind (6-12 tahun)

Humanistic Mind (12-18 tahun)

Specialist Mind (18 -- 24 tahun)

Kelas multi-usia dapat mengembangkan sosial ana-anak untuk dapat bersosialisasi dengan baik.

3. Anak-anak dapat belajar, berkembang, dan bekerja dengan kecepatan masing-masing.

Walaupun begitu metode belajar Montessori juga mempunya kekurangan antara lain:

1. Mahalnya biaya pendidikan dengan metode Montessori, walaupun sebanding dengan media pembelajaran yang  berkualitas dan aman digunakan.

2. Sekolah dengan metode belajar Montessori pada umumnya hanya terdapat di perkotaan, sehingga menjadi terbatas bagi anak-anak yang tinggal di pedesaan.

3. Bisa terjadi pebedaan pengetahuna antara mata pelajaran yang tidak disukai maupun mata pelajaran yang disukai oleh anak-anak.

Setiap metode pembelajaran memiliki factor keunggulan maupun kelemahan masing-masing. Sebagai orang tua sebelum memilih sekolah yang terbaik bagi putra dan putrinya, ada baiknya untuk dapat mengenai gaya belajar anak dan tentunya budget pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun