Senja Kembali dibungkam luka.
       jalanan dekil semakin penuh kerikil
         Hanya air mataku yang punya euforiaÂ
           Entah harus menyerah atau pasrah.
Lelah ragaku memungut rasa.
      Menyuarakan sendu yang menjadi lara
        mengerami lirih-lirih jiwa.
         Pada takdir yang membunuh cinta.
Bait aksara selalu meracau
     Berderap mengabarkan luka
      Melangkah tanpa arah.
       Berlari lepas tanpa batas.
        Lalu,hancur karena tak pantas
Bukan berarti aku bebas.Apalagi lepas.
       Hanya mencoba untuk terlihat kuat.
        Meski sebenarnya benar-benar sekarat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H