Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjadi PNS Digital Ala-Ala

26 Februari 2022   12:02 Diperbarui: 26 Februari 2022   12:05 1506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh rapat Zoom. Sumber: Kompas

Dari beliau aku belajar bahwa UU Keuangan Negara sendiri mencakup bidang dan aspek yang lebih luas yang tidak hanya persoalan administrasi negara, tetapi juga kaedah hukum tata negara karena meliputi hak-hak dan kewajiban-kewajiban pokok negara serta hubungan antara lembaga negara dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Jadi, tidak bisa sebenarnya kita membuat kebijakan dengan hanya benchmarking ke negara-negara maju lalu ingin menerapkannya mentah-mentah. Ada konteks hukum tata negara yang harus ditaati di sana.

Dalam rapat-rapat itu, kendala yang kuhadapi adalah sinyal dan kuota. Bulan-bulan pertama aku hanya mengandalkan jaringan dari provider seluler. Ternyata, kebutuhan kuotaku tinggi sekali.

Aku baru tahu bahwa 1 jam rapat lewat zoom itu membutuhkan kuota 360 MB hingga 1,35 GB  (bahkan versi Makeuseof: 540Mb hingga 1,62GB) dengan kecepatan ideal 800 kbps -- 3 Mbps. Dan dalam sehari waktu rapatku rata-rata 4 jam. Anggaplah 1 GB/jam, maka dalam sebulan aku membutuhkan setidaknya 80GB. Itu baru kebutuhanku, belum ditambah dengan kebutuhan anakku yang juga sekolah dari rumah, dan istriku yang berjualan online.

Dan di rumahku, sinyal seluler ini tidak stabil. Pernah aku diundang Tempo Institute menjadi narasumber untuk bicara peran Chairil Anwar dalam perpuisian Indonesia. Itu memalukan sekali sih karena aku mengalami kendala sinyal. Itu membuatku tampak sangat tidak profesional.

Menyiapkan jaringan terbaik adalah bagian dari profesionalisme. Karena itu kita harus cerdas memilih provider terbaik. Pertimbangannya bukan hanya murah, tetapi juga soal stabilitas jaringan, dan kecepatan pelayanan. Beberapa bulan pertama aku sempat memakai provider X, dan bermasalah melulu. Terutama ketika hujan turun. Hampir pasti mati. Sampai akhirnya aku beralih ke IndiHome.

Jatuhnya pilihanku ke IndiHome ini berdasarkan pilihan sadar dengan beberapa data pendukung. Enciety Business Consult melakukan riset pendalaman terkait Quality of Service (QoS) provider fixed broadband melalui Direct Observation di 8 (delapan) kota di Indonesia, yakni Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar. Hasilnya bagaimana? Provider dengan rata-rata throughput performance paling baik adalah IndiHome! Selain itu, ukuran latency juga diperlukan untuk menentukan internet terbaik. Dan salah satu dari tiga provider yang menempati peringkat latency terbaik (2.0 ms) adalah IndiHome! 

Sederhananya, latency itu adalah waktu yang dibutuhkan data dari asal sampai tujuan dengan diukur dalam satuan mili detik. Istilah mudahnya adalah delay/penundaan. Contohnya, kita saat ini di Jakarta mengirim email dengan attachment foto kepada teman yang berdomisili di New York, Amerika Serikat. Saat email dikirim, akan terjadi latency sepersekian milidetik sebelum email diterima. Ukuran latency ini bakal ngaruh banget terutama buat main game.

Pada dasarnya, beberapa tahun terakhir aku sudah pasrah sebagai pelaksana biasa. Tidak ada ambisi untuk menjadi pejabat atau apa. Namun, jujur saja, rapat-rapat itu membuat pikiranku terbuka. Betapa indahnya pengetahuan dan di titik tersebut aku merasa sebagai debu yang tidak berarti. Muncul motivasi untuk kuliah lagi dan syukurlah kemudian aku mendapatkan beasiswa S2 Administrasi Publik dari Bappenas.

Perkuliahan masih dilakukan secara online. Dan intensitas nge-zoom bertambah. Dalam sehari, ada 3 mata kuliah yang kuikuti, dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore. Sekitar 7-8 jam ngezoom, sampai-sampai guyonnya.... manusia bukan lagi zoon politicon, melainkan zoom politicon. Tentu waktu online-nya bukan hanya itu. Rata-rata aku online sampai jam 12 malam untuk mencari bahan tugas. 

Kebutuhan online keluarga kami bertambah, apalagi anakku yang besar sudah kuikutkan les di Kampung Inggris yang kelasnya setiap hari. Si Bungsu juga sudah paham mendengarkan lagu lewat Youtube. Jadi kini, paket IndiHome yang terpasang di rumahku adalah paket 50 Mbps. Paket 50 Mbps ini benar-benar mendukungku melakukan aktivitas di rumah tanpa batas, secara online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun