Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dengan Sepenuh Rindu, Kepada Banyuasinku

30 April 2023   21:03 Diperbarui: 30 April 2023   21:08 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan sepenuh rindu,

Kepada Banyuasinku...

Aku mencoba memahamimu, menjadi sesuatu yang berada di dekat pusat perhatian tentu tak mengenakkan.

Semua orang memandang Palembang, dan mengalirkan sebagian besar sumber daya ke sana. Kota yang besar itu semakin berkembang. Sementara kau tetap terbelakang.

Bila orang-orang luar bertanya padaku, di mana kampung halamanku, tak ada yang mengenalmu. Aku seringkali tertatih, berpura-pura menyebut Palembang sebagai kampung, tetapi hati perih, karena ia tahu di mana rindu sebenarnya tersauh. Padamu, Banyuasinku!

Baru-baru ini riuh pembahasan mengenai kemiskinan ekstrem. Ada sisi yang tak kumengerti, kenapa ada pendengung dilibatkan untuk membahas isu tersebut. Kalau mau cara kilat, berikan saja bantuan langsung tunai ke orang-orang miskin daripada ke para pendengung (buzzer). Isu itu membuatku teringat padamu, Banyuasinku. Angka kemiskinanmu, meski turun, masih tetap lebih tinggi dari rata-rata nasional.

Bagaimana caranya keluar dari jerat kemiskinan, Banyuasinku? Ada satu cara, yang berkesinambungan, tak instan. Cara itu adalah pendidikan. Intervensi pemerintah pada "pasar pendidikan" tentu saja dibutuhkan sehingga semua masyarakat Banyuasin dapat merasakan pendidikan yang berkualitas.

Seperti apa pendidikan yang berkualitas itu, Banyuasinku? Salah satunya ialah ketika sekolah-sekolah yang berada di Banyuasin memiliki heritage.

Soal heritage ini, aku jadi teringat sebuah wawancara Jose Mourinho. Ia diserang wartawan ketika ditanyakan kondisi Manchester United saat masih melatih di sana. Mou, begitu ia dipanggil mengatakan, "Ketika aku datang di Madrid, ada berapa pemain yang mencapai perempat final Liga Champion? Lalu lihat Manchester United? Itulah Football Heritage!"

Heritage yang dimiliki sekolah-sekolah adalah manakala sekolah-sekolah tersebut terbukti menghasilkan lulusan yang berkualitas. Untuk tingkat SMA/SMK, ialah murid-muridnya diterima di perguruan tinggi ternama di Indonesia. Ketika mereka berhasil kuliah di sana, lulus menjadi sarjana, mereka punya kesempatan mencari pekerjaan dan penghidupan yang jauh lebih layak. Memperbaiki nasibnya dan keluarganya. Tugas pemerintah daerah adalah membantu ke arah sana, meski ya, secara kewenangan, pemerintah daerah (kabupaten) membawahi SD dan SMP saja, sementara SMA/SMK di bawah pemerintah provinsi.

Tentu kebanyakan sekolah yang memiliki heritage ini dimiliki oleh sekolah-sekolah favorit di ibukota provinsi. Untuk alasan itulah, dulu, setelah lulus SD, orang tuaku menyekolahkanku ke Kota Palembang. Namun, ada juga cerita-cerita lain di provinsi lain yang memiliki sekolah dengan heritage meski tak berada di ibukota provinsi. Contohnya, SMAN 1 Padang Panjang, sangat terkenal karena lulusannya ada di berbagai universitas terkemuka di Indonesia.

Banyuasinku yang kurindukan...

Aku tentu tak ingin melihatmu bertransformasi sebagai kota besar. Identitasmu sebagai kota petani sudah cukup. Meski sedihnya kini kita merasakan efek samping pembangunan. Orang-orang yang bekerja di Palembang mulai berumah di Banyuasin. Kemacetan menjadi semakin pasti, tetapi uang-uang tetap tak banyak dibelanjakan di sini. Belum terlambat untuk menata diri, sebelum semakin padat seperti Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. 

Tidak banyak yang kuharapkan. Jika aku kembali aku hanya ingin melihat sumber daya manusia Banyuasin meningkat. Sekolah-sekolah yang ada bisa bicara kualitas, bukan dari akreditasi, bukan dari apa-apa yang ada di atas kertas, tetapi dari heritage, dari keadilan dalam menemukan dan merawat bakat anak-anak Banyuasin, yang mampu pintar dan berprestasi, tidak tenggelam dalam kelalaian pendidikan.

Dengan sepenuh rindu,

Kepada Banyuasinku...

Aku harap segala doaku kepadamu akan terkabul.

Amin paling serius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun