Mohon tunggu...
Prisca ChrismaF
Prisca ChrismaF Mohon Tunggu... Administrasi - agribisnis 2018

The right person, the wrong time - The right script, the wrong line - The right poem, the wrong rhyme - And a piece of you, that was never mine - - - K. Towne Jr. - - -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kisah Pensiunan Guru di Masa Senja Budidayakan Anggrek

17 September 2018   13:31 Diperbarui: 18 September 2018   00:55 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar kata anggrek, pikiran orang akan tertuju pada tanaman yang mempunyai bunga yang indah dan warna - warni.  Sebab tanaman anggrek sangat identik dengan keindahan bunga yang dihasilkannya.

Bunga dengan nama latin orchidaceae yang berarti "bunga dengan jenis terbanyak" telah menarik minat banyak orang. Baik itu hanya sekedar menyukai, maupun menjadi penggemar dan membudidayakan nya sebagai pengisi waktu luang atau dengan cara professional.

Keindahan bunga anggrek menimbulkan sensasi tersendiri bagi orang yang melihatnya, bahkan tak jarang ada sebagian dari mereka yang membuat atau membentuk komunitas tanaman anggrek. Selain itu, untuk mengagumi keindahan bunga anggrek Ini harus selalu memperhatikan dan memiliki pengetahuan akan perawatan yang baik sehingga nantinya dapat menghasilkan bunga yang indah.

Berangkat dari hobby serta kecintaannya terhadap tanaman, pada tahun 2013, Ibu Valeria Suteki, seorang pensiunan guru, mencoba untuk memanfaatkan lahan kosong di belakang tempat tinggalnya di Kota Boyolali. Beberapa jenis tanaman bunga dan sayur dicoba ditanam di situ. Sebagian hanya sebagai penghias dan sebagian memang diperuntukan untuk mencukupi kebutuhan dapur. Seiring dengan waktu, tanaman sayur mulai ditinggalkan dan hanya tanaman hias yang bertahan.

Lahan kosong dibelakang rumah yang semula hanya diperuntukan untuk tanaman hias, kemudian secara bertahap diganti dengan tanaman bunga dalam pot, sehingga lahan kosong tersebut berubah menjadi taman kecil. Setelah beberapa tanaman bunga menghiasi taman kecilnya, Ibu Valeria kemudian mencoba membudidayakan tanaman anggrek.  Berawal hanya dari satu jenis anggrek, berkembang menjadi beberapa jenis dan semuanya dapat berbunga dengan indahnya.

Lama kelamaan, Ibu Valeria menjadi jatuh cinta dengan bunga anggrek. Dia merasa bunga anggrek lebih cocok dan lebih menantang dalam hal perawatan serta hasil yang didapat, dibandingkan dengan tanaman hias lain nya. Ibu Valeria kemudian belajar  seluk beluk dan cara menanam bunga anggrek dengan baik dan benar.

Dari pemberian shading paranet atau kain peneduh, pemberian pupuk yang tepat agar tanaman cepat berbunga, hingga tehnik pembibitan masing - masing anggrek sesuai dengan jenisnya, didapat Ibu Valeria dari komunitas maupun pengalaman pribadinya. 

Usahanya kemudian terbukti tidak sia - sia. Lahan kosong berukuran 6 meter persegi yang semula diperuntukan untuk taman, berkembang menjadi kebun anggrek dengan luas 39 meter persegi dengan varians beberapa bunga anggrek yang cukup popular di kalangan pecinta tanaman anggrek. Sebut saja anggrek bulan, anggrek dendrobium, anggrek cattleya, anggrek violet,  dan masih ada beberapa jenis lagi.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ibu Valeria tidak hanya membudidayakan tanaman anggrek untuk mengisi waktu luangnya. Beliau juga mendapatkan rupiah dari setiap bunga yang mekar. Untuk jenis anggrek bulan dan anggrek cattleya, harga yang dipatok sebesar 100 ribu, dan anggrek dendrobium sebesar 60 ribu, sedangkan sisanya berkisar 30 ribu rupiah. Hasil penjualan yang didapat, beliau gunakan untuk  pembelian bibit kembali dan atau keperluan pribadinya.

Pengalaman berkebun dan budidaya anggrek juga meninggalkan kesan dan pesan yang mendalam pada diri Ibu Valeria Suteki. Perjuangan beliau yang tidak putus asa dan pantang menyerah membuatnya dapat mengambil hikmah dibalik semuanya.

Salah satu pengalaman yang dapat Ibu Valeria ceritakan adalah tentang kualitas dari tanaman anggrek. " Tanaman anggrek berbunga saat ia benar - benar siap untuk berbunga. Dan semakin lama bunga anggrek itu dapat mekar, maka semakin bagus pula tanaman tersebut".

Pengalaman hidupnya yang lain dan berkesan, pada saat beliau bisa memperjuangkan dan mempertahankan sisa - sisa dari tanaman anggrek miliknya yang mengering saat terkena hujan abu dari letusan gunung merapi. 

"Merawat anggrek itu susah - susah gampang, harus dengan hati. Harus diperhatikan kadar airnya, intensitas sinar mataharinya, kalau terlalu lama kena sinar daun nya bisa menguning" ungkap ibu yang sudah memiliki 11 orang cucu ini.

Cerita dan pengalaman hidup beliau itu kemudian menjadi bekal serta pelajaran dalam membudidayakan tanaman anggrek yang dipegang oleh keturunan Ibu Valeria Suteki.  Jejak beliau dari mulai awal belajar budidaya tanaman anggrek hingga menghasilkan rupiah rupanya menarik minat salah seorang cucunya. Bahkan di tahun 2018 ini cucu beliau mengambil jurusan agribisnis untuk dapat mengembangkan minat bakat yang sudah ditularkan oleh Ibu Valeria Suteki.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Harapan kecil dari seorang Ibu Valeria Suteki, adalah agar masyarakat tidak memandang rendah dan dapat menghargai  tanaman pada umumnya serta dapat mencintai dan mengerti keindahan pada tanaman anggrek pada khususnya. Seandainya ada nilai bisnis dari tanaman, hendaknya dapat digunakan secara maksimal dengan menjaga lingkungan agar dapat tetap lestari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun