Kunjungan Bapak Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa tengah ke Pasar Wonodri di Semarang tanggal 7 September 2018 lalu, membuat kondisi pasar yang biasanya becek kotor dan tidak rapi, mendadak jadi bersih dan teratur. Sampah di jalanan pasar yang biasa dibiarkan oleh petugas kebersihan hingga siang, tidak dapat lagi ditemui sejak pagi. Teman penulis mengirimkan gambar dengan caption “Ganjar datang sampah hilang”
Tidak kah ini cerminan dari pemerintah jaman dahulu? Kalau ada pejabat yang datang, semua harus rapi bersih supaya yang bersangkutan menganggap tidak ada masalah di daerah yang beliau kunjungi? ABS istilahnya, Asal Bapak Senang menurut istilah jaman dulu.
Dari sisi masyarakat, kondisi pasar sebelum pejabat datang, harus dirapikan dibersihkan, diatur, seolah - olah memaksa mereka untuk tidak bergerak bebas dalam bertransaksi hanya untuk seorang pejabat pemerintah merasa nyaman masuk ke dalam pasar traditional.
"mbok ya setiap hari bersih begini, ga perlu dipaksa" ungkap teman saya.
Tetapi hal berbeda terjadi pada saat Bapak Sandiaga Uno, seorang calon wakil presiden Indonesia berjalan di jalanan pasar yang becek, terasa benar - benar wajar alami. Tidak ada angin tiada hujan, tiba - tiba saja beliau datang pagi hari ini, tanggal 24 September 2018 ke tengah pasar yang sama, Pasar Wonodri, yang dikunjungi Bapak Ganjar sebelumnya.
Bukankah beliau seolah - olah mengatakan, "ini lho saya, merakyat, tidak usah pakai acara protokoler, jalanan tidak harus bersih, rapi, teratur, janganlah disambut karangan bunga"
Apakah cuma lewat, ingin membeli buah, sayur, atau cuma sekedar menyapa warga?, Ingin mendengar secara langsung keluhan masyarakat? Jangan - jangan ini semua hanya pencitraan, siapa yang tahu?
Takutnya cara ini malah dapat merebut hati pemilih, yang tidak merasa terpaksa untuk repot membersihkan sampah, membersihkan jalan, supaya tidak kotor, hanya supaya seorang pejabat bisa lewat? Mereka merasa di uwongke, dihargai, biarpun beliau cuma sekedar singgah, bersedia melewati jalan pasar traditional yang becek dan kotor, mau menghirup udara pasar traditional yang notabene pasti bau. Bau pasar becek maksudnya.
Sambil para pedagang maupun pengunjung pasar berharap semoga dapat saweran biarpun terlarang. Paling tidak bagi para pedagang, barang dagangannya di borong oleh Pak Sandi.
Cerdaskah Bapak Sandi? Jujur saya tidak tahu, tapi banyak percakapan di antara teman - teman. Kalau beliau tidak cerdas, tidak mungkin menjadi wakil gubernur. Kalau beliau tidak pintar, tidak mungkin sekarang bisa menjadi calon wakil presiden.
Mungkin kunjungan ke Pasar Wonodri hanya sebentar, mungkin terlalu naif menilai kepintaran atau kecerdasan seseorang hanya dari sebuah kunjungan kecil ke pasar Wonodri yang saya hanya lewat sekali saja beberapa bulan yang lalu. Tetapi hal ini telah mengusik pikiran saya mengenai apakah Pak Sandi cerdas.
Biarlah cara pandang penulis bisa menjadi masukan untuk para pejabat yang lain. “Bapak Sandi melakukan inspeksi mendadak” kata teman saya sekali lagi. “Coba Pak Ganjar atau Pak Hendy yang begini. Datang berkunjung tanpa pemberitahuan. Biar para petugas yang bekerja bisa disiplin. Mereka berdua kan yang berwenang atas Pasar di Jawa tengah pada umumnya dan Pasar Wonodri khususnya.”
Pemilu presiden sebentar lagi, tahun 2019 nanti rakyat Indonesia akan merayakan pesta demokrasi. Hanya dalam hitungan bulan kita akan menggunakan hak pilih dalam menentukan siapa presiden dan wakilnya. Siapapun presiden terpilih, harus disyukuri dan diharapkan dapat memimpin bangsa yang besar ini untuk yang terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H