Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mencari Akar Diri di Nagari Talang Babungo

11 November 2022   22:03 Diperbarui: 11 November 2022   22:07 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan susah payah, kukendarai sepeda motor adikku. Jalanan menanjak curam, ditambah licin sehabis hujan semalam, membuat tingkat kesulitan berkendara bertambah. 

Pagi itu, aku dan istriku, serta anakku yang bungsu, berkeinginan melihat air terjun Timbulun di Silanjai. Setidaknya, itulah salah satu agendaku bila pulang kampung ke Nagari Talang Babungo di Sumatra Barat.

Nagari Talang Babungo bisa dibilang salah satu nagari terindah di Sumatra Barat. Nagari ini terdiri dari beberapa jorong (dusun) yakni Talang Timur, Talang Barat, Bulakan, Silanjai, Tabek, Taratak Dama, dan Taratak Jarang. 

Bentangan nagari ini sangat indah, dikelilingi perbukitan, sehingga menjadikannya sebagai salah satu desa wisata favorit di Sumatra Barat dan pernah masuk dalam sebagai destinasi dalam acara petualangan di televisi.

Timbulun. Dokumentasi pribadi.
Timbulun. Dokumentasi pribadi.

Air terjun Timbulun tadi misalnya, masuk di dalam tayangan Si Bolang. Perjalanan menuju air terjun sangat seru. Selain jalanan yang menanjak (yang alhamdulillah sudah disiram batu dan semen), kita harus melewati pematang sawah. 

Perlu sangat berhati-hati meniti pematang sawah tersebut kalau tidak mau terperosok. Akan sangat indah bila kita bermain ke sini pada saat sawah sedang hijau-hijaunya atau tatkala menjelang panen. Tarasering yang tersusun rapi di perbukitan Silanjai bisa diadu dengan persawahan lain di Ubud atau Majalengka.

Jorong yang sudah menasional lebih dahulu sebenarnya bukan Silanjai, melainkan Jorong Tabek. Masyarakatnya pandai merias diri. Jalan-jalan di jorong ditanami bunga-bunga yang sangat indah. Lalu jorong tersebut dibagi menjadi beberapa area dengan point of view yang berbeda-beda.  

Bunga di Tabek. Dokumentasi pribadi
Bunga di Tabek. Dokumentasi pribadi

Ada banyak hal yang sudah dilakukan masyarakat Tabek yang mulanya mayoritas adalah petani tebu dan aren. Dari identitas itu, mereka memproduksi makanan dan minuman dari tebu dan aren. Gula aren hingga sirup arennya harus dicicipi. 

Pada waktu tertentu pun, diselenggarakanlah atraksi silek (silat) di Tabek. Produksi kesenian dan budaya terus dikembangkan di sana. Keterbukaan masyarakatnya dengan membuat rumah-rumah mereka bisa disewakan sebagai homestay pun patut dipuji.

Dari semua itu, ada satu yang berkesan buat saya, yaitu keberadaan Rumah Pintar.  Dibuat di atas rumah panggung dengan ornamen khas Minangkabau pada tahun 2019 lalu. 

Rumah Pintar ini bisa menjadi ruang kreatif bagi para anak muda Tabek untuk kemudian meningkatkan kemampuan literasi, menggali sejarah, akar dari masyarakat itu sendiri untuk kemudian menumbuhkan kapasitas sumber daya manusia di Tabek.

Gapura dengan ornamen khas Minangkabau. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gapura dengan ornamen khas Minangkabau. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bisa dibilang, Jorong Tabek sudah menjadi Desa Wisata Ramah Berkendara, karena kita bisa mengelilingi kampung dengan sepeda motor, menikmati warna-warni bunga-bunga, lalu berhenti sejenak di pondok-pondok kecil berornamen Minangkabau untuk merasakan sejuknya udara, indahnya panorama di Nagari Talang Babungo. 

Bila sedang tidak musim hujan, kita bisa menikmati banyak layang-layang di langit. Di sini saya terpikir, selain atraksi silat, Jorong Tabek juga punya potensi menggelar festival kreatif lokal lain seperti festival layang-layang. Mungkin bisa dilakukan bakda panen padi. 

Di lahan-lahan kosong yang mengering itu, anak-anak hingga orang dewasa bisa bermain layang-layang dengan riang. Tradisi kesusastraan yang lekat dengan Minangkabau pun bisa dihidupkan kembali dengan festival pembacaan puisi dengan latar pemandangan yang luar biasa.

Baru dua jorong saja sudah semenarik itu. Jorong lain sebenarnya tak kalah bagusnya. Ada banyak potensi yang bisa dikembangkan di sana.

Pincuran Puti saat ini. Sumber: Piaman Explore
Pincuran Puti saat ini. Sumber: Piaman Explore

Desember lalu, saya bersama istri hendak mengunjungi Pincuran Puti. Pincuran Puti ini berada di atas bukit dan mitosnya adalah tempat mandi bidadari. Beberapa tahun lalu, saya bersama adik ipar hendak mengunjungi Pincuran Puti, tetapi jalanan masih seadanya. Belum diaspal, dan terputus. 

