Mohon tunggu...
Prio Satrio
Prio Satrio Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meningkatkan Kompetensi Teknologi Media Sosial sebagai Sarana Pemasaran Produk di Kalangan Pengrajin Grabah Plered, Purwakarta

21 November 2021   22:17 Diperbarui: 22 November 2021   06:57 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kegiatan/Dokpri

Prodi Sosiologi FIS-UNJ 2021

Achmad Siswanto, M.Si 

Anggota:
Devi Septiandini M.Pd
Dian Rinanta Sari, S.Sos, M.A.P
M. Rio Naldi  dan
Prio Satrio
Muhammad Dhimas Syaputra

Saat ini Indonesia belum terbebas dari pademi Covid 19. Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM Jawa-Bali) yang bertujuan untuk mencegah penularan Covid-19. Tentunya, narasi kebijakan tersebut memberikan implikasi positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat. Dalam konteks ini, implikasi positifnya adalah persebaran covid 19 dapat ditekan dan tidak meluas dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan implikasi negatif adalah pertumbuhan ekonomi masyarakat yang melemah. Realitas ini dapat dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2019-2020 angkanya minus 4,19% (lihat https://money.kompas.com/read/2020/08/06/122846926/pertumbuhan-ekonomi-minus-532-persen-sekali-lagi-tolong-kendalikan pandeminya?page=all). Melemahnya pertumbuhan ekonomi nasional tentu menggambarkan realitas kehidupan ekonomi masyarakatnya itu sendiri. Persebaran Covid 19 memiliki dampak yang negatif bagi pertumbuhan usaha industri manufaktur dan industri kreatif diberbagai daerah di wilayah Indonesia. Salah satu realitas yang menarik disimak pada sektor industri kreatif adalah sektor kerajinan berbahan tanah liat (grabah).

Secara umum industri kreatif dapat dikategorikan dalam lima belas (15) sub sektor yaitu: 1) periklanan (advertising), 2) arsitektur, 3) pasar barang seni, 4) kerajinan (craft), 5) desain, 6) pakaian (fashion), 7) video dan film, 8) permainan interaktif (interactive games), 9) musik, 10) seni pertunjukan (showbiz), 11) penerbitan dan percetakan, 12) layanan komputer dan piranti lunak (software), 13) televisi dan radio (broadcasting), 14) riset dan pengembangan, serta 15) kuliner. Berdasarkan kategori tersebut, kriya atau kerajinan dari berbagai bahan seperti kayu, logam, kaca, tekstil, termasuk kerajinan grabah/berbahan tanah liat merupakan subsektor unggulan yang memiliki peran signifikan dalam meningkatkan ekonomi nasional (Bekraf, 2019: 24).

Sejauh ini industri kreatif berbasis grabah terdapat diberbagai daerah di wilayah Indonesia, seperti di Cirebon, Yogyakarta, Lampung, Jember, Blitar, Lombok-NTB dan termasuk di Kampung Lio, Anjun, Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. Sebagai subsektor unggulan dari industri kreatif, kerajinan berbasis grabah diberbagai wilayah tersebut kini menemui tantangan dan peluangnyanya masing-masing. Misalnya, industri kreatif berbasis kerajinan grabah di Lampung mulai sepi konsumen, sehingga para pengrajinnya (pelaku kreatif) beralih profesi menjadi pembuat tahu tempe (Reisa Maharani, Dkk, 2017:6). Sedangkan di Jember, pengrajin grabah mulai mengoptimalkan peluang teknologi untuk membuat inovasi desain kerajinan berbasis grabahnya (pot, gelas, dan teko) melalui teknologi internet (Dwi Setyati, Dkk, 2020).

Gambaran di atas menjelaskan bahwa kerajinan grabah sebagai subsektor unggulan industri kreatif memiliki tantangan dan peluang yang berbeda-berbeda, antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Lantas menjawab persoalan insutri kreatif berbasis kerajian grabah juga sudah banyak dilakukan oleh kegiatan pengabdian masyarakat sebelumnya. Hanya saja, kegiatan pengabdian masyarakat yang pernah dilakukan hanya menyentuh pada seputar persoalan perbaikan proses produksi dan kreasi desain grabahnya, serta meningkatkan kemampuan TIK pada proses produksi kerajinan berbasis grabah itu sendiri (Dwi Setyati, Dkk, 2020; Kartono, Dkk, 2019). Sehingga kegiatan pengabdian masyarakat yang sudah dilakukan itu belum membahas mengenai bagaimana mengambangkan pemasaran produk-produk industri kreatif berbasis kerajinan grabah dengan menggunakan teknologi media sosial dimasa pandemi covid 19. Oleh sebab itu, pengabdian masyarakat dengan tema: Meningkatkan Kompetensi Teknologi Media Sosial Sebagai Sarana Pemasaran Produk Dikalangan Pengrajin Grabah Di Desa Lio, Anjun, Plered-Purwakarta penting dilakukan.

Secara spesifik kegiatan meningkatkan kompetensi teknologi media sosial sebagai sarana pemasaran produk dikalangan pengrajin grabah ini akan menyampaikan pelatihan untuk meningkatkan produk pengrajin grabah dengan bantuan teknologi media sosial (Facebook, Instagram, dan WhatsApp) serta pangsa pasar media belanja online seperti Shopee, Lazada dan sejenisnya) yang dapat diakses oleh mereka sendiri. Selain itu, pengabdian masyarakat ini juga memberikan pengetahuan tentang memasarkan produk-produknya dimasa pandemi covid 19 dengan bantuan teknologi internet.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini menggunakan metode ceramah interaktif dalam menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada kalangan pengrajin sebagai peserta. Selain ceramah, pengabdian masyarakat ini juga menyediakan ruang Tanya jawab dan Latihan ketrampilan  atau praktek berkaitan dengan menggunakan media sosial sebagai sarana pemasaran produk kerajinan berbasis gerabah.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta. Pelaksanaan pengabdian masyarakat dilakukan oleh Achmad Siswanto, dkk. Secara spesifik pengabdian masyarakat ini memberikan materi antara lain: pertama, Pengertian dan Fungsi teknologi media sosial sebagai sarana pemasaran produk kerajinan gerabah di Era digital. Kedua, Dampak Positif Teknologi Media Sosial. Ketiga, Membangun Kesadaran Pentingnya Teknologi bagi perkembangan Kerajinan Gerabah Ke-Depan.

Hasil kegiatan Pengabdian masyarakat ini telah memberikan beberapa kontribusi penting bagi kalangan pengrajin gerabah yaitu antara lain: pertama, memahami konsep-konsep sederhana hingga sedang tentang pentingnya tekhnologi internet dan media sosial bagi usaha kerajinan gerabah mereka di masa kini dan ke depan. Kedua, memahami dampak negatif dan positif penggunaan internet dan media sosial sebagai pengembangan usaha kerajinan berbasis gerabah yang dilakukan sebagai kerja keseharian mereka dan kehidupan mereka kedepan. Ketiga,  memahami strategi membangun kesadaran di kalangan pengrajin untuk peka dan mau mengembangkan usaha kerajinan gerabahnya melalui media sosial.

Dokumentasi Kegiatan/Dokpri
Dokumentasi Kegiatan/Dokpri

Dokumentasi Kegiatan/Dokpri
Dokumentasi Kegiatan/Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun