[caption caption="eurosport.com"][/caption]Tak sedikit yang mengenal nama besar seorang Florentino Perez, Ya dialah sang Pemboyong Galaticos. Pada tahun 2009, Ia tak tanggung-tanggung untuk memenuhi visinya yaitu memboyong Sang Mega Bintang Manchester United, Cristiano Ronaldo dengan harga yang sangat fantastis yaitu 80 juta Poundsterling.
Tak hanya itu, setelah 'Kegilaannya' dalam memboyong Cristiano ke Bernabeu, Di tahun 2013 ia memboyong sang Telur emas dari Hotspurs seharga 85,3 juta Poundsterling. Dan sampai saat ini kemampuan Bale masih dipertanyakan, Apakah ia pantas dihargai sebesar itu? Apakah Nafsu Florentino Perez yang tak terbendung membuatnya tak lagi berpikir Logis? Ataukah memang itu harga yang layak?
Siapa yang tak ingat peristiwa dramatis saat final Copa Del Rey kontra Sang Rival Abadi FC. Barcelona? Tentu, Peristiwa ini sangat membekas karena El Classico selalu menarik perhatian jutaan pasang mata seluruh penikmat bola di dunia. Pada tahun 2014, Ia menjadi penentu kemenangan Madrid setelah Kecepatanya diuji dalam menusuk pertahanan lawan dan berhasil mengkonversikannya menjadi sebuah goal.
Lantas, Mengapa Madridista tak pernah menginginkan keberadaaan Perez padahal ia telah membuang Ratusan juta euro demi mengangkut berbagai macam Galaticos incaranya?
Jawabanya jelas karena ia terlalu egois dan gegabah, Tak hanya Para pemain melainkan para Madridista pun kerap jenuh terhadap segala keputusanya yang dianggap selalu tak penuh pertimbangan. Selain Budaya Galaticos yang menjadi trademark melainkan Budaya Blunder pun menjadi salah satu Image dari Florentino Perez
MEMBUANG MAKELELE
Blunder yang pertama adalah ketika ia menampilkan kebodohanya kepada seluruh dunia dengan membuang Makelele yang berimbas pada hilangnya keseimbangan lini tengah Real Madrid. Claudio Ranieri, pelatih Chelsea saat itu, pandai melihat situasi dengan merebut Makalele yang dianggap “tidak berguna” bersama Real Madrid. Makalele pindah saat bursa transfer hampir ditutup pada 31 Agustus 2003. Perez sempat mengeluarkan Statement yang kemudian dikutip The Guardian seperti berikut ini:
“Kami tak kehilangan Makelele. Tekniknya biasa saja, dia kurang cepat dan biasa saja dalam hal teknik merebut bola dari lawan dan 90 persen umpannya hanya ke belakang atau ke samping. Ia bukanlah seorang penyundul bola, dan tidak pernah memberi umpan lebih dari tiga meter,” kata Perez, “Pemain-pemain yang lebih muda akan datang dan Makelele akan segera dilupakan.”
Dan Perez terbukti salah. Kepergian Makelele membuat Real Madrid tak punya keseimbangan. Lini tengah dan lini depan mereka penuh dengan pemain-pemain bintang yang punya karakter menyerang, sementara terlalu sedikit bakat di atas rata-rata yang bisa digunakan untuk merawat keseimbangan antara menyerang dan bertahan. Makelele terbukti penting dan sejak itulah muncul istilah “Makelele’s Role”.
MENJUAL MESUT OZIL
Blunder yang kedua adalah ketika ia menjual Mesut Ozil, Sang Raja Assist ini adalah Sosok penting bagi lini serang Real Madrid terutama ia adalah Penyokong yang kuat bagi Cristiano namun Perez kembali membuat Statement : "Ozil terobsesi dengan perempuan. Dia akan pergi keluar di malam hari untuk datang ke klub malam. Ia juga mengorbankan kesehatan dengan tidak tidur selama berjam-jam untuk berpesta semalam penuh,” ujar Perez kepada Dailymail. Perez akhirnya menjual Ozil ke Arsenal dengan mahar 42 juta Poundsterling.
Kedatangan Bale yang menjad Ozil semakin terpinggirkan terlebih kala itu Ozil sedang dalam performa terbaiknya hingga harganya menukik tajam dibursa transfer. Salah satu Bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo mengungkapkan rasa kekecewaanya kepada Perez yang diikuti oleh respon Seluruh Madridista yang juga merasakan hal yang sama atas perginya Ozil dari Bernabeu. Buktinya, Kini Ozil seolah menjelma menjadi pemain kunci bagi klub asuhan Wenger itu.
MENJUAL XABI ALONSO
Kebodohan yang selanjutnya adalah menjual Sang Jendral lini tengah, Xabi Alonso yang juga menyumbang penuh pencapaian La Decima kala itu. Perez dengan mudahnya menjual Alonso ke Munich dan membeli Kroos karena terkesima atas permainanya terlebih Pasca Piala Dunia kala itu. Perez tak pernah mengubur keinginanya, segala yang ia inginkan harus didapatkan termasuk Toni Kroos. ia datang menggantikan Xabi Alonso yang pergi ke Bayern Munich.
