Mohon tunggu...
Pringadi Abdi Surya
Pringadi Abdi Surya Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan kreatif

Lahir di Palembang. Menulis puisi, cerpen, dan novel. Instagram @pringadisurya. Catatan pribadi http://catatanpringadi.com Instagramnya @pringadisurya dan Twitter @pringadi_as

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Internet Cepat adalah Kunci Kuliah Lancar

30 Agustus 2021   09:31 Diperbarui: 30 Agustus 2021   09:44 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi.

Tidak pernah kubayangkan, aku akan menempuh pendidikan hingga S2. Ya, anak STAN yang hanya lulusan D3 pada umumnya sudah nyaman dengan pekerjaan dan penghasilannya. Tapi jalan yang tidak pernah direncanakan itu ternyata mengantarkanku ke D4, lalu sekarang ke S2.

Sebenarnya ini bukan percobaan pertamaku. Aku sempat mencoba ikut seleksi beasiswa Australian Award beberapa tahun lalu. Dan gagal. Kegagalan itu ternyata masih membekas, membuatku tidak percaya diri untuk mengikuti seleksi beasiswa lagi. Baru tahun ini aku mencoba seleksi beasiswa, yang dalam negeri saja dari Bappenas. Pilihan pertamaku ke Universitas Indonesia. Pilihan keduaku ke Universitas Sriwijaya.

Ternyata, rezeki yang diberikan Tuhan adalah ke Universitas Sriwijaya. Jurusan Administrasi Publik.

Ndilalah, ini berkah karena bisa membuatku dekat dengan keluarga besarku. Ya semua keluarga utamaku berkumpul di sana. Setelah lulus SMA, aku merantau dan hanya pulang saat liburan. Mungkin ini jadi momen langka, untuk menjalin kebersamaan dengan keluarga besarku setelah lebih dari 15 tahun terpisah antarpulau.

Rumah keluargaku sebenarnya bukan di Palembang. Tapi sudah masuk Kabupaten Banyuasin. Di kilometer 18. Ya, karena itu saat menelepon dan berkata aku ingin pulang, berkuliah dari sana meski belum jelas status kuliahnya online atau offline, aku minta tolong dipasangkan internet.

Di sana aku tinggal di ruko milik keluarga. Sebab itulah satu-satunya yang berada di pinggir jalan dan bisa dipasangkan internet.

Aku pun mendaftar di IndiHome.  Sebabnya, hanya IndiHome yang mampu menjangkau daerah pinggiran. Awalnya aku bingung kenapa KTP ku tidak bisa digunakan untuk mendaftar. Setelah diingat-ingat lagi, aku pernah waiting list IndiHome sewaktu masih tinggal di Bandung. Data itu kemudian dipakai adik iparku yang menggantikanku tinggal di sana.

Jadinya, aku pun meminjam data kakak perempuanku untuk mendaftar layanan IndiHome.

Alhamdulillah, begitu data terdaftar, tak lama petugas IndiHome pun datang untuk memasangkan kabel dan alatnya.

Aku memilih layanan yang 100 mbps karena selain penggunaan untuk kuliah dan sekolah anak yang masih online, aku butuh untuk streaming dalam kelas-kelas dan webinar online yang kuselenggarakan. Selain dalam waktu dekat, kami akan buka toko hijab kecil-kecilan.

Internet kencang adalah kunci. Alhamdulillah, sebulan sudah di sini, belum pernah ada gangguan layanan yang kurasakan. Selama perkuliahan, dengan kamera menyala, jaringan terasa sangat lancar dan stabil. Perkuliahan pun bisa kuikuti dengan baik.

Masalah tinggal di daerah pinggiran ya mati lampu. Beda banget dengan di Pulau Jawa yang hampir tidak pernah mati lampu. Di Kabupaten Banyuasin ini tiap minggu ada mati lampunya. Pernah bahkan mati lampunya sangat panjang, lebih dari 4 jam, yang mengharuskan aku mengungsi ke tempat kakak yang punya genset dan memiliki jaringan IndiHome juga.

Barangkali ini menjadi salah satu bentuk kedaulatan digital. Pasalnya, tadinya kuliah ini direncanakan di Palembang (offline) namun karena status masih PPKM Level 4, semester ini perkuliahan masih diselenggarakan secara online. Kebetulan aku orang Sumsel, jadi sekalian pulang kampung dari Jakarta. Teman-teman sekelasku belum berangkat ke Palembang. Mereka mengikuti perkuliahan masih dari daerah asalnya masing-masing. Ada yang dari Subang, ada yang dari Selayar, Kupang, hingga Morotai. Kami disatukan lewat jaringan internet dalam perkuliahan.

IndiHome tentu saja berjasa dalam membangun kedaulatan digital dengan 166.343 km fiber optic terbentang dari Sabang hingga Merauke (per September 2020), bahkan hingga komunikasi internasional. Ini setara dengan 4 kali keliling bumi lho.Sebenarnya, layanan IndiHome tidak terbatas pada internet saja seperti Indikids, Smooa, GameQoo dan Addon Minipack.. Sayangnya, aku memutuskan untuk tidak memiliki televisi dan sangat melarang anak-anak bermain game. Jadi aku termasuk tipe yang tidak membutuhkan layanan hiburan itu.

Nah, sebagai informasi, IndiHome sedang punya beberapa program yang keren juga. Pertama, ada Sebar yang baik. IndiHome memberikan wadah kepada masyarakat Indonesia untuk menginspirasi mengenai berbagai hal yang dialami, yang dilalui, yang diperjuangkan selama masa pandemi  Covid-19 melalui Landing Page IndiHome. Sudut pandang dari cerita tersebut dibebaskan kepada masyarakat. Tidak ada pembatasan tema cerita, masyarakat dapat mengemasnya berdasarkan mood and emotion yang dilibatkan yaitu bahagia, bersyukur, terkejut, puas, sedih dan takut. Lalu ada Indonesia Keren. Indonesia Keren adalah sebuah program eksklusif dari IndiHome untuk mencari insan kreatif dan peduli seni budaya serta memiliki bakat menari, menyanyi, atau pertunjukan seni lainnya. Dan terakhir ada Kejutan Spesial. Setiap bulannya ada kejutan menarik dari IndiHome mulai dari kejutan berupa sepeda, tab, handphone dan kamera + tripod , dll.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun