Mohon tunggu...
Priscilia Panti Meyrina
Priscilia Panti Meyrina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Saya sangat tertarik dengan seni, desain, iklan, digital media, dan literasi media digital. Penulis naskah serial animasi pengembangan karakter anak Baby Vampy yang tayang di YouTube Komsos Keuskupan Agung Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Studi Perubahan Maskot Majalah Anak-anak Bobo Dilihat dari Sudut Pandang Transformasi Budaya

17 Oktober 2013   22:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:24 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Majalah Bobo merupakan majalah anak-anak yang sudah berkiprah di Indonesia selama empat puluh tahun. Majalah anak-anak, yang berasal dari Belanda, ini mampu mewarnai minggu-minggu anak bangsa dan juga mampu mengajak anak-anak Indonesia untuk lebih gemar membaca. Majalah yang terbit di Indonesia mulai tahun 1973 ini, memiliki beberapa wajah maskot yang dijadikan andalan untuk memberi nuansa segar pada setiap edisinya.

Pengertian maskot, menurut Wikipedia, adalah bentuk atau benda, yang dapat berbentuk seseorang, binatang, atau objek lainnya, yang dianggap dapat membawa keberuntungan dan untuk menyemarakkan suasana acara yang diadakan. Maskot pada umumnya merepresentasikan kepada masyarakat luas, dari sekolah, universitas, klub olah raga, ataupun pengembangan atas suatu produk komersial. Setiap maskot yang dibuat akan diberikan nama panggilan yang sesuai dengan karakter dari maskot itu sendiri.

Penggunaan maskot sekarang telah semakin meluas dengan selalu digunakan dalam setiap acara olah raga di dunia ini, seperti Piala Dunia maupun Olimpiade, sebagai bagian dari promosi acara-acara tersebut. Pemilihan atas maskot akan disesuaikan dengan karakter dari acara yang akan dibuat ataupun dari organisasi, klub, maupun lembaga yang akan menggunakan maskot sebagai alat untuk berpromosi.

Maskot majalah Bobo telah berganti beberapa kali. Perubahan yang paling terlihat mencolok adalah perubahan maskot pada tahun 2007, 2008, dan 2009, maskot Bobo berubah tiga kali dalam jangka waktu tiga tahun tersebut. Maskot, sejatinya, merupakan media untuk menggambarkan adanya perubahaan pada suatu organisasi, dalam hal ini adalah majalah, maupun yang terjadi di masyarakat. Perubahan terhadap sebuah maskot tidak serta merta terjadi begitu saja, tetapi berdasarkan beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya sebuah perubahan bentuk maskot. Untuk itu kajian terhadap latar belakang peristiwa yang menjadi alasan perubahan bentuk maskot (majalah Bobo) perlu dilakukan untuk mendeskripsikan alasan tersebut.

Pada tahun 2007, maskot majalah Bobo, yang berbentuk kelinci berwarna biru, hanya memakai sweater berwarna merah dan celana panjang biru, tanpa memakai sepatu (lihat gambar). Maskot Bobo juga membawa buku tulis dan pensil. Maskot ini ingin mengajak, dan memberitahukan kepada (anak-anak) Indonesia, bahwa belajar merupakan sebuah proses yang menyenangkan. Maskot Bobo yang bertelanjang kaki ingin mengesankan seorang anak Indonesia yang dekat dengan alam dan senang belajar di luar ruangan.

Perubahan maskot pada tahun 2008 terletak pada bagian pakaian yang dikenakan oleh maskot Bobo. Tambahan atribut juga tampak pada maskot tahun 2008 ini, berupa topi, sepatu, dan wristband. Tambahan atribut yang dikenakan oleh maskot Bobo ini membawa kesan masa kini pada maskot Bobo, dan sekaligus pada majalah Bobo secara keseluruhan. Tampilan sporty dan modis yang coba ditampilkan pada maskot majalah Bobo, ingin mengajak anak Indonesia untuk tetap aktif belajar, meskipun perkembangan zaman menuntut mereka untuk tampil gaya yang terkadang tidak sesuai dengan umur mereka.

Perubahan maskot pada tahun 2008, adalah sebuah transisi dalam rangkaian perubahan maskot Bobo. Hal ini dibuktikan dengan munculnya sebuah bentuk maskot baru tidak lama setelah itu, tepatnya beberapa bulan setelah perubahan yang terjadi di tahun 2008. Awal tahun 2009, muncul sebuah bentuk maskot baru untuk majalah Bobo. Secara keseluruhan, tidak terdapat penambahan atribut baru pada maskot tahun 2009 ini, hanya saja terdapat perubahan warna pada topi, kerah kaos, dan tidak lagi memakai wristband. Secara keseluruhan, bentuk maskot Bobo lebih proporsional menyerupai anak-anak berusia kurang lebih 10 tahun, sehingga mengesankan anak-anak Indonesia masa kini selalu tampil modis namun tidak lupa untuk selalu rajin belajar.

Perubahan maskot ini di latar belakangi oleh adanya perubahan budaya yang disebut transformasi budaya. Beberapa aspek budaya yang berubah pada tiga tahun tersebut di antaranya adalah perubahan gaya cover album musik dan lirik lagu yang dibawakan oleh para penyanyi. Tahun 2007 merupakan tahun terakhir penyanyi cilik beredar. Penyanyi cilik mulai tumbuh menjadi remaja dan industri musik mulai dipenuhi oleh penyanyi lagu-lagu dengan lirik yang bertema dewasa. Penyanyi cilik yang kian bertambah dewasa, tentunya berbusana selayaknya remaja pada umumnya. Hal tersebut dirasa mempengaruhi gaya busana pada anak-anak dan mendorong perubahan maskot. Karena maskot Bobo ingin mempresentasikan dirinya sama dengan anak-anak Indonesia.

Selama kurang lebih empat puluh tahun berkiprah di dunia anak-anak Indonesia, majalah Bobo sudah mengalami berbagai masa dan pergantian generasi dari tahun ke tahun. Perubahan generasi dan perkembangan zaman menjadikan majalah Bobo juga mengembangkan diri dengan melakukan berbagai inovasi pada bentuk, tampilan, dan isi di dalamnya, termasuk melakukan perubahan bentuk maskot. Perubahan ini tentu saja dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar majalah Bobo tetap dapat menjadi teman bagi anak-anak Indonesia dalam setiap zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Jefkins, Frank, 1996. Periklanan. Jakarta: Erlangga.

Majalah Anak-anak Bobo edisi 40 tahun

Sachari, Agus, 2002. Sosiologi Desain. Bandung: Penerbit ITB.

___________, 2007. Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi, 2009. Nirmana:Elemen-elemen Seni dan Desain, Edisi Kedua. Yogyakarta: Jalasutra.

Sullivan Karen, Carol Cooper, Claire Halsey, Su Laurent, Ensiklopedia Perkembangan Anak, Erlangga: Jakarta, 2009, penerjemah: Nadia Lastianis.

Sihombing, Danton, 2001. Tipografi dalam Desain Grafis. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tim Dorling Kindersley, Ensiklopedia Dunia Hewan, 2008, PT: lentera Abadi, Jakarta. Penerjemah: Aswira Ratih Fitriani,dkk.

http://en.wikipedia.org/wiki/Anthropomorphism (diakses pada 3 April 2013 pukul 20.31 WIB)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun