Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Inspirasi Pakaian Rasulullah SAW Saat Lebaran

18 April 2023   23:07 Diperbarui: 18 April 2023   23:16 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koko hijau. Dokumentasi pribadi.

Pernah nggak sih teman-teman bertanya apakah lebaran itu harus pakai baju baru? Dari mana asal mulanya kenapa ada anggapan bahwa lebaran harus pakai baju baru?

Sejarah mengenai hal tersebut ada dalam riwayat Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Rasulullah SAW pernah memerintahkan agar memakai pakaian terbaik pada dua hari raya. Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa Ibnu Umar RA memakai baju terbaiknya di dua hari raya.

Lalu bagaimanakah pakaian terbaik itu? Apakah pakaian terbaik adalah harus baju baru? Kita akan melihat kembali inspirasi dari Rasulullah SAW. Pakaian seperti apakah yang disukai beliau?

Warna Pakaian


Dari berbagai riwayat yang ada, ternyata ada 4 warna yang disebut disukai oleh Rasulullah SAW. Warna-warna tersebut adalah hijau, hitam, putih, dan merah. Di antara warna tersebut, yang paling disukai beliau untuk dikenakan pada hari raya adalah warna hijau. 

Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tanbih Al-Akhbar menjelaskan bahwa pada hari raya Rasulullah menyuruh memakai pakaian berwarna hijau karena warna hijau lebih utama. Warna hijau tersebut dianggap sebagai warna surga.

Jenis Pakaian

Dokumentasi pribadi.
Dokumentasi pribadi.

Imam Syafi'i menjelaskan bahwa Rasulullah kerap mengenakan surban di kepala selain mengenakan burd habrah. Jenis pakaian ini dianggap sebagai pakaian terbaik yang dimiliki Rasulullah yang juga dikenakan pada saat salat Jumat. 

Sementara itu, Dari Ummu Salamah RA, dikatakan bahwa pakaian yang paling dicintai Rasulullah SAW adalah Al-Qamish. Apa itu Al-Qamish? Al-Qamish itu seperti kemeja, gamisnya laki-laki, yang mempunyai dua lengan panjang hingga pergelangan tangan dan memiliki sebuah saku untuk menyimpan uang. Alasan Rasulullah SAW menyukai gamis adalah karena praktis, nyaman untuk mobilitas.

Selain itu, disebutkan juga bahwa Rasullah SAW menyukai Al-Hibarah, yakni pakaian bergaris atau bergambar dengan warna tertentu. Barangkali kalau diletakkan dalam konteks Indonesia, ini adalah kemeja batik ya teman-teman.

Yang pasti, pakaian terbaik itu adalah pakaian yang bersih dan menutup aurat. Dan tak lupa hal paling disukai Rasulullah SAW adalah memakai wangi-wangiaan. Itu adalah inspirasi yang bisa kita dapatkan dari meneladani beliau.

Tetapi bagaimana jika kita tak punya pakaian itu semua? Dalam riwayat lain, ada sebuah kisah dari Hasan dan Husain yang merupakan cucu Rasulullah SAW. Pernah suatu ketika Hasan dan Husain tak punya pakaian baru untuk Idulfitri. Padahal hari raya tiba sebentar lagi. Keduanya bertanya pada Fatimah Azzahra (ibunya), kenapa kok masih belum punya baju baru padahal anak-anak di Madinah sudah punya baju baru.

Sang Ibu memberi alasan bahwa baju mereka masih berada di tukang jahit.

Setiap Hasan dan Husain bertanya hal yang sama, Fatimah Azzahra hanya bisa menjawab hal yang sama. Sampai-sampai putri Rasulullah SAW tersebut menangis karena tidak punya uang untuk menyiapkan baju baru bagi kedua anaknya.

Singkat cerita, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Tamu itu mengaku sebagai tukang jahit yang membawakan hadiah pakaian untuk Hasan dan Husain. Fatimah menerima hadiah itu tanpa curiga apa pun.

Keesokan harinya bakda Subuh, Rasulullah SAW yang memang sangat sayang pada cucunya datang dan menggendong kedua cucunya yang sudah memakai pakaian baru tersebut. Fatimah menceritakan soal tukang jahit itu. Rasulullah pun berkata bahwa tukang jahit itu adalah malaikat Ridwan yang datang dari surga.

Dokumentasi pribadi.
Dokumentasi pribadi.

Hikmah dari kisah ini adalah tidak semua orang bisa mendapatkan pakaian yang baru. Ada orang-orang yang makan saja susah. Boro-boro beli baju. Karena itu, jika kita mengetahuinya, mampukah kita menjadi "malaikat Ridwan" bagi mereka untuk bisa membuat mereka merasakan kebahagiaan yang sama saat lebaran tiba?

Wallahualam bishowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun