Tiba-tiba saja asmaku kambuh. Mengi pun timbul seperti ada tikus bersembunyi di dalam dadaku. Meihat aku seperti itu, Bapak akan mencari mangga matang. Lalu dicampur dengan madu beberapa sendok. Dikocok sampai halus. Itulah pertolongan pertama, buah dari kearifan lokal untuk menenangkan sesak napas yang kurasakan.
Madu memang menjadi obat untuk segala hal di keluargaku. Bila batuk melanda, madu akan dicampurkan dengan perasan jeruk nipis. Bisa diminum begitu saja atau diencerkan terlebih dahulu di segelas air. Kebiasaan minum air jeruk nipis madu itu kubawa hingga dewasa. Terlebih saat berpuasa. Kombinasi keduanya menjadi asupan sempurna saat sahur sebelum makan nasi. Lebih dari seolah appetizer yang memancing selera makan, tetapi juga melegakan tenggorokan dan baik buat pencernaan.
Madu memang mendapatkan tempat khusus di hati umat Islam. Sebab, madu disebutkan dalam Alquran sebagai obat yang menyembuhkan manusia. Dalam surat An-Nahl: 68-69, Allah SWT berfirman, "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang berpikir."Â
Bukan hanya di Alquran, dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, Rasulullah SAW pun bersabda, ''Madu adalah penyembuh bagi semua jenis sakit dan Alquran adalah penyembuh bagi semua kekusutan pikiran (sakit pikiran). Maka aku sarankan bagimu kedua penyembuh tersebut, Alquran dan madu.''Â
Keberadaan madu selanjutnya mendapat perhatian dari banyak ilmuwan. Termasuk ilmuwan muslim, Ibnu Sina. Bapak Kedokteran itu rutin mengonsumsi madu dalam hidupnya dan menurutnya rutin mengonsumsi madu dapat membuat awet muda dan berumur panjang.
Resep madu sebagai obat penurun panas itu juga kupraktikkan di keluargaku. Selain itu, madu juga kami anggap lebih baik dari antibiotik. Memang, kami sebisa mungkin menghindari sekali penggunaan antibiotik untuk anak. Madu menjadi penggantinya. Saat menyiapkan tulisan ini, ternyata kebaikan turun-temurun itu sudah diteliti ilmuwan. Dalam beberapa kondisi, madu dapat digunakan sebagai zat anti bakteri dan jamur. Madu ternyata dapat menghambat pertumbuhan bakteri seperti staphylococcus aureus, patogen tertentu, serta fungi atau jamur, semisal Candida albicans. Dengan konsentrasi 30-50 persen, madu mampu memperlihatkan khasiatnya sebagai antibiotik konvensional untuk infeksi saluran kencing.
Ramadan kali ini, anak pertamaku menginjak usia 9 tahun. Ramadan-ramadan sebelumnya, ia belum berhasil berpuasa satu bulan penuh. Kali ini aku katakan kepadanya, agar bisa berusaha memenuhi puasa satu bulan penuh. Senjata rahasianya, MADU.
Ya, madu memang memiliki khasiat menjaga daya tahan tubuh. Setiap sahur dan berbuka puasa, ia akan mengonsumsi madu. Bedanya, saat sahur, biasanya madu akan kami campur dengan segelas air terlebih dahulu plus jeruk nipis atau jeruk lemon untuk asupan vitamin C. Bila waktu berbuka tiba, setelah minum air putih, sesendok madu akan langsung ia lahap. Alhamdulillah, sudah hari kedelapan, belum batal-batal juga. Malah energinya seperti tak habis-habis, minta main melulu. Susah disuruh istirahat tidur siang.
Saat berdomisili di Sumbawa dulu, aku tak pernah kesulitan mendapatkan madu. Madu hutan memang musiman dan kerap dijajakan ke kantor oleh saudaranya salah satu pegawai di sana. Madu budidaya sendiri dekat dengan tempatku tinggal. Semongkat nama daerahnya. Kadang-kadang aku datang ke Semongkat untuk melihat madu itu diperas dari sarangnya. Tersedia pula madu dalam bentuk bubuk, pun yang sudah dicampur kunyit atau pun jahe.
Setelah pindah ke Jakarta, ongkos kirim dari Sumbawa tentu saja sangat mahal. Terlebih mengirim madu membutuhkan pengemasan khusus. Repot.
Untungnya, baru-baru ini aku mengenal Kojima, Madu dengan 3 kebaikan yaitu korma, jinten (habbatussauda), dan madu. Ya, ada 3 kebaikan di dalamnya. Bukan cuma madu, tetapi juga kurma, dan jintan hitam (habatussauda). Menariknya, habatussauda pun disebutkan dalam sebuah hadits sebagai obat dari segala penyakit, kecuali maut.Â
Bagi sebagian orang, madu tidak begitu enak dikonsumsi karena terlalu manis. Aku pikir, campuran madu dengan jintan hitam ini akan menjadi solusi karena ada sensasi pahitnya. Rasanya tidak berbeda jauh dengan madu hutan mahoni yang memang berwarna hitam dan sedikit pahit.
Itulah salah satu kiat yang kuterapkan di keluargaku agar bukan hanya mampu berpuasa sebulan penuh, tetapi tidak lemas dan nonproduktif saat berpuasa. Konsumsi madu setiap hari adalah kunci untuk segar dan bugar menjalani hari-hari, berkarya dan berkreasi. Ditambah dengan keimanan, bagian dari kesalihan, bahwa mengonsumsi madu adalah sunnah yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, tentu saja ada pahala di dalamnya. Tunggu apalagi, sudah sehat, berpahala pula. Yuk, konsumsi madu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H