Hal pertama yang harus diingat adalah pendidikan pariwisata terhadap masyarakat lokal Sumatra Utara. Heritage of Toba ini harus tertanam utuh bagi masyarakat Sumut (khususnya Batak). Orang-orang Batak kudu merasa bahwa Toba adalah destinasi utama mereka sebelum memilih pariwisata di luar provinsi. Seperti orang Minang begitu menjunjung tinggi Bukit Tinggi yang menjadi destinasi utama pariwisata lokal mereka. Karena itu penting Toba masuk dalam bagian pendidikan. Pengenalan terhadap Toba menjadi bagian dari strategi pendidikan daerah.
Untuk strategi pemasarannya, paket-paket pariwisata harus dibagi per tema. Jadilah wisata tematik. Paket-paket perjalanan diatur berdasarkan tema-tema tersebut seperti tema keanekaragaman hayati yang mengeksplorasi lingkungan Toba yang alami dan penuh flora dan fauna, tema atraksi dengan berbagai permainan dipadukan dengan topografi yang ada, hingga wisata-wisata yang ramah anak untuk menjaring potensi wisatawan keluarga.
Ketika wisatawan hendak datang ke Toba, mereka sudah memiliki informasi paket wisata mana yang mampu memenuhi preferensi mereka. Misalnya saya yang mencintai air terjun dan ingin ke Binangalom, tahu sedari awal harus mengambil rute yang mana agar perjalanan ke Binangalom menjadi purna, dilengkapi dengan air terjun-air terjun lainnya.
Wisata gaya baru berbasis alam seperti ini sudah harus digalakkan ke sumsum masyarakat. Seperti kata Weaver, ekowisata yang berbasis alam memiliki manfaat penting dalam upaya memperbaiki konsep wisata massal ke arah wisata yang lebih bertanggung jawab. Wisatawan akan mendapatkan pembelajaran akan sejarah dan budaya lokal sembari melakukan aktivitas wisata.
Toba sebagai bagian dari Wonderful Indonesia sudah memiliki potensi itu semua. Tinggal kini Pemerintah makin berperan dalam membangun akses yang makin memudahkan wisatawan untuk datang ke Toba. Kerja sama dengan sektor privat dalam menyediakan akomodasi perlu ditekankan sekali lagi jangan sampai merusak lingkungan. Kajian-kajian analisis dampak lingkungan yang ketat diperlukan sebelum membangun sesuatu.
Tentu DSP Toba diharapkan dapat mencapai konsep pariwisata berkelanjutan termasuk peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya masyarakat di sana. Pada akhirnya, menjadikan Toba sebagai Bali baru bukan berarti meniru konsep Bali secara utuh, tetapi memaksimalkan identitas yang ada dan unik itu sehingga orang-orang ramai berbondong-bondong ke Toba seperti ramai berbondong-bondong ke Bali, tetapi dengan pengalaman pariwisata baru yang berbeda. Konsep MICE di Indonesia Aja jadi tidak terpusat hanya di Jakarta dan Bali, tetapi juga di Toba dan daerah-daerah lain yang juga melahirkan distribusi perekonomian yang lebih merata.
Tahun-tahun yang akan datang akan lebih banyak orang menulis puisi, menulis cerita tentang Toba. Film-film layar lebar pun tak segan-segan untuk mengambil latar di Toba. Dan orang-orang di penjuru Indonesia yang sebagian besar waktunya dihabiskan di depan layar kaca melihat itu terinspirasi. Lalu bermimpi... suatu saat, aku akan ke Toba, aku harus ke Toba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H