Sudah Agustus. Tanda-tanda grafik penambahan pasien Covid-19 terkonfirmasi masih belum mulai nampak. Lebih dari 120.000 orang sudah, tetapi hebatnya, semakin banyak angka itu bertambah, banyak orang semakin tampak tidak peduli.
Indonesia bahkan disebut-sebut media asing senagai pengecualian. Pengecualian, karena di kala banyak negara sudah mulai bisa mengendalikan laju Covid-19, Indonesia justru tidak terlihat betul-betul serius mengendalikannya. Filipina menyindir Indonesia dari skala tes. Pandu Riono gemas dengan alur berpikir penanganan yang belum sigap.
Jawaban Kemenkes atas sindiran Filipina malah mengentengkan masalah. Banyaknya tes tak menjamin berhenti penularan Covid-19. Memang benar sih, tapi jumlah tes dapat mencegah orang bergerak menyebarkan virusÂ
Di luar itu, ada juga yang beranggapan bahwa sekarang Indonesia sudah masuk fase End Game Pandemic. Mirip judul Avengers.
Sayangnya, dalam End Game yang ini, siapa superheronya?Â
End Game Pancemic berarti sistem kesehatan Indonesia mulai kolaps. Dokter-dokter berutumbangan. Rumah sakit mulai tutup karena tak mampu menampung pasien. Atau ya setidaknya fasilitas kesehatan tutup sementara karena ada kasus yang terlewat terjadi di sana.
Occupancy Rate di rumah sakit di Indonesia pun sudah mengkhawatirkan. 40,2% tempat tidur untuk pasien Covid-19 Â menyisakan hanya sekitar 22 ribu tempat tidur untuk pasien lain. Bagaimana 22 ribu tempat tidur itu dapat menangani 200 juta penduduk?
Ya, tidak tahu kapan berakhir dan bagaimana akhirnya. Sakit di masa pandemi, sakit apapun, adalah kerugian. Sebab, ke rumah sakit sekarang lebih mengerikan daripada ke pasar.
Ah, semoga saja Tito benar, virusnya akan melemah sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H