(Terinspirasi dari sabda-sabda debat kusir yang nyungsep ke dashboard gue yg tak bersalah)
Kalah jadi abu, menang jadi arang. Kita sudah diajarkan peribahasa ini sedari SD.
Karena itulah, gue nggak suka debat, apalagi debat kusir.
Jangan salah. Bagi gue diskusi dan dialog itu oke-oke aja. Baik malah. Tapi debat? No, no, no...
Apa sih bedanya debat dengan diskusi?
Dalam sebuah diskusi, kedua belah pihak sadar bahwa mereka manusia2 dengan pengetahuan tak sempurna yang sedang bersama-sama mencari kebenaran.
Dalam sebuah debat, kedua belah pihak sudah mendoktrin otak masing-masing bahwa apapun yang dikatakan pihak lawan, apapun itu, dan apapun argumentasinya, adalah salah dan wajib dibantah dan dirobohkan.
Dalam sebuah diskusi, yang dicari adalah kebenaran. Ilmu. Pembelajaran. Pengetahuan. Jadi masing-masing pihak akan bersikap terbuka. Kalaupun ada perbedaan pandangan, akan diterima dengan lapang dada.
Dalam sebuah debat, yang dicari adalah kemenangan diri sendiri dan kekalahan lawan. Tidak ada ilmu maupun wawasan yang bertambah, kecuali mungkin ilmu adu mulut dan wawasan kengeyelan.
Pertanyaan gue, kalo udah menang, terus apa? Apa yang kalian dapat? Rasa bangga atas keunggulan pandangan kalian? Rasa senang karena sudah menaklukkan musuh? Merasa diri kalian lebih benar, lebih suci dari lawan kalian?
Padahal, kalo dihitung-hitung, mau menang kek, mau kalah kek, kalian itu teteeep aja rugi. Rugi, karena sudah buang-buang waktu, tenaga, pikiran. Rugi, karena setelah begitu banyak yang kalian buang, kalian nggak dapet apa-apa. Ya itu tadi, kalah jadi abu menang jadi arang. Anak SD aja ngerti, masak kalian nggak ngerti?
Debat kusir itu aslinya nggak akan ada ujungnya, kecuali:
1. Salah satu atau kedua pihak akhirnya capek dan malas melanjutkan
2. Salah satu pihak mengalah
Mengalah itu tidak berarti kalah. Dengan mengalah dalam debat kusir, kamu justru dapat pahala. Pahala, karena kamu akhirnya berhenti membuang-buang sumber daya untuk hal tak berguna yang tak berujung, dan karena kamu membuat lawanmu bahagia. Kita membuat orang lain bahagia, tidakkah itu merupakan pahala?
Mungkin dia akan mengejekmu, mengataimu pengecut, penakut, gitu aja nyerah dst. Terserah dialah. Toh ngatain orang itu capek dan dosa, lagi...
Mari kita hentikan debat kusir yang cuman menuh-menuhin dashboard, dan mari mulai berdiskusi dan saling belajar :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H