Sejak kecil keilmuan beliau sudah menonjol di berbagai bidang. Gaya beliau pun sangat sederhana dengan bahasa yang sangat merakyat.
Nah, algoritma tadi mempertemukan saya dengan opini beliau soal Syekh Siti Jenar yang cocok dengan pikiran saya. Sejak itu saya mulai cukup rutin mendengarkan beliau atau membaca tulisan-tulisan tentang beliau yang sering dibagikan di media sosial.
"Hidup tidak usah dibuat sulit, tidak usah ruwet. Asal tidak maksiat, bisa menjadi pribadi yang menyenangkan dan bermanfaat bagi banyak orang serta tidak mengusik hidup orang lain, itu sudah cukup."
Coba deh cari berbagai kutipan kalimat dari Gus Baha. Mak nyes rasanya.
Di sela-sela waktu luang, mendengarkan ceramah para ustad di Youtube seperti penyejuk hati. Pupuk bagi jiwa. Kalau ditanya ustad favorit banget, saya pribadi bingung juga. Sebab belajar agama itu rasanya tidak perlu baper. Kita harus mendudukkan segalanya dalam kerangka ilmiah.
Buya Arrazy ketika dituduh liberal bilang begini, "Yang liberal itu adalah yang beragama tanpa kaedah." Nah, salah satu kaedah ilmiah itu adalah menyebutkan referensi yang jelas ketika berpendapat. Harus sahih pendapatnya. Karena itu buat kita yang awam penting untuk memahami latar belakang pendidikan mereka dulu, lalu bersikap kritis atas pendapat-pendapat yang dikeluarkan. Sebab, berceramah juga bukan tanpa godaan. Hawa nafsu untuk menafsirkan sendiri jawaban pertanyaan jamaah itu berbahaya.
Sampai hari ini, bukan cuma mendengarkan mereka berdua, saya juga suka mendengarkan UAS, UAH, TGB, sampai Khalid Basalamah. Tidak perlu terlalu fanatik pada salah satu ustad. Jika kaedah keilmuannya benar kita ambil, dan ketika ada yang meragukan, kita cari referensi lain sebagai pembanding.
Wallahualam bishowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H