Mohon tunggu...
Prisca Ryan
Prisca Ryan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi membaca, mendengarkan cerita

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Bias Geder dalam Film Gadis Kretek

12 Januari 2024   00:17 Diperbarui: 12 Januari 2024   00:29 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika industri film mengambil langkah-langkah untuk menyajikan cerita yang mencerminkan keberagaman dan inklusivitas gender, kita dapat berharap bahwa film-film seperti "Dua Garis Biru" akan menjadi katalis untuk perubahan sosial yang lebih positif. Film, sebagai bentuk seni yang kuat, memiliki potensi untuk tidak hanya mencerminkan dunia kita, tetapi juga membantu membentuk pandangan masyarakat yang lebih maju dan inklusif. jika merujuk pada kasus pada dunia nyata adalah di India Hampir seperempat juta anak perempuan di India tewas setiap tahunnya karena diskriminasi gender. sekitar 240 ribu anak perempuan yang ditemukan menjadi korban diskriminasi ini tidak termasuk kasus aborsi setelah hasil USG menunjukan bayi yang dikandung berjenis kelamin perempuan. 

Untuk teori yang relevan terdapat teori Dramaturgi: Teori Dramaturgi merupakan teori dalam interaksi sosial yang dipahami seperti drama dalam teater. Teori ini dikembangkan oleh sosiolog terkemuka yaitu Erving Goffman. Dalam bukunya yang berjudul Presentation of Self in Everyday Life (1959), Goffman menjelaskan bahwa dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia dan setiap individu memainkan peran tertentu dalam drama sosial. Dilihat dari perspektif teori dramaturgi, kehidupan serta interaksi sosial yang terjalin di dalamnya ibarat sebuah teater atau pertunjukan drama yang menampilkan peran peran aktor di dalamnya. Untuk memainkan peran tersebut, para aktor tersebut menggunakan bahasa verbal dan nonverbal serta menggunakan atribut atribut tertentu, misalnya pakaian, kendaraan dan atribut lainnya yang sesuai dengan perannya di situasi tersebut. Kehidupan sosial dapat dibagi menjadi "wilayah depan" dan "wilayah belakang". Wilayah depan diibaratkan panggung sandiwara bagian depan (front stage) tempat pemain berperan atau bersandiwara. Sedangkan wilayah belakang ibarat panggung bagian belakang (back stage) atau ruang rias tempat pemain bersantai, mempersiapkan diri atau berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan.

Teori ini juga menggambarkan bahwa manusia yang tidak tampil "apa adanya" di dalam kehidupan bersosial. Manusia ingin menampilkan pertunjukan terbaiknya untuk mendapatkan citra yang baik pula dalam bersosial. Dalam teori dramaturgi, peran sosial adalah karakter atau identitas yang dimainkan oleh individu dalam interaksi sosial. Setiap orang memiliki berbagai peran sosial, seperti sebagai anak, sahabat, karyawan, atau pemimpin. Ketika berada di panggung kehidupan, seseorang beradaptasi dengan peran-peran ini dan berusaha untuk memenuhi harapan yang melekat padanya.

Menurut  Kluchohn  (dalam Pelly,  1994) konsep  nilai budaya berupa hubungan perilaku dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan manusia dengan manusia,  dan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar. Nilai budaya dapat diartikan juga sebagai pandangan atau pedoman hidup masyarakat. Konsep nilai budaya diangap bernilai dalam kehidupan. Nilai budaya dapat direpresentasikan dalam sebuah karya sastra. Hal ini agar masyarakat dapat memetik setiap hal baik dan buruk yang ada pada karya sastra.

analisis sayapada film ini adalah adanya ketidak setaraan gender yang dimana ini sangat tidak adil karena perempuan dianggap dibawah laki-laki sedangkan perempuan ini bisa dibilang derajatnya hampir sama dengan laki-laki sehingga dari film ini kita tahu bahwa wanita juga bisa melakukan pekerjaan laki-laki, jika mereka bisa bekerja sama ketidaksetaraan gender mungkin bisa di kurangi

Nama : PriscaRyanDana Karuna Budhi

NPM  :1512000087

Jurusan : Ilmu Komunikasi Untag Surabaya

Dosen Pengampu : Dr. Merry Fridha Tripalupi., M.Si

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun