Hal lain yang tak kalah penting yang harus diperhatikan oleh pihak-pihak yang mendirikan hotel adalah tempat parkir. Karena sebagian besar wisatawan menggunakan roda empat, pihak perhotelanpunn kiranya harus menyediakan lahan parkir yang cukup untuk menampung kendaraan yang datang. Jika kita perhatikan, pada saat ini masih ada hotel yang tidak mempunyai lahan parkir, sehingga wisatawan terpaksa memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan. Alhasil, kendaraan tersebut menyebabkan macetnya lalulintas serta meningkatnya polusi udara. Belum lagi berbagai limbah yang mencemari lingkungan seperti limbah cuci piring, limbah septi tank, limbah laundry, limbah mandi serta asap dari hotel yang dikeluarkan melalui pipa pembuangan.
Mungkin ada beberapa dari kita yang mengetahui bahwa tengah dibangun bandara bertaraf internasional di Kulonprogo untuk mengganti bandara Adisutjipto yang sudah padat melampaui daya tampung dan tidak mungkin dilakukan pengembangan lahan karena ketersediaan lahan yang terbatas. Hal ini juga ditujukan meningkatkan wilayah Yogyakarta sebagai wilayah tujuan wisata nomor dua setelah Bali.Â
Dengan rencana pemindahan bandara ini, maka sudah dapat diprediksikan bahwa Kulonprogo juga akan menjadi sasaran investor untuk membangun sejumlah hotel karena lokasinya yang strategis. Sekarang, tinggal pemerintahlah yang menentukan kebijakan, akan seperti apakah cara-cara yang dapat dilakukan untuk menekan angka pembangunan agar tidak merugikan banyak pihak terutama warga, sekaligus tidak merugikan pemerintah yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Terkait dengan beberapa hal tersebut, alangkah baiknya apabila investor selaku pemohon izin berpikir lebih dalam ketika hendak membangun hotel di beberapa kawasan di Yogyakarta, mengingat yang paling merasakan kerugian akibat dampak negatif dari pembangunan hotel adalah warga sekitar. Bagaimana kehidupan mereka sebelum hotel-hotel dibangun, apa manfaat yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat apabila hotel dibangun dan bagaimana kehidupan mereka berlangsung ketika hotel tersebut telah dibangun.
Pakailah rasa kemanusiaan kita dan berpikir kembali. Jika para investor merasa bahwa dampak negatif bagi warga lebih banyak daripada dampak positif yang ditimbulkan, penulis menyarankan pada para investor untuk mencari lahan di kawasan lain untuk meminimalisir dampak negatif yang terjadi. Dan jangan lupa untuk menaati setiap peraturan serta kebijakan pemerintah terkait perizinan pembangunan hotel jika tidak ingin mendapatkan masalah yang berkelanjutan.Â
Tanamkan komunikasi dan keterbukaan kepada warga, sehingga warga dapat mengetahui tujuan serta kebermanfaatan dengan dibangunnya hotel baru. Masyarakatpun juga harus berani menyampaikan aspirasinya serta kritis akan adanya hal-hal baru yang mencurigakan.
Pemerintah harus selektif dalam memberi izin pada investor terkait hal-hal buruk yang ditimbulkan. Permasalahan di kota ini akan menjadi semakin kompleks dan sulit untuk diperbaiki apabila kita tidak jeli memilih mana yang patut disetujui dan mana yang tidak patut disetujui tanpa mengesampingkan usaha untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD. Pertahankan kebijakan yang sudah ada dan lakukan evaluasi secara rutin terkait dengan pembangunan hotel di Yogyakarta dan sekitarnya. Selain itu, perlu adanya penegasan dalam menindaklanjuti para investor yang melanggar peraturan dengan meneruskan pembangunan hotel tanpa izin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H