Mohon tunggu...
Lo Priscilla Dian
Lo Priscilla Dian Mohon Tunggu... Administrasi - FLUENT IN SARCASM

Menulis dan Menulis sampai Jari jemari berjalan sesuai kata hati

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Balada KPI, LSF, Susu dan Belahan Dada

26 Februari 2016   16:02 Diperbarui: 26 Februari 2016   16:16 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini sebuah ajang pencarian wanita-wanita berbakat menjadi sorotan setelah kebayanya jadi Buram. Saya kira TV saya mulai rusak atau jangan-jangan mata saya? Tapi ternyata LSF terlalu Berlebihan, Blur sana dan sini pada suatu hal yang sebenarnya tidak tepat! Jika LSF melakukan Blur, Alangkah Lebih baik jika Sinetron dijadikan sorotan utama saja, Mungkin dengan begitu LSF sadar bahwa setiap scene nya layak diblur dari awal sampai akhir. Alasannya? Adegan yang dilakukan tidak lebih layak dibandingkan Sandy pakai bikini.

Bukankah Sinetron ini notabene diperuntukan bagi kalangan remaja? Bagaimana dengan gambar sebelah kanan? Gambar ini adalah sebuah foto yang diambil ketika LSF mem-blur belahan dada Para Putri Indonesia padahal jelas sekali Belahan dada tersebut wajar saja dengan balutan kebaya yang indah khas Indonesia. Hilang akal sehat, Bung?

[caption caption="Susu Sapi ikutan di sensor? Ini Salah siapa?"]

[/caption]

Nah! Susu sapi ikut disensor, Apa yang ada dipikiran KPI dan LSF? APakah pikiran mereka yang kemana-mana hingga mengkaitkan segala sesuatu dengan kata 'Vulgar' dan 'Seronok'?? Bung, Ini Hewan! namanya Sapi! Anda pernah lihat kan?

Bagaimana sebuah peraturan, dibuat tetapi tidak diaplikasikan secara tepat? Bagaimana KPI melihat semua kejadian ini? Sementara, pada acara infotainment dan talkshow, Sang Presenter yang bukan kartun ini masih bebas sensor. Baju mereka cukup minim dan kadang belahan dadanya ngintip-ngintip, tapi mereka masih bebas dari sensor.

Padahal bukan kartun lho dan bukan juga hewan #Ups bahkan wujudnya beneran manusia lagi. Kenapa ya?

Peraturan yang tidak pernah tepat sasaran ini justru memicu kekecewaan oleh banyak kalangan dan saya harap KPI dan LSF memberantas Sinetron-sinetron yang berlebihan dan merusak masa depan anak bangsa. Orang tua memang memegang peran penting dalam memilih tontonan berkualitas bagi anak namun Jangan langsung berkata ," Orang tua juga harus mengawasi apa yang ditonton anak-anak, Sinetron bukan untuk dibawah umur, kan bisa Nonton yang lain!." Masalahnya, Anda pindah ke channel mana pun isinya Sinetron semua, Paling banter acara dangdut yang nyanyinya 5 menit, Komentarnya 30 menit, Gimmick nya 1 jam.

(Diambil dari Artikel saya sebelumnya: Mirisnya Dunia Hiburan Tanah Air)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun