Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Disiplin Kelola Keuangan Lewat Aplikasi Keuangan

15 Maret 2022   22:55 Diperbarui: 15 Maret 2022   23:02 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Golden rasio manajemen keuangan. Sumber: Catatanpringadi.

Motor yang kuimpi-impikan itu akhirnya miliku. Yamaha Lexi. Meski bekas, aku cukup bahagia. Motor itu akan menemaniku mengarungi perjalanan dari Sawangan ke Jakarta selama aku bekerja (WfO). Masa pandemi begini rasanya tidak nyaman lagi naik KRL Jabodetabek. Insecure rasanya berada di keramaian.

Sebenarnya sudah jauh-jauh hari aku ingin punya motor baru. Namun, keuanganku belum mencukupi. Pilihanku waktu itu menabung terlebih dahulu. Dan aku memilih menggunakan tabungan berencana lewat aplikasi sebuah bank plat merah. Alhamdulillah, meski harus menunggu sekian bulan, akhirnya dana itu terkumpul.

Belakangan aku baru tahu, ada alternatif lain bila tak sabar menunggu waktu mengumpulkan dana itu. Lewat Adiraku, kita bisa melakukan kredit untuk pembelian kendaraan bermotor. Aku sudah mengunduh dan mendaftarkan diri, dan kulihat di sana, tidak hanya motor baru, kita juga bisa membeli motor bekas. 

Adiraku sudah terhubung dengan Momotor yang membuat kita lebih leluasa dalam bertransaksi motor. Bahkan lewat aplikasi tersebut kita bisa melakukan transaksi tukar tambah dan jual cepat juga lho.

Pilihan untuk menabung terlebih dahulu atau melakukan kredit itu tidak ada benar dan salah. Semuanya tergantung konteks situasi yang dialami. Misalnya aku, pada mulanya, volume WfH-ku masih banyak dibandingkan WfO. Jadi aku masih bisa berjuang untuk naik DAMRI dari Sawangan ke Juanda. Hanya satu kali seminggu. Namun berbeda ketika situasinya aku sudah harus banyak WfO, tentu kebutuhanku punya motor lebih besar.

Ketika kebutuhan itu mendesak dan kita tidak punya uang tunai, kredit menjadi pilihan yang lebih baik.

Namun, jangan lupakan juga mengenai manajemen keuangan kita. Menabung atau kredit itu punya konsekuensi di dalam manajemen keuangan rutin kita. Saya pribadi meneraplan golden ratio berikut ini:

Golden rasio manajemen keuangan. Sumber: Catatanpringadi.
Golden rasio manajemen keuangan. Sumber: Catatanpringadi.

Rasio untuk pos-pos itu adalah 40 : 30 : 20 : 10

  • 40% diperuntukkan untuk kebutuhan operasional rumah tangga, mulai dari kebutuhan sehari-hari, biaya anak sekolah, bensin, hingga pulsa dan listrik.
  • 30% diperuntukkan untuk cicilan yang bersifat produktif. Dalam hal ini cicilan tersebut boleh saja berupa cicilan rumah atau tanah karena nilainya yang tidak mungkin berkurang. Bisa juga berupa cicilan untuk modal usaha.
  • 20% diperuntukkan untuk investasi, asuransi, atau tabungan terencana.
  • 10% sisanya digunakan untuk dana sosial, having fun, dan dana darurat.

Di sini, harus diperhatikan betul bahwa sebisa mungkin total cicilan yang kita miliki tidak lebih dari 30%. Kalau penghasilan kita 10 juta/bulan, cicilan itu maksimal 3 juta/bulan. Bisa digunakan untuk cicilan rumah atau kendaraan bermotor. Nilai cicilan yang lebih besar porsinya bisa menyebabkan kerentanan keuangan keluarga kita.

Dengan berpedoman pada rasio manajemen keuangan tersebut, aplikasi keuangan yang ada sekarang bisa membantu kita dalam mengalokasikan dana yang ada. Yang paling urgent misalnya tabungan untuk pendidikan anak. 

Kita bisa alokasikan khusus lewat deposito atau tabungan berencana tadi dengan pilihan bunga yang lumayan. Pilihan investasi pun kini kian beragam dan dapat kita akses melalui aplikasi di genggaman tangan kita. Ada saham, reksadana, hingga surat utang negara yang bisa kita beli di sana.

Tentu, khusus untuk investasi, masing-masing punya karakterstik sendiri sehingga wajib kita pelajari untuk mengetahui risikonya. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, sedikit-banyak kita harus belajar soal teknisnya agar bisa cuan.

Pola pikirnya tentu juga bisa dibalik antara menabung dan kredit tadi. Misalnya saya yang hobi traveling, healing-healing dari keriuhan dunia kerja dengan staycation santai di hotel. Kan nggak mungkin kita menangguhkan stress akibat pekerjaan. Nabung dulu setahun untuk liburan. Ada rasa pokoknya mau liburan sekarang. Ya sudah itu bisa dilakukan sekarang, tinggal nanti alokasi cicilannya adalah menggunakan alokasi dari yang besarannya 10% itu. 

Di Adiraku, semua jadi bisa. Kita bisa memilih Pengajuan Pinjaman Dana Multiguna. Pengajuan Pinjaman Dana Multiguna ini memfasilitasi injaman dana dengan jaminan BPKB sepeda motor atau mobil untuk berbagai kebutuhan seperti renovasi rumah, pendidikan, modal usaha, wisata atau kenduri. 

Selain pengajuan pinjaman kredit kendaraan bermotor dan multiguna, Adira Finance melalui Adiraku juga memfasilitasi pinjaman untuk elektronik dan furnitur, serta pembiayaan umroh. 

Saat ini, rasanya sudah cukup punya 2 jenis aplikasi itu untuk disiplin kelola keuangan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Simpelnya ada aplikasi debet dan ada aplikasi kredit. Dan di antaranya  ada fitur-fitur yang memfasilitasi pembayaran kebutuhan sehari-hari yang rutin seperti listrik dan pulsa. Bisa banget kan harusnya ada fushion antara semua aplikasi ini sehingga segalanya bisa dilakukan hanya lewat satu genggaman tangan.

Pada akhirnya, teknologi itu tidak berguna apabila diri kita tidak memiliki pengetahuan/literasi keuangan yang baik. Ibarat kata, smartphone akan sia-sia kalau yang punya tidak smart.

Sumber: Ilmu Keuangan
Sumber: Ilmu Keuangan

Sebelum melakukan manajemen keuangan, penting untuk melakukan financial check up. Ini sebenarnya upaya untuk menilai berapa "kekuatan finansial" kita saat ini. Apakah sudah cukup kuat dan sehat? Financial check up ini menghitung semua kekayaan yang kita miliki, aset-aset kita, juga utang kita. Negara saja punya batas rasio utang terhadap PDB, maksimal 60%. 

Jangan sampai utang kita terlalu banyak. Kalau terlalu banyak, kita harus menguranginya terlebih dahulu sebelum mengacu pada rasio pembagian pos keuangan di atas. Dan yang terpenting adalah bagaimana kita mengatur ruang fiskal keluarga. Ruang fiskal ini sebenarnya hanya bisa diciptakan dengan dua cara. Menekan pengeluaran dan menambah penghasilan. Hanya itu pilihannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun