Nah, bersama istri, jalanan sudah berubah banyak. Sudah lebih rapi. Tampak pembangunan jalan sedang dikerjakan biar menjadi Desa Wisata Ramah Berkendara juga. Sayangnya, usaha kedua ini pun gagal karena Pincuran Puti ditutup.Â
Di kawasan tersebut tengah dilakukan pembangunan kawasan wisata yang ramah pengunjung seperti bukit-bukit kekinian yang instagramable di berbagai wilayah di Indonesia. Tentu saja dengan tetap mempertahankan pancurannya, dan membangun kolam tampungan di bawahnya supaya bisa buat berendam. Ke depan kabarnya, juga akan dibangun berbagai permainan yang memicu adrenalin di sana seperti flying fox.
Di sisi lainnya, ada bukit hutan pinus bernama Hutan Pinus Segitigo. Alhamdulillah, saya berhasil nongkrong di sini, sambil makan pagi, menikmati keindahan hutan pinus yang khas dengan panorama Nagari Talang Babungo  yang khas di depan mata. Dengan awan-awan yang melayang rendah di atasnya.
Di kedua kawasan ini sebenarnya banyak terdapat air terjun yang belum tereksplorasi. Jika difasilitasi dengan baik, tentu saja akan menambah titik tujuan wisata masyarakat. Â Memang yang perlu pertama diperbaiki adalah akses jalannya. Hal-hal lain tinggal mengikuti.
Yang tidak boleh dilupakan juga, di tengah-tengah Nagari Talang Babungo ini, sungai Batang Gumanti mengalir hingga jauh. Wisata sungai seperti tubing sangat digemari anak-anak hingga orang dewas. Wisata tubing di Pangandaran atau di Sungai Pusur sangatlah terkenal. Batang Gumanti punya potensi serupa.
Faktor yang perlu dipelajari utamanya adalah keamanan dan keselamatan. Ya, saya pun sering mengajak kedua anak berenang di sungai ini. Bersama kakeknya mereka berenang menggunakan ban yang  diikat tali. Tidak sembarang pilih sisi sungai. Memang ada titik-titik tertentu yang asik untuk berenang, sambil dihanyut-hanyutkan dengan ban. Lokasi-lokasi dengan lubuk-luuk yang tidak berbahaya ini perlu dipelajari agar bisa menjadi trek tubing di kemudian hari.
Dari semua itu, jangan lupa cicipi kuliner di Talang Babungo. Yang unik di antaranya adalah pical mie. Dari namanya pical ya berarti pecel. Tapi dengan mie kuning. Biasanya mulai banyak dijual pada malam hari bersama dengan sate padang. Sate padang di sini juga cukup unik. Biasanya di kota kita membeli nasi padang satu porsi isi 10 tusuk.Â
Kalau di sini kita bisa beli sate padang dengan harga Rp5.000 yang isinya hanya 2 tusuk dengan lontong dan kuah sate yang sangat banyak. Paradigma yang penting kenyang meski dominan karbohidrat masih lazim di sini, ditambah memang cara seperti itulah yang bisa laku karena dominan masyarakat di sini adalah petani yang hasrat jajannya terbatas.Â
Ketika bangun, jangan lupa sarapan dengan lontong Padang dengan bakwan yang digoreng kering. Sungguh lezat sekali makan semua itu sambil diselimuti udara dingin khas Talang Babungo.
Di mana tepatnya Nagari Talang Babungo ini, di Sumatra Barat bagian mana? Pasti banyak yang bertanya seperti itu. Nagari itu ada di Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok. Bila kamu start dari Padang, berjalanlah melewati Sitinjau Laut, sampai Simpang Lubuk Lasih. Dari sana biasanya orang-orang akan berwisata terlebih dahulu di kebun teh lalu lanjut ke Danau Kembar di Alahan Panjang. Nah, Nagari Talang Babungo tinggal belasan kilometer dari Danau Kembar yang kerap dijuluki Kota Dingin Tanpa Salju.