Mohon tunggu...
Prisilia
Prisilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis merupakan salah satu cara mengembangkan pribadi

Memulai sesuatu tidak selalu menghasilkan hasil yang memuaskan tetapi dengan "Pantang Menyerah" akan menghasilkan hasil yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandemi Covid-19 Menciptakan Budaya Risiko Secara Alami

14 September 2021   23:14 Diperbarui: 14 September 2021   23:43 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : djkn.kemenkeu.go.id

Budaya risiko adalah istilah yang menggambarkan nilai-nilai, keyakinan, pengetahuan dan pemahaman tentang risiko secara bersama oleh sekelompok orang dengan memiliki tujuan yang sama (Manajemen Risiko Pasar Modal edisi 2;Embun Prowanta;ISO31000;2018). 

Hal ini mempengaruhi bagaimana pengambilan keputusan dalam meminimalisir risiko dengan melibatkan organisasi yang bertugas dalam manajemen risiko, komunikasi yang baik dan pengaruhnya terhadap masyakat. 

"doing the right thing is better than doing whatever it takes"

kutipan diatas adalah elemen yang penting untuk memastikan bahwa budaya risiko yang dijalankan secara efektif dan benar lebih baik daripada dilakukan dengan risiko tinggi, kita dapat mewujudkannya menggunakan kode etik, peraturan dan pedoman sebagai penunjuk arah apa yang harus kita lakukan untuk meminimalisir resiko. 

Budaya risiko yang baik dipengaruhi oleh :

  1. konsisten
  2. komitmen
  3. dapat di terima secara umum
  4. transparan dan informasi risiko tepat waktu
  5. evaluasi risiko dan pencarian solusi
  6. keterampilan dan pengetahuan manajemen risiko

manusia telah menerapkan budaya risiko dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari sebagai pertahanan menghadapi risiko yang tidak kita harapkan seperti risiko mengalami sakit perut jika makan sambil berlari sehingga secara alami kita akan mencegahnya dengan cara duduk dengan baik di kursi tanpa memerlukan peraturan atau pedoman.

walaupun budaya risiko dapat dikembangkan secara autodidak (alami) tetap ada beberapa budaya risiko yang perlu dipelajari secara seksama dimana membutuhkan tidak hanya pengetahuan secara umum dan perasaan pribadi tetapi membutuhkan panduan/pedoman jika hal tersebut melibatkan banyak orang dan mempengaruhi keseluruhan organisasi, perusahaan dan sebagainya.

salah satu contoh spesifik  dimana masyarakat menerapkan budaya risiko adalah pada saat pandemi covid-19. Siapa yang tidak mengetahui pandemi covid-19? tentu saja hampir seluruh dunia mengetahui hal tersebut. dimana pandemi ini bermula di Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok ini memulai perubahan pola masyarakat yang sangat besar. dimulai dari budaya memakai masker medis, menggunakan cairan disinfektan, dan pembatasan kegiatan sosial yang memicu keramaian. hal ini secara alami dilakukan sebagai cara kita mencegah risiko untuk tertular virus SARS-CoV-2 (Covid-19).

Hal ini menunjukan bahwa setiap manusia secara alami akan menerapkan budaya risiko untuk mencegah hal yang akan merugikan mereka tanpa mempelajari pedoman sebelumnya. Setiap orang memiliki cara  yang berbeda-beda dalam merespon kemungkinan risiko yang terjadi sehingga menimbulkan perbedaan persepsi dalam menentukan cara terbaik menyelesaikan risiko maka diperlukan organisasi yang bertugas menyatukan perbedaan tersebut.

Sumber : who.int
Sumber : who.int

World Health Organization (WHO) bertugas menyatukan persepsi masyarakat bagaimana mencegah pandemi ini dengan  bantuan 5 panduan mencegah covid-19  dibawah ini :

1. Rajin mencuci tangan

 Seringlah mencuci tangan baik sebelum ataupun setelah melakukan aktivitas menggunakan sabun dan air untuk membunuh virus yang hidup di tangan kita.

2. Jarak minimal 1 meter

Perhatikan jarak anda dengan orang lain baik keluarga, teman dan pacar. Hal ini untuk mencegah jangkauan virus dalam menyebar di udara apabila ada seseorang yang tiba-tiba bersin atau batuk.

3.Hindari mata, hidung dan mulut

mata, hidung dan mulut adalah area tubuh yang dapat di sentuh oleh sentuhan tangan dan apabila tangan tersebut terkontaminasi akan meningkatkan kemungkinan tertular virus covid-19.

4. Etika bersin

Gunakan tisu atau tangan anda untuk menutup area hidung dan mulut untuk mencegah penyebaran virus, kemudian buang tisu dan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.

5. Melakukan pemeriksaan kesehatan

Apabila terdapat tanda-tanda kesehatan menurun seperti demam, batuk dan sulit untuk bernapas, carilah bantuan oleh bantuan petugas medis dan melakukan isolasi mandiri.

"Kita harus punya keberanian menguji gagasan sendiri, memperhitungkan risiko dan keberanian untuk bertindak."

masyarakat juga secara autodidak (alami) meningkatkan pertahanan terhadap calon risiko virus covid-19 dengan cara :

  1. menyemprot  cairan disinfektikan yang mengandung alkohol tinggi
  2. menggunakan sarung tangan
  3. konsumsi makanan bergizi
  4. konsumsi vitamin c
  5. memilih makanan rumahan daripada membeli

Sebelumnya disebutkan dimana budaya risiko dipengaruhi oleh konsisten dan komitmen, hal ini erat kaitannya dengan pilihan yang kita buat dalam menjalankan budaya risiko. apabila terdapat pengetahuan dan pedoman yang menutun kita dalam meminimalisir risiko tersebut tetapi kita memilih untuk mengabaikannya maka akan sia-sia.

mulailah dengan membangun komitmen tinggi dalam menjalankan budaya risiko sehari-hari sehingga apabila kita dihadapkan dengan situasi kondisi seperti covid-19 kita dapat cepat beradaptasi dengan budaya risiko yang baru. 

kita dapat menerapkan budaya risiko lebih dari 1 organisasi apabila saling terkait dan tidak merugikan organisasi lainnya. contohnya selain menerapkan 5 panduan dari World Health Organization (WHO) yang merupakan organisasi kesehatan dunia, kita dapat menerapkan 5M dari negara kita sendiri yaitu Indonesia :

  1. memakai masker
  2. mencuci tangan pakai sabun
  3. menjaga jarak
  4. menghindari kerumuman
  5. mengurangi mobilitas

sumber : djkn.kemenkeu.go.id
sumber : djkn.kemenkeu.go.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun