Sebenarnya dia sudah hampir bisa membaca Alquran. Cuma belum lancar. Satu hal yang belum tumbuh adalah kesadaran menghadapi suatu teks secara serius. Kesadaran untuk belajar karena ingin bisa bukan karena disuruh.Â
Aku dulu patut bersyukur bisa melakukan itu dalam berbagai bidang studi karena status sebagai anak bungsu. Dari kecil banyak kakak yang mengajariku sehingga ketika bersekolah aku terbiasa. Sementara anakku hanya punya orang tuanya. Kami jauh dari anggota keluarga yang lain.
Ramadan kali ini, selain berupaya memperbaiki bacaanku dan komitmenku sendiri terhadap Alquran, aku pun berupaya mengajarkan anakku mengaji. Minimal selancar aku. Hanya itu targetku.
Kubaca semua riwayat. Dikisahkan dari buku "Himpunan Fadhilah Amal" karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a bahwa dalam Jamu'uk Fawaid dengan riwayat Thabrani dari Anas ra Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mengajarkan anaknya membaca Alquran, maka dosa-dosanya yang akan datang dan yang telah lalu akan diampuni. Dan barangsiapa mengajarkan anaknya sehingga menjadi hafizh Alquran, maka pada hari Kiamat ia akan dibangkitkan dengan wajah yang bercahaya seperti cahaya bulan purnama, dan dikatakan kepada anaknya, 'Mulailah membaca Alquran." Ketika anaknya mulai membaca satu ayat Alquran, ayahnya dinaikkan satu derajat, hingga terus bertambah tinggi sampai tamat bacaanya.'"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H