Perjalanan harus dilanjutkan dengan jalan kaki, dan sayangnya saat itu, kami tak sampai ke tujuan karena tidak berani melewati jalan setapak yang penuh semak. Takut dengan babi hutan soalnya. 

Nah, bersama istri, jalanan sudah berubah banyak. Sudah lebih rapi. Tampak pembangunan jalan sedang dikerjakan biar menjadi Desa Wisata Ramah Berkendara juga. Sayangnya, usaha kedua ini pun gagal karena Pincuran Puti ditutup. 

Di kawasan tersebut tengah dilakukan pembangunan kawasan wisata yang ramah pengunjung seperti bukit-bukit kekinian yang instagramable di berbagai wilayah di Indonesia. Tentu saja dengan tetap mempertahankan pancurannya, dan membangun kolam tampungan di bawahnya supaya bisa buat berendam. Ke depan kabarnya, juga akan dibangun berbagai permainan yang memicu adrenalin di sana seperti flying fox.

Di sisi lainnya, ada bukit hutan pinus bernama Hutan Pinus Segitigo. Alhamdulillah, saya berhasil nongkrong di sini, sambil makan pagi, menikmati keindahan hutan pinus yang khas dengan panorama Nagari Talang Babungo  yang khas di depan mata. Dengan awan-awan yang melayang rendah di atasnya.


Di kedua kawasan ini sebenarnya banyak terdapat air terjun yang belum tereksplorasi. Jika difasilitasi dengan baik, tentu saja akan menambah titik tujuan wisata masyarakat.  Memang yang perlu pertama diperbaiki adalah akses jalannya. Hal-hal lain tinggal mengikuti.

Yang tidak boleh dilupakan juga, di tengah-tengah Nagari Talang Babungo ini, sungai Batang Gumanti mengalir hingga jauh. Wisata sungai seperti tubing sangat digemari anak-anak hingga orang dewas. Wisata tubing di Pangandaran atau di Sungai Pusur sangatlah terkenal. Batang Gumanti punya potensi serupa.

Faktor yang perlu dipelajari utamanya adalah keamanan dan keselamatan. Ya, saya pun sering mengajak kedua anak berenang di sungai ini. Bersama kakeknya mereka berenang menggunakan ban yang  diikat tali. Tidak sembarang pilih sisi sungai. Memang ada titik-titik tertentu yang asik untuk berenang, sambil dihanyut-hanyutkan dengan ban. Lokasi-lokasi dengan lubuk-luuk yang tidak berbahaya ini perlu dipelajari agar bisa menjadi trek tubing di kemudian hari.

Dari semua itu, jangan lupa cicipi kuliner di Talang Babungo. Yang unik di antaranya adalah pical mie. Dari namanya pical ya berarti pecel. Tapi dengan mie kuning. Biasanya mulai banyak dijual pada malam hari bersama dengan sate padang. Sate padang di sini juga cukup unik. Biasanya di kota kita membeli nasi padang satu porsi isi 10 tusuk. 

Kalau di sini kita bisa beli sate padang dengan harga Rp5.000 yang isinya hanya 2 tusuk dengan lontong dan kuah sate yang sangat banyak. Paradigma yang penting kenyang meski dominan karbohidrat masih lazim di sini, ditambah memang cara seperti itulah yang bisa laku karena dominan masyarakat di sini adalah petani yang hasrat jajannya terbatas. 

Ketika bangun, jangan lupa sarapan dengan lontong Padang dengan bakwan yang digoreng kering. Sungguh lezat sekali makan semua itu sambil diselimuti udara dingin khas Talang Babungo.

Di mana tepatnya Nagari Talang Babungo ini, di Sumatra Barat bagian mana? Pasti banyak yang bertanya seperti itu. Nagari itu ada di Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok. Bila kamu start dari Padang, berjalanlah melewati Sitinjau Laut, sampai Simpang Lubuk Lasih. Dari sana biasanya orang-orang akan berwisata terlebih dahulu di kebun teh lalu lanjut ke Danau Kembar di Alahan Panjang. Nah, Nagari Talang Babungo tinggal belasan kilometer dari Danau Kembar yang kerap dijuluki Kota Dingin Tanpa Salju.

Tentu perjalanan akan sangat seru jika berkendara, terutama dengan sepeda motor. Sebab, cuacanya sejuk sekali. Bisalah kita punya motor buat touring keliling Sumatra Barat. Apalagi sekarang mudah beli motor dengan hadirnya Adira Finance. Jangan lupa pakai motor yang CC-nya besar karena medan dominan tanjakan dan turunan. Yuk, mampir di http://adira.id/e/fkl2022-blogger.

Jadi, tunggu apalagi, sisihkan waktumu untuk berkunjung ke Talang Babungo ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun