Mohon tunggu...
Priscila Felicia Elu
Priscila Felicia Elu Mohon Tunggu... Mahasiswa semester IV -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menilik Museum Gondang Winangun dan Kekasihnya: Perjalanan Sejarah Pabrik Gula Gondang Baru

25 Januari 2016   15:07 Diperbarui: 25 Januari 2016   17:53 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mbak Arum, guide yang mendampingi saya menjelajahi pabrik tersebut kemudian mulai bercerita bahwa tradisi Cembengan yang sejak dulu telah ada, masih terus dibudayakan hingga saat ini sekalipun pabrik ini sempat berhenti beroperasi. Tradisi ini selalu dilakukan sebelum menggiling atau memproduksi tebu menjadi gula. “Biasanya baru mulai nggiling lagi sekitar 6-7 bulan dari waktu selesai giling sebelumnya,” pangkas Mbak Arum. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Pabrik Gula Gondang Baru ini akan memulai produksinya lagi sekitar bulan Mei atau Juni.

Proses Produksi Gula

Ketika memasuki pabrik, saya disuguhi alat-alat berukuran raksasa yang terpasang di dalam sebuah gedung yang begitu besar dan tinggi. Satu per satu, mbak Arum mulai menjelaskan proses awal penggilingan tebu, hingga menjadi gula kristal. Tebu yang akan digiling awalnya dimasukkan ke dalam mesin penggiling. Batang tebu harus melewati beberapa proses pemerasan agar air tebu dapat diperoleh secara maksimal dan ampasnya menjadi kering.

Ampas tebu yang telah kering ditinggalkan air tidak dibuang begitu saja, namun disalurkan ke ruang ketel untuk menjadi bahan bakar mesin-mesin uap. Ketika saya berkunjung, terlihat beberapa pekerja dengan sungguh-sungguh membersihkan ketel tersebut. Pembersihan tersebut dilakukan menggunakan suatu alat khusus, yang jika saya amati dari jauh, berbentuk seperti besi berukuran cukup panjang. Ketika mereka mengeluarkan alat tersebut dari lubang-lubang pembakaran, terlihat debu berwarna hitam pekat menyembur wajah para pekerja.

[caption caption="para pekerja bergotong royong membersihkan ketel"]

[/caption]

Selanjutnya, nira atau air tebu yang telah ditampung dan disalurkan ke stasiun penyaringan atau stasiun pemurnian untuk dibersihkan dari kotoran. Caranya dengan mencampurkan nira dengan susu kapur, yaitu campuran air kapur dari gamping dan gas belerang dioksida. Kotoran akan mengendap selama beberapa waktu karena adanya proses kimia yang terjadi dari kapur dan belerang ini.

[caption caption="Stasiun Permunian"]

[/caption]

Setelah air tebu bersih dari kotoran-kotorannya, air tebu ini kemudian dipanaskan agar dapat menguap, sehingga yang tertinggal adalah tetes tebu (molase) dan endapan gula. Tetes tebu ini kemudian dipisahkan dari endapan gula. Endapan gula lalu dijadikan kristal dengan cara diputar dengan menggunakan mesin sentrifugal.

Pernah membeli arum manis? Mesin sentrifugal ini bekerja seperti pembuat arum manis. Endapan gula diputar dengan kecepatan tinggi hingga terbentuklah kristal-krisatal gula. Kalo endapan gula tidak diproses dengan putaran, maka akan diperoleh gula kental. Gula Jawa atau Gula merah merupakan salah satu bentuk endapan gula yang sudah dingin apabila tidak diproses dengan putaran.

 [caption caption="Stasiun Puteran"]

[/caption]

Selama berada di pabrik, kehadiran saya selalu disambut dengan senyum oleh para pekerja yang berada di sana. Begitu ramah dan menyenangkan. Begitu juga ketika difoto, mereka sangat terlihat bergembira dan antusias.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun