Seperti Air, Gerak Bersama Danone Blogger Academy

Masih lekat dalam ingatan, perjalanan ke air terjun Ai Putih di Sumbawa. Dalam perjalanan yang menyita waktu kurang lebih 2,5 jam itu, kami disertai teman-teman yang hendak mengukur kekuatan arus air guna membuat pembangkit listik mini. Berbeda dengan Jakarta yang sedemikian ribut ketika mati lampu terjadi, warga di Kuang Amo, Sumbawa, justru kekurangan listrik. Air menjadi salah satu jalan sumber energi untuk menerangi desa terpencil itu.

Aku pun teringat ke masa kecilku. Guru IPA saat SD, bu Rosmawati namanya, mengatakan air terjun adalah fenomena unik untuk menganalogikan energi dan perubahan energi. Air yang berada di atas air terjun mengandung energi potensial. Ketika jatuh, energi itu berubah menjadi energi kinetik, dan seterusnya ia akan berubah menjadi energi lain seperti energi mekanik & energi listrik ketika berhasil menggerakkan turbin.

Kata kuncinya adalah gerak. Ketika diam, kita kerap tidak tahu potensi apa yang kita miliki. Geraklah yang membuat segalanya berubah. Gerak jugalah yang menjadi filosofi dari kemurnian air, sebagai metafora dari kehidupan itu sendiri.

Gerak bersama Danone Blogger Academy 2018

Karena kecintaanku pada gerak dan air itulah, aku ikut belajar pada Danone Blogger Academy 2018. Pengalaman saat mengikuti sungguh sangat berharga. Ada banyak pengetahuan baru yang kudapatkan. Sesi favoritku tentu saja soal air.

Air berperan erat dalam peradaban. Berbagai pusat peradaban berada di dekat sungai. Itulah juga yang menjadi sebab kenapa Sriwijaya dipercaya tetap berada di Palembang, bukan di Jambi meski Candi Muaratakus berada di sana. Keberadaan Sungai Musi, sebagai sungai utama yang menjadi jalur perdagangan menjadi suatu keniscayaan.

Curug Batu Ampar. Dokpri

Mitos-mitos tentang air pun menghasilkan pencerahan baru. Selama ini sering dibilang kalau minum air es bakal bikin gemuk. Padahal mau air es atau bukan es ya sama-sama 0 kalori. Termasuk soal infused water yang sekarang semakin booming karena mengklaim mengandung banyak vitamin. ernyata penelitian mengatakan bahwa kemungkinan larutnya vitamin dan mineral dalam air sangat sedikit. Sedangkan serat sama sekali tak mungkin larut, kecuali jika irisan buahnya ikut dimakan. 

Pengetahuan tentang air ini membuat kita semakin sadar dan tidak mudah termakan isu. Pengetahuan tentang air ini juga membuat kita mawas diri pada kebutuhan minum kita. Termasuk kita akan menyadari bedanya berbagai jenis air seperti air kosong dan air mineral serta memahami pula manfaat yang terkandung dalam air mineral tersebut.

Tentu banyak isu lain yang dipelajari selama akademi seperti stunting dan sampah plastik yang memang sudah menjadi isu nasional. Selain itu, kita pun diberi bekal keterampilan dalam dasar-dasar fotografi, mengedit video secara sederhana, dan kemampuan story telling kita pun diasah. 

Harus kuakui, Danone Blogger Academy 2018 menjadi momentumku sebagai seorang blogger. Bakda acara, aku pun jadi rajin menulis di blog. Tadinya, aku menulis hanya jika senggang atau hanya berupa dokumentasi tulisan-tulisan karya sastraku yang dimuat di media massa. Setelah itu, aku menargetkan 1 tulisan per hari. Aku pun jadi tergerak untuk ikut serta dalam membangun kesadaran (meski secuil) terhadap lingkungan hidup. Satu proyekku yang tengah kususun adalah novel dengan gagasan lingkungan hidup.

Field trip ke Bali

Bali. Yes. Liburan. Sah jika berpikir demikian.

Namun, Bali rupanya menyimpan banyak permasalahan lingkungan. Sebut saja satu isu yang melulu digaungkan Jrinx Superman is Dead. Yak, reklamasi. Belum lagi masalah sampahnya. Bayangkan, hampir rata-rata 6 meter kubik sampah dikirim dari satu sungai dan berakhir di laut 

Saras Dewi, dosen filsafat UI yang menulis buku Ekofenomenologi (2015) yang menguraikan ketimpangan hubungan antara manusia dengan lingkungan juga merasa gelisah dengan rusaknya lingkungan Bali. Tadinya sih saya berharap Saras Dewi akan menjadi salah satu narasumber mengingat field trip kali ini ke Bali.

Jatuh di sungai Pusur. Kompasiana.

Field trip DBA 2018 kemarin juga nggak kalah seru sih. Banyak hal yang kupelajari. Yang paling menarik ada dua, yakni tentang kemandirian desa di Kemudo Makmur dan keberadaan tubing di Sungai Pusur. Kemudo Makmur berkembang dengan memanfaatkan limbah kering yang  dijadikan kerajinan mebel seperti meja, kursi atau dinding jam. Sedangkan di Sungai Pusur, pemuda setempat membersihkan sungai dan menyulapnya menjadi arena river tubing yang seru.

Perlu alasan apalagi untuk ikut Danone Blogger Academy 2019?

Buatku, pengetahuan mahal harganya. Kita tidak lagi mengalami masa-masa seperti Joseon di Korea Selatan ketika pengetahuan hanya menjadi milik kaum bangsawan. Kita juga sudah berada di alam demokrasi, ketika pengetahuan tidak perlu dianggap berbahaya seperti masa-masa kelam abad pertengahan. Ya, meski, masih ada saja orang-orang yang menyita buku karena tidak sesuai dengan seleranya.

Dengan alasan itu saja sebenarnya sungguh mencukupi untuk bisa mengikuti rangkaian kegiatan Danone Blogger Academy 2019. 

Belum lagi jika ditambah benefit lain seperti jaringan pertemanan. Tahun lalu kami berdua puluh. Teman-teman angkatanku luar biasa. Prestasi mereka sungguh keren. Sebagai umat yang baik, aku selalu percaya bahwa silaturahmi adalah jalan membuka pintu rejeki. Dari mereka aku mendapatkan tidak sedikit peluang untuk berekspresi. Hingga akhirnya bisa mengikuti berbagai kegiatan sebagai blogger. Belum diakumulasi dengan berbagai ilmu lain dalam kegiatan tersebut. Tentu, tidak menampik pula, kegiatan ini hadiah-hadiahnya lumayan.  Jadi ilmu dapat, materi dapat.

Kenapa harus mengajak saya ke Bali?

Dalam Curiculum Vitae, saya cantumkan salah satu prestasi: Pemenang Danone Blogger Academy 2018. Saat tugas akhir, kami diminta membuat cerita dengan gaya story telling. Aku terpilih menjadi salah satu pemenang. Tulisanku, bisa ditebak, pasti tentang air dan kehidupan: Bijak Merawat Mata Air.

Ada beberapa hal yang menjadi nilai tambahku dibandingkan peserta yang lain. Boleh aku menyebut diriku sebagai sastrawan. Lebih dari 10 buku sastra sudah aku hasilkan mulai dari kumpulan puisi, kumpulan cerpen, dan novel. Buku terbaruku akan terbit 12 Agustus nanti. Judulnya "Sejumlah Pertanyaan tentang Cinta" diterbitkan Elexmedia.

buku puisi terbaruku. Dokpri

Pengalaman sebagai penulis membuatku menulis seperti air yang mengalir. Lembut. Meski kadang harus berkelit dari bebatuan yang rapat.

Dalam kepenulisanku, tidak jarang juga aku mengisi kelas-kelas menulis. Ada yang ingin belajar menulis puisi. Ada yang ingin belajar menulis cerpen. Ada pula yang ingin membuat novel. Bahkan pernah aku mengisi kelas menulis ilmiah populer untuk para pejabat di Kementerian Keuangan.

Keseimbangan itu yang aku tawarkan: tentang bagaimana menghasilkan tulisan yang otentik, tulisan yang mampu mengeluarkan sisi personal yang hanya kita miliki, tetapi juga ilmiah, punya konsep dan literatur. 

Terlebih, sebagai pejalan, aku memiliki pengalaman yang beragam. Lebih dari 50 air terjun sudah kukunjungi. Alam membentukku sebagai fotografer alam. Tentu bukan dengan kamera yang mewah. Hanya ponsel biasa yang sederhana.

Kesederhanaan itu juga yang bisa kubagi lewat diskusi santai maupun tidak santai. Atau bila perlu, nanti setelah semua usai, kita bisa berjalan bersama-sama menikmati alam. Tanpa perlu berpikir tentang menang dan kalah. Tanpa perlu berpikir kapan kita akan sampai. 

(2019)

Share medsos
Twitter https://twitter.com/pringadi_as/status/1159383275745398784
Facebook https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2538202056224322&id=100001036565689
Instagram https://www.instagram.com/p/B05ZbKCgkB7/?igshid=14rzr1przdk7e