MENJUAL DI MARIA
Menjual Angel Di Maria adalah kebodohan Perez yang paling Dramatis. Betapa tidak, Di Maria yang selalu menjadi otak dari Counter Attack Real Madrid dengan mudahnya dijual ke Manchester United yang berani memboyongnya dengan Harga yang tinggi. Dimana Otak Perez saat itu? Bayangkan saja, Di Maria yang menjadi Man of the Match pada Laga Final UCL dan mampu meraih La Decima yang sudah dinanti-nantikan selama 12 tahun lamanya dibuang begitu saja dengan berbagai macam alasan, terutama alasan klasik Khas Florentino Perez jika ingin mendepak pemain : Permintaan Kenaikan Gaji
Apakah Perez tahu arti "Man-of-the-Match" ? Artinya dialah sosok terpenting di laga itu. Tapi dengan entengnya Ia menjual Di Maria dan lagi lagi penyebabnya karena ia tergiur dengan pemain lain yang tak lain adalah Gelandang kreatif asal Columbia, James Rodriguez. Penampilanya yang memukau kala Piala Dunia membuat hati perez seolah menginginkanya. Terbukti, Ia membeli James dari A.S Monaco dengan harga yang tak kalah fantastis.
MEMECAT CARLO ANCELOTTI
Hal paling bodoh yang dilakukan Perez adalah memecat Ancelotti di musim keduanya bersama Los Merengues. Alasanya? Ia dirasa tak dapat mempersembahkan gelar bagi Los Merengues dan seolah olah ia buta terhadap apa yang sudah Ancelotti berikan pada nya. Ya, Gelar yang ia tunggu 12 tahun lamanya! La Decima.
Ia lupa begitu saja, Padahal Don Carlo memiliki kedekatan yang luar biasa pada seluruh pemain Madrid, Tak jarang Pemain Madrid melontarkan berbagai pujian padanya. Bagai seorang Ayah, Setiap latihan penuh kehangatan dan gelak tawa bahkan ia menunjukkan sisi anehnya dalam pertandingan melawan Eibar pada laga tandang Jornada ke 12, La Liga tahun 2014.
Madrid berhasil menang berkat gol dari James Rodriguez, brace Cristiano Ronaldo dan satu gol Karim Benzema. Kemenangan empat gol tanpa balas itu memastikan Madrid terus memuncaki klasemen sementara La Liga. Dalam pertandingan itu terdapat satu momen unik. Ancelotti menirukan selebrasi khas Ronaldo, tapi dengan gayanya sendiri.
Dari sana, Semakin jelaslah kedekatan antara Ancelotti dan seluruh pemain Madrid. Namun tak disangka, Kebodohan Perez menimbulkan banyak spekulasi mengenai siapakah yang pantas menggantikan perannya? Apakah Loew, Klopp atau Benitez? Hingga akhirnya, Ia memilih Rafael Benitez dari Napoli. Anehnya, Seluruh pemain dan Fans mengungkapkan rasa kesedihan terdalamnya ketika ditinggalkan Ancelotti. Bahkan ketika Madrid kalah kala ditangani oleh Rafa, Para Madridista 'Merengek' di akun instagram Ancelotti dan memintanya kembali. Sesayang itukah?
Tentu, Nyatanya ketika fakta berkata bahwa pilihan Perez salah dan ia memutuskan untuk memecat Benitez, Tak satupun pemain yang mengungkapkan rasa sedihnya di Akun media sosial bahkan terkesan bahwa tidak ada apapun yang sedang terjadi.
Dari berbagai macam Kesalahan Florentino dapat disimpulkan bahwa Tak ada yang dapat membendung keinginanya sekalipun suatu saat itu adalah sebuah kesalahan. Ketika ia menginginkan satu pemain, hampir dapat dipastikan bahwa tak ada yang dapat menghalanginya.
Hanya dua hal yang dapat menghalanginya yaitu Larangan Transfer dan Keterlambatan Dokumen ala De Gea. Masih ingatkah kasus ini? Jelang penutupan bursa transfer, Madrid malah membeli De Gea namun dipastikan gagal hanya karena dokumen tersebut terlambat satu menit. Navas akhirnya kembali membela Los Merengues tapi tak ada yang bisa menjaminnya hingga musim-musim kedepan sekalipun Mata Perez melihat bagaimana apiknya permainanya itu. Makelele pun dijual ke Chelsea menjelang penutupan bursa transfer
Apakah wataknya memang senang tanpa persiapan dan suka mendadak dalam 'berbelanja'?
Dan apakah setiap pemain yang didepak olehnya harus mendengar setiap perkataan kejam darinya yang belum terbukti kebenaranya? Ia selalu menjelek-jelekan pemain seperti Makelele, Ozil, Di Maria bahkan Iker Casillas!
Rezim Florentino Perez menghancurkan Real Madrid lebih dari berapa banyak uang yang ia keluarkan. Pasalnya Sepak bola adalah permainan Tim! Ia kerap membongkar pasang pemain dan pelatih menurut kemauanya sendiri tanpa memikirkan soal kekompakan tim. Dengan adanya pemain baru atau pelatih baru yang datang dan pergi setiap musim, membuat Permainan Madrid harus selalu beradaptasi.
Seharusnya ia mementingkan kepentingan dan kesolidan tim ketimbang kemauanya sendiri. Dan dari sini kita dapat belajar sebuah Rumus yang dianut Florentino Perez yaitu : Uang tidaklah penting asalkan Pemain tersebut bertalenta dan 'Menjual', Namun Prestasi tak lagi penting ketika Tawaran dari Klub lain lebih menggiurkan. Pamor > Uang > Prestasi
Hentikan segala kemauanmu Perez! Yang mengancam masa depan Madrid itu anda bukan Mereka (baca : Pelatih dan Pemain)
HALA MADRID!
Dari berbagai Sumber
-Priscilla ( RMDL )